![]() |
Foto : liputan6.com |
Beberapa hari lalu, di sebuah WA grup kompleks ada kiriman artikel tentang “Bahaya Chiki Ngebul”. Artikelnya sudah aku hapus, kalau tidak salah merupakan kejadian di Bekasi. Intinya adalah kejadian berbahaya usai seorang anak mengonsumsi jajanan berasap itu. Si anak mengeluh sakit perut parah usai makan chiki ngebul. Setelah diperiksa di rumah sakit, si anak didiagnosa mengalami kerusakan usus.
Aku tertegun, sebab beberapa hari sebelumnya, anak-anakku plus satu sepupu baru saja membeli snack chiki ngebul. Mereka bertiga mencicip snak itu ketika main ke sebuah tempat wisata.
Smokey ice cream, demikian yang tertulis di stand penjualan. Snack berasap ini memang punya banyak nama di pasaran, seperti nitro puff, nitro pop, dragon puff, dragon ball, dan dragon smoke. Di Indonesia, selain chiki ngebul juga banyak disebut "napas naga."
(Kasian si Chiki yaa… ini kan salah satu brand snack yang belum tentu digunakan dalam jajanan berasap itu).
Si bungsu langsung tertarik ketika melihat gambar makanan yang “kemebul” alias berasap. Lha wong, ice cream tanpa tambahan efek smokey pun dia sukak banget. Cup-nya lumayan besar, harganya Rp 20K atau 25K (aku lupa tepatnya). Karena ukurannya lumayan gede, waktu itu beli satu untuk dimakan bertiga.
Melihat asap yang keluar dari mulut adalah sensasi tersendiri. Tinggal di daerah tropis, jarang-jarang kan mulut bisa mengeluarkan asap seperti naga. Kecuali kalau kita tinggal di daerah dingin seperti Dataran Tinggi Dieng atau sedang naik gunung. Aku ingat, tiga anak itu berbagi snack dengan riang-ria.
Puji Tuhan, tiga anak itu aman-aman saja ketika makan snack tersebut. Tak ada keluhan apapun dalam perjalanan pulang hingga di rumah dan hari selanjutnya. Maka itu, aku agak shock ketika membaca berita itu.
![]() |
Tak terbayang kalau ini menjadi foto sebelum kejadian buruk |
Bahaya Nitrogen Cair
Aku segera meluncur ke Google untuk cek and ricek informasi tersebut. Hari gini, memang selalu dianjurkan untuk selalu cek and ricek info kan? Apalagi, grup WA juga dikenal sebagai salah satu “sarang” berita hoax (palsu).
Namun hasil browsing menegaskan berita itu. Ternyata berita tentang bahaya snack ngebul ini sudah ada sedari lama (tapi aku tidak tahu :D). Tulisan tentang “bahaya chiki ngebul” atau “makanan dengan nitrogen cair” termuat dalam situs-situs berita yang relatif kredibel, termasuk situs Kemenkes RI.
Berikut beberapa bahaya makanan dengan nitrogen cair yang kuambil dari situs klikdokter.com :
- Sulit bernafas. Kondisi ini dikarenakan nitrogen cair yang terhirup akan menggusur oksigen dalam tubuh.
- Sakit perut. Dalam kondisi yang berat, nitrogen cair bisa mengakibatkan perforasi alias lubang di dinding lambung (aduh mak, ngerinya..).
- Luka bakar. Ternyata, nitrogen cair biasa digunakan dalam upaya medis untuk membakar/menghilangkan hal-hal yang tidak diinginkan pada kulit. Namun, tindakan itu harus dilakukan oleh profesional. Jika tidak, nitrogen cair bisa mengakibatkan luka bakar, lepuh, dan cedera radang dingin (frostbite).
- Kematian. Nitrogen cair dalam jumlah yang melewati ambang batas bisa membuat kadar oksigen dalam tubuh turun tajam. Akibatnya, timbul pusing, sesak nafas, pingsan, hingga kematian.
Aku juga membaca cerita orang di platform Quora (sayang sekali aku tidak menyimpan tautannya). Yakni tentang seekor kucing yang tidak sengaja terkena nitrogen dalam instalasi pabrik pupuk di Aceh. Btw, senyawa Nitrogen (N) juga merupakan salah satu bahan pembuatan pupuk kimia ya gess.. Tapi tentu saja, ini bukan Nitrogen yang food-grade.
