AD, BK, DD dan Asal-Usul Nomor Kendaraan

 




Kemarin lusa, ketika sedang ternak alias nganter anak -- les renang, tumben ada masalah dengan Si Merah. Saat saya menekan tombol start, sepeda motor Revo dengan kelir merah itu tak mau hidup. Saya coba pancal kick-starter di bagian bawah, juga idem. Lampu indikator sama sekali tidak menyala.

Duuuuuuh, pie ikiii?..... Saya lho, nggak sama sekali nggak ngerti soal mesin.

Bersyukur, waktu itu kami bertiga sudah sampai kolam renang. Masalah terjadi ketika kami berhenti untuk menerima tiket parkir. Berhubung si Elo iseng goyang-goyang badan, mesin saya matikan demi keamanan. Eeeeh, pas mau dinyalakan lagi, Si Merah ngambek. Jadi deh pakai dorong-dorong ke tempat parkir.

Untung tempat parkirnya nggak jauh...

Sementara anak-anak berenang, saya kontak Pak BJ. Bersyukur, telepon pak suami langsung nyambung. BJ kasih kemungkinan penyebab dan saran-saran penanganan.

Hhhmm... aki, busi, bla bla bla... Sebenarnya bukan istilah-istilah asing sih. Masalahnya, saya sama sekali belum pernah ngutak-atik itu semua wkwkw
(tipe ibuk-ibuk terima beres kalau soal kendaraan ~ kecuali soal cuci motor yaaa...). Jadi saya iya-iyain aja penjelasan pak misua.

Saya masih positif thinking, penyebabnya bukan masalah serius. Ntar minta tolong siapa saja yang kebetulan ada di tempat parkir, atau minta tolong staf kolam renang. Bapack-bapack sih biasanya ngerti urusan begini...

Skenario terburuk : kalau memang nggak ada yang bisa diminta tolong, ya udah dorong ke bengkel. BJ kasih saran, titipkan saja ke staf kolam renang. Ntar, BJ yang ambil kalau sudah balik dari luar kota.

Rezeki emak-shaliha dan anak soleh😀, kami nggak dibiarkan keteteran. Bapak pelatih renang anak-anak dibantu anak-anak muda yang sedang nongkrong di tempat parkir membereskan Si Merah. Hari itu, kami lancar dan selamat sampai rumah. Puji Tuhan.

Si Merah AD

Si Merah kami ber-nomor polisi AD **** MQ. Jelas saja, nomor polisi yang langka di jalanan Makassar - Gowa. Si AD kami seringkali nyelip sendiri di antara kendaraan dengan nopol DD. Ya wajaaaar laaah, kondisinya akan berbalik kalau orang Makassar membawa kendaraannya ke daerah Solo Raya

Sepanjang kebersamaan kami, Si Merah memang selalu menjadi minoritas di jalan raya. Bukan hanya soal model (motor non-matic) yang sekarang sepertinya makin langka. Tapi itu tadi, soal nopol. Sebelum melaju di antara para DD, si Merah sering sendirian di antara para BK (nopol kendaraan daerah Sumatera Utara bagian timur).

Kami membeli Si Merah saat masih tinggal di Kota Siantar, yakni di tahun 2013. Hehe, sudah hampir satu dekade yak...kalau kata BJ, dia sudah uzur :D. Makanya wajar kalau ngambek.. Tapi sebenarnya si Merah jarang ngambek lho. Kalau habis dicuci, penampilannya juga masih cling. Lumayan awet muda karena tidak terlalu "kerja keras". Beda sama sepeda motor di masa lalu yang kerap diajak keluar kota.

Saat membeli si Merah di Siantar, kami tetap ber-KTP Jawa Tengah (sampai sekarang juga masih KTP Jateng sih hehehe). Dengan identitas luar daerah, bakalan ribet urusan surat menyurat kendaraan. Paling-paling bisa beli dengan pinjam identitas teman/tetangga. Tapi, pikir-pikir, nanti bakalan merepotkan alau kami pindah lalu tiba saat bayar pajak kendaaraan.

Akhirnya, kami minta tolong kakak di Klaten untuk beli motor atas nama beliau. Kemudian, motor dikirimkan ke Siantar. Saya lupa berapa persisnya biasa pengiriman si Merah. Kalau tidak salah sekitar Rp 1,5 juta menggunakan Indah Cargo. Tetapi, harga motor tipe itu di Klaten dan di Siantar selisih kurang lebih Rp 1 juta. Jadi, bisa dibilang, kami hanya perlu menambah Rp 500.000 untuk meminimalisasi kerepotan bayar pajak. Eh masih merepotkan sih sebenarnya, tapi merepotkan kakak sendiri kan beda dengan merepotkan tetangga.😀

Di tempat tinggal sekarang, Si Merah jarang dapat komentar (lha wong dua tahun di Sulsel, saya masih saja kurang bersosial). Berbeda saat di Siantar dan Medan dulu, nomor Si Merah sering dapat komentar. Uniknya, di sana, kata "plat nomor kendaraan" sudah kadung tergantikan dengan "BK". Jadi, tak hanya sekali Si Merah dapat komentar seperti ini :


"Wah, BK-nya kok AD, Kak?" atau "BK AD itu daerah mana, Kak?"


Haha, saking sudah lekatnya BK jadi pengganti kata plat nomor. Sudah macem "Odol Pepsodent" atau "Honda Yamaha." Saking kuatnya nama atau brand, sampai ia menjadi pengganti untuk nama barang aslinya.

Seperti dulu, saya merasa tidak janggal menyebut "odol xxx" untuk semua merk pasta gigi. Setelah besar, saya baru ngeh kalau odol itu dulu-nya sebuah merk pasta gigi. Terus, soal Honda, masih bisa lanjut dengan "Honda Suzuki, Honda Kawazaki dst...". Itu di kampung saya yaaa...Nggak tahu deh kalau di tempat lain.


Asal-Usul Plat Nomor Kendaraan

Sejujurnya, saya nggak terlalu hafal dengan abjad-abjad nomor kendaraan. Dengan sebaran daerah dari Sabang sampai Merauke, hebat lah kalau bisa hafal (tapi mungkin saja sih bagi orang-orang yang pekerjaan atau kesehariannya berkecimpung dalam urusan kendaraan). Belum lagi ditambah nomor khusus, semisal untuk pejabat-pejabaat di institusi tertentu.


Teman DW pernah kepikiran asal-usul plat nomor kendaraan? Saya pernah penasaran gara-gara nomor kendaraan yang menurut saya "aneh". Aneh dalam hal persebaran daerah dan kombinasi huruf. Juga aneh karena ada huruf yang absen dalam daftar plat nomor kendaraan.


Bersyukurnya tinggal di era internet. Ada cara instan untuk menjawab pertanyaan, apalagi kalau bukan berselancar di internet. Bagi Temen DW yang jadi terpantik rasa penasarannya, nih saya bagi infonya :

Saya baca di rajamobil.com, pemberian plat nomor kendaraan di dunia berawal dari Perancis sekitar tahun 1893. Saat itu, kepolisian Perancis memberikan plat nomor karena jumlah kendaraan yang semakin banyak. Nomor kendaraan diberikan untuk memudahkan identifikasi ketika ada kecelakaan. Ide ini kemudian diadopsi oleh negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.

Adapun di Indonesia, pemberian plat nomor kendaraan dimulai dari tahun 1811. Menurut akseleran.com, plat nomor di kendaaraan bermula dari kemenangan Inggris atas Belanda di Batavia. Inggris berperang dengan kekuatan sekitar 15.600 tentara yang terbagi dalam 26 batalion. Tiap batalion ditandai dengan kode huruf. Ketika suatu batalion berhasil menaklukkan sebuah daerah, kendaraan daerah tersebut ditandai dengan kode batalion tersebut.

Adapun kode C tidak terpakai karena pada saat itu masih menggunakan ejaan lama. Kita tahu, pada ejaan lama huruf C ditulis sebagai TJ.

Itu sih hasil browsing singkat saya. Sebenarnya belum menjawab seluruh penasaran, seperti nomor kendaraan dengan abjad ganda (seperti AA, AD, BK), apakah itu juga berdasar kode batalion atau kode lain?

Kalau ada Teman DW yang tahu, boleh tolong share di komentar yaaa.... Thank Youuu..