Entah bagaimana ceritanya, si kucing itu bisa terpapar nitrogen dalam kadar yang tinggi. Akibatnya, tubuh si kucing membeku seperti batu. Ketika diamankan, kucing yang membatu itu pecah jadi empat. Pecah, iya pecah! Membayangkan itu terjadi pada mahluk hidup, kok rasanya ngiluuu…
Membaca poin-poin yang serem tadi membuatku tak henti-henti bersyukur. Sebab, seperti kuceritakan di atas, waktu itu anak-anak tak mengalami dampak apapun. Bisa jadi, kandungan nitrogen yang dimakan anak-anak saat itu masih dalam ambang batas aman.
Manfaat Nitrogen Cair
Nitrogen cair atau dikenal dengan singkatan LN, atau LN2, atau LIN adalah senyawa nitrogen yang didistilasi (disuling) dan disengaja untuk produksi komersial. Senyawa Nitrogen pertama kali dicairkan di Universitas Jagiellonian oleh fisikawan Polandia, Zygmunt Wroblewski dan Karol Olswenki pada tahun 1883.
Nitrogen cair bersifat non-toksik, tidak berbau, dan tidak berwarna. Pada dasarnya, nitrogen cair merupakan bahan yang relatif aman dan tidak berbahaya. Mengutip dari kompas.com, nitrogen cair memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia, seperti :
- Bahan dalam proses pembekuan dan distribusi bahan makanan.
- Bahan dalam pembekuan sampel biologis, seperti sel telur, sperma, dan sampel genetik hewan.
- Pendingin pada beberapa peralatan.
- Membekukan pipa ketika tidak tersedia katup (kira-kira dalam pekerjaan/kasus apa ya?)
- Bahan untuk percobaan sains.
- Bahan untuk gastronomi molekuler, yakni seni khusus dalam bidang kuliner unik.
Jadi ingat beberapa tayangan Masterchef Amerika dan Australia yang dulu sering kutonton. Efek asap memang membuat sebuah sajian tampak lebih dramatis. Ketika dilakukan oleh profesional tentu sudah mempertimbangkan kadar dan cara penyajian yang aman.
Melansir dari kompas.id, ada aturan dalam penggunaan nitrogen cair untuk makanan, antara lain sebagai berikut :
- Nitrogen cair yang digunakan harus jenis food-grade.
- Kadar nitrogen tidak boleh kurang dari 99 persen, oksigen tidak boleh lebih dari 1.1 persen, monooksigen tidak lebih dari 10 mikroliter per liter (aturan berdasarkan Kodeks Makanan Indonesia/KMI).
- Tabung nitrogen cair harus disimpan dalam posisi berdiri dan tidak boleh dalam kondisi rusak.
- Tabung nitrogen tidak boleh disimpan dalam benda-benda yang bersifat eksplosif.
- Pengolah nitrogen cair (handler) harus memiliki kompetensi.
Sementara, bagi konsumen, dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dengan nitrogen cair setelah asapnya habis. Nah ini menurutku agak sulit ya….karena yang dijual dari makanan ini justru “asap naga” itu.
Gara-gara menulis ini, aku jadi update tentang Surat Edaran Nomor KL.02.02/C/90/2023 tentang Pengawasan Terhadap Penggunaan Nitrogen Cair pada Produk Siap Saji yang diteken pada 6 Januari 2023. Dalam Surat Edaran tersebut, Kemenkes meminta pemerintah daerah dan dinas kesehatan setempat untuk meningkatkan pengawasan dan pembinaan pada pelaku usaha yang menggunakan nitrogen cair.
Pengawasan dan pembinaan ini dilakukan dengan mewajibkan restoran/pelaku usaha yang menggunakan nitrogen cair pada produk siap saji untuk memberikan cara konsumsi yang aman pada konsumen. Sedangkan pada pedagang keliling, penggunaan nitrogen cair tidak direkomendasikan. Aku baca berita, beberapa daerah sudah tegas melarang penjualan chiki ngebul.
Yups, semoga surat edaran ini bisa menjadi pijakan untuk mencegah kejadian-kejadian buruk akibat penggunaan nitrogen cair yang tak sesuai aturan.(*)
Referensi :
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/sains/read/2021/09/07/140300423/penggunaan-nitrogen-cair-untuk-kehidupan-manusia
https://health.grid.id/amp/353652820/cara-penggunaan-nitrogen-cair-pada-makanan-yang-direkomendasikan-salah-sedikit-bisa-terjadi-kasus-seperti-ciki-ngebul?page=4
https://www.google.com/amp/s/amp.kontan.co.id/news/kemenkes-larang-penggunaan-nitrogen-cair-pada-pangan-siap-saji
![]() |
Dusun Semilir (sumber : @dusunsemilir) |
Lir-ilir, lir ilir, tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh panganten anyar
Cah angon cah angon
penekna blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekna
kanggo mbasuh dodotira
Dodotira dodotira kumintir bedah ing pinggir
Dondomana jrumatana
Kanggo seba mengko sore
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Sun suraka surak hiyo
Aku teringat lagu daerah Lir-ilir ketika hasil pencarian via google menunjukkan nama "Dusun Semilir." Sumilir ~ Semilir, meski berbeda satu huruf vokal, keduanya merujuk pada arti yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, semilir berasal dari kata silir yang berarti rasa sejuk karena angin yang bertiup perlahan.