 

 

27 komentar untuk "AD, BK, DD dan Asal-Usul Nomor Kendaraan"

  1. Kalau aku 8 tahun di Bali pakai plat AG (Kediri) jadi deh biasa ditanya "DK-nya AG itu daerah mana, Geg?"
    Kwkwk...(DK plat nomor kendaraan Bali)
    Setahuku sih tanda nomor kendaraan bermotor ini sistemnya berbasis keresidenan. Pertama kali mulai berlaku di Jawa dan kemudian disebar ke luar Jawa. Maka A - Banten, B - Jakarta, D - Bandung...dst. Terus huruf ganda untuk wilayah lainnya
    Seperti Karesidenan Kediri AG mencakup wilayah Kediri, Nganjuk, Tulungagung, Blitar dan Trenggalek

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah di Bali, DK juga sudah jadi nama generik untuk plat ya Mba Dian? Aku baru tauu :)

      Hapus
    2. Oh, keunikan dibalik plat nomer yaa..
      Aku selama ini kalo becandaan sama masku suka bilangnya "Platnya Bakarta, Dandung, Fogor, Lulabaya."

      hehehe..jadi gampang ingetnya.
      Tapi kan itu kalau satu huruf yaa.. kalau 2 huruf, kita belum dapet inisial yang pas nih..

      Btw,
      Aku juga masih pakai shogun L tapi berkelana di lautan D.
      Hhahaa.. Dan pernah ditilang sekaliiiii... Abis itu gak lagi-lagi "berani" masuk gang kecil di jalan kota. Suka menjebak, mendadak ada Pak Pol nya nungguin.
      Eyaaa~
      Serasa jatuh cinta, jantungku berdetak kencang.

      Hapus
  2. Awal pas tahu plat nomor kendaraan sih ga paham apa maksudnya baru tahu pas saudara dari Banyuwangi datang dengan plat nomor yang beda dari yang banyak ditemui. Akhirnya nemu daftar kode ini dan daerahnya, kalau asal-usulnya baru ngeh di sini. Terima kasih informasinya!

    BalasHapus
  3. Saya juga gak tau tentang asal usul tanda nomor kendaraan. Ya pokoknya saya hanya hapal plat B untuk Jakarta dan D untuk Bandung hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banten mbak...A..kan deket ama Jakarta :)

      Hapus
  4. Saya saat pindah di Jawa selalu sebut plat dengan sebutan DD
    Soalnya di Maros-Makassar kalau nanya plat motor selalu bilang: "DDnya berapa?" harusnya kan "Plat nomor kendaraannya berapa?"
    Akhirnya sekarang sudah terbiasa sebut "plat" bukan DD lagi

    BalasHapus
  5. Pernah juga diceritain suami tentang asal usul plat nomor gini. Eh tapi baru tahu kalo di Indonesia udah dari jaman 1811. Jadi emang huruf C belum ada karena masih ejaan lama ya.

    BalasHapus
  6. Aku kurang paham plat2 gini, kyknya emang dulu ikutan daerah yg masih dikasi residen2 apa gtu gak sih? Lupa, tapi emang kyknya sejak zaman penjajahan ya mbak kode2 itu ada.
    Gak terlalu perhatian juga sih :D
    Tapi emang kalau huruf di depan nomor plat beda ma umumnya yg ada di daerah itu biasanya kek keliatan mencolok dan org jd nebak ooo dia dari daerah sana atau sini hehe

    BalasHapus
  7. Kalau kata suami saya, DD itu Daerah Daeng, DP Daerah Pangkep, DW daerah Wajo... Cocoklogi yang emang cocok hahaha. Entah Pak BJ ngide sendiri atau dengar dari orang lain.

    BalasHapus
  8. Wah wawasan baru nih tentang plat nomor kendaraan, terimakasih banyak ya informasinya.

    BalasHapus
  9. Plat nomor sebagai identitas kendaraan. Huruf depannya sesuai tempat kendaraan didaftarkan. Aku kurang tahu juga apa ada alasan tertentu pada penggunaan suatu huruf pada suatu kota. Atau acak saja. Mungkin ada sejarahnya sendiri yang masih sulit diketahui bersama.