Pencarian tentang Dusun Semilir di internet berawal dari salah jalan saat hendak menuju Salatiga. Saat mudik Natal 2022 lalu, kami sekeluarga memang menyempatkan ke Salatiga untuk mengambil ijazah paket A si anak pertama dari PKBM Piwulang Becik. Setelah dua kali pindah sekolah formal, si Ale memang menamatkan sekolah dasarnya di jalur non-formal (lalu sekarang balik ke formal lagi).
Baca :
Dari Temanggung, BJ-aku-Ale-Elo dan dua keponakan, Mbak Icha dan Mas Iel, berkendara via Sumowono. Maksud BJ sih hendak lewat di Ambarawa. Namun, keberadaan taman baru di Pasar Sumowono membuat BJ belok ke arah sebaliknya (seingatku ketika terakhir lewat, taman itu belum ada). Ya gitu deh kalau jarang-jarang lewat.
Merasa tahu jalan, kami nggak pakai G-map. BJ santuy saja nyetirnya. Sementara, aku yang merasa buruk dalam hal navigasi medan, just follow the driver. Kami berdua ngobrol sepanjang jalan, hingga lama-lama "kok jalannya menurun terus?". Aku yakin Mbak Icha hafal jalan ini, masalahnya dia dan ketiga adiknya tidur lelap😀.
Sekelebat memori di kepalaku, kayaknya ini malah jalan ke arah Kota Semarang. Aku sangat jarang ke Semarang. Tapi duluuuu aku pernah PKL di daerah Karangjati, jadi aku agak-agak ingat dengan jalur ini. Aku pun lihat kanan kiri plus cek map. Lha dalah, kami memang nyasar ke arah Kota Semarang wkwkw. Ya udah, putar balik dong.
Nah, dalam perjalanan putar balik ke arah Bawen, aku melihat kawasan bangunan unik di sebelah kanan jalan. Bangunannya mirip botol berleher sempit. Sayangnya, nama lokasi tak sempat terbaca (aku lebih fokus ke bangunan “botol”). Alhasil, aku browsing dengan kata kunci “tempat wisata dekat Bawen.” Langsung ketemu deh nama Dusun Semilir.
Rencana sebelumnya, usai mengambil ijazah, anak-anak ingin mampir ke Saloka Park di Salatiga. Berhubung dulu sudah pernah ke Saloka, aku bujuk anak-anak untuk ke Dusun Semilir saja. Mereka mengiyakan setelah melihat gambar seluncuran warna-warni Dusun Semilir di internet.
Dusun Semilir, sering juga disingkat Dusem, beralamat di Jalan Soekarno Hatta no 49, Ngemplak, Bawen, Kabupaten Semarang. Lokasinya di sisi jalan raya ke arah Semarang (dari Bawen), jadi sangat mudah ditemukan (bahkan, bisa jadi tak sengaja nemu seperti aku). Ternyata Dusem sudah beroperasi sejak Mei 2019, bahkan sempat viral karena perosotan warna-warninya. Aku aja yang kurang update.
![]() |
Peta lokasi Dusem |
Dengan konsep eco-park, di tempat pengunjung bisa menikmati beragam jenis wisata. Wisata alam (tampak pemandangan pegunungan Ungaran dan Telomoyo yang cantik), wisata air, wisata permainan, wisata kuliner, juga wisata belanja. Buat yang suka foto-foto, jelas buanyak sisi yang instagenik.
![]() |
Spot Alas Tirta, instagenik banget dong |
![]() |
Jalur jalan pun instagenik |
Oh ya, bangunan yang kupikir mirip botol itu ternyata terinsipirasi dari stupa candi Borobudur yang dipadukan dengan logo provinsi Jawa Tengah. Total luas Dusem mencapai 14 hektar dengan kontur naik turun. Aku jadi mikir bentuk lokasi ini sebelum dibangun Dusun Semilir. Meski dulu berulang-kali lewat, aku sama sekali tidak punya memori tentang tempat ini.
Harga tiket saat kami datang terhitung musim libur/weekend, yakni Rp 40.000 per orang. Sedangkan di hari biasa, harga tiketnya Rp 30.000 per orang (anak-anak sudah kena tiket, hanya bayi yang gratis). Waktu itu ada tiket seharga Rp 100.000 per orang untuk masuk plus main di Dusun Salju. Tapi, pas beli tiket, kami belum memutuskan untuk main ke wahana Dusun Salju atau tidak. Jadinya, kami beli tiket masuk saja. Kalau dari awal memang sudah niat mau ke Dusun Salju, mendingan beli paket tiket-nya sih. Jatuhnya lebih hemat karena tiket Dusun Salju (saja) Rp 85.000 per orang.
![]() |
Spot rumah hantu (kami nggak masuk sih) |
Tiket masuk memang hanya berlaku untuk masuk eco-park saja (namanya juga tiket masuk, gimana sik? hihihi). Maksudnya, untuk masuk/main di wahan tertentu mesti bayar lagi di tiap loket masing-masing. Satu sisi, terasa ribet karena mesti beli tiket per wahana. Tapi, sebagian orang, mungkin sudah cukup puas untuk jalan-jalan dan foto-foto. Rugi kan kalau sistemnya tiket terusan (yang pasti jauh lebih mahal). Jadi, kalau pergi sama anak-anak, siapkan bujet lebih untuk tiket wahana (kecuali mereka tahan untuk tidak main-main 😀).
Oh ya, di sini tidak boleh bawa makanan dan minuman dari luar yaaa… Tapi aturan ini baru aku baca saat cek website Dusem setelah pulang dari sana😁. Faktanya, pas aku masuk, tasku tidak dicek, padahal ada dua botol air putih. Petugasnya lagi capek kali ya…
Baca : Mengangkut Kenangan di Museum Angkut
***
Begitu lewat pintu masuk, pengunjung harus melewati stand-stand penjualan cindera-mata dan oleh-oleh makanan hasil produksi berbagai UMKM. Rasanya lapar mata, pengin beli ini-itu, tapi jatuhnya malah cuma beli latto-latto glow in the dark doang (yang setelah dibayar dan dibuka bungkusnya ternyata enggak glow in the dark huhuhu). Lewat dari stand-stand belanja, baru deh ada jalan menurun menuju berbagai wahana.
![]() |
Prosotan pelangi/warna-warni |
Icha-Iel-Ale-Elo langsung antusias untuk mencoba perosotan warna-warni. Tiket perosotan Rp 15.000 per orang. Sebelum melihat langsung, aku pikir itu tuh perosotan/seluncuran air (sementara kami nggak bawa baju ganti). Ternyata, perosotannya bebas air, jadi nggak bakalan basah. Tinggi perosotan 30 meter dengan lintasan sepanjang 130 meter. Belakangan, aku agak takut dengan ketinggian (padahal dulu hobi naik gunung 😂). Jadi, aku dan BJ menunggu anak-anak di bawah sembari ambil foto.
![]() |
Foto dengan greenscreen di Dusun Salju. Mestinya foto di sini pas masih pakai jaket yak.. |
Wahana lain yang membuat anak-anak antusias adalah Dusun Salju. Sesuai namanya, ini wahana main salju(-saljuan) dong. Baik saat tinggal di Medan maupun setelah pindah ke Makassar, anak-anak belum pernah main ke wahana salju-(saljuan). Dusun Salju memberi mereka pengalaman pertama. Jadi, tampak norak yo ben...😀😀
![]() |
Tiket seharga Rp 85.000 per orang sudah termasuk sepatu dan kaus kaki. Kalau mau main salju beneran, berapa kali lipat bujetnya coba? Hehehe. Anggap saja pengalaman ini sebagai afirmasi, mana tahu kelak anak-anak itu main salju beneran.
Meski salju-saljuan, suhunya sudah pasti diatur rendah dong. Bagi yang tidak tahan dingin , bisa sewa jaket dengan biaya Rp 10.000 untuk anak-anak dan Rp 15.000 untuk dewasa. Semula, hanya Mbak Icha dan Elo yang sewa jaket. Sedangkan Ale dan Iel menyangka bakalan tahan dingin. Tapi, setelah beberapa saat di suhu 10 derajat Celcius, dua anak lajang itu jadi sewa jaket juga.
***
![]() |
Salah satu dari sekian sisi instagenik |
Dusun Semilir buka setiap hari, Senin - Jumat pukul 09.00 - 18.00 WIB, Sabtu-Minggu, dan tanggal merah pukul 08.00 - 20.00. Selain untuk kunjungan wisata, Dusun Semilir juga melayani paket meeting dan paket pernikahan. Oh ya, di sini juga tersedia hotel bagi