    BalasHapus
  10. Wah baru tau nih soal asal-usul plat kendaraan. Dulu aku sempet mikir juga kenapa plat kendaraan kota Cirebon kok E bukan C? Apakah E itu dari kata Ebi? Haha... ternyata ya... Makasih sharingnya ya...

    BalasHapus
  11. Wah iya, kadang aku penasaran dengan plat nomor kendaraan gitu
    Apa ya dasar kode kodenya
    Jadi tahu setelah baca ini

    BalasHapus
  12. Wkqkqkqk mbaaa kok ya kepikiraaann bikin artikel seputar plat

    Dirimu ini warbiyasaakk, bs meng-capture hal2 yg jarang terpantau oleh buibuuuu

    BalasHapus
  13. Kalau jaman aku masih SD itu kalau mau tahu plat nomor daerah aman tanay ortu, tapi kadnag ada yang lupa juga. Kalau sekarang tinggal googling langsung ketemu jawabannya.
    Nah sampai sekrang juga aku masih bingung dengan pembagian kode plat nomor berdasarkan apa

    BalasHapus
  14. Setahuku huruf plat motor itu ikut karisidenan. Kaya Jepara, masuk sama Kudus, Pati, Rembang, Blora dan kodenya K. Daerah lain cuma tahu beberapa. Yang penting mah apal plat motor sendiri biar gak salah naik, hehehe

    BalasHapus
  15. Nama batalyon yang telah berhasil menjajah suatu kota dijadikan huruf plat nomor misal surabaya olat L dulu yg menaklukkan kampus bataion L.
    , ini uang buat mu pergi bersama buag hatinya.

    BalasHapus
  16. plat AB ngacung nih. Plat paling selow dan santai hahaha. khas Jogja banget. Jarang ada yng nglaksonin dan ribut di jalan hahaha

    BalasHapus
  17. Nah aku sejak kecil juga penasaran dengan kode plat kendaraan. Kenapa Semarang pakai kode H, Jakarta pakai B, Surabaya pilih L? Sampai bapakku waktu itu nyuruh aku nanya ke bagian yang ngurus plat nomor, hahahaa

    BalasHapus
  18. Mbak Lisdha, ini pengamatan menarik buat materi belajar anak-anak
    akupun heran kenapa surabaya bukan S tetapi L, kan jadi susah hafalkannya
    nah kalau si AD berada di kota makassar yang DD, biasanya suka diincer polisi karena tahu pendatang, hehe.

    BalasHapus
  19. Wah BK itu plat di daerahku mba. Untuk plat aku juga cuma tau beberapa karena pernah ngekos dan teman-teman kos banyak dar kota berbeda seperti BL Aceh, B Jakarta, D Bandung, F Bogor, BD Bengkulu, BM Riau, BE Lampumg

    BalasHapus
  20. Kayak adikku mbak. Dah 8 tahun tinggal di Bekasi tapi Plat nomornya masih Plat nomor AG alias Blitar. Sering ditanyain sih sama orang-orang. Tapi adikku cuek. Belum ganti KTP Bekasi jawabnya

    BalasHapus
  21. Betul sekali, pembagian huruf awalan plat nomor kendaraan ini memang berdasarkan nama batalion yang dulu menduduki wilayah tertentu pada jaman penjajahan. Akhirnya keterusan digunakan sampai sekarang deh.

    BalasHapus
  22. Wah, lucu ya sebutan untuk plat nomer diganti BK. Kalau di Jogja sebutannya tetap plat nomer.. Hihi. Jadi ingat dulu pas masih sekolah suka ngapalin plat nomer kendaraan.. Tapi nggak tahu sejarah penamaan dari mana he3

    BalasHapus
  23. Kalau di Gresik, bilangnya 'plat sepeda'. Padahal sepeda kan sebenernya tuh yg manual ya, hehehe.
    Sejarah pembuatan plat nomer ini memang sesuai dengan kebutuhan saat itu ya, mbak. Dan gak nyangkanya, dilanjut sampai sekarang

    BalasHapus
  24. Aku malah baru tau lho kalau pemberian plat juga terpengaruh dari Eropa dan Inggris. Kukira memang sudah hukum lalu lintas di Indonesia. Ternyata adaptasi juga ya

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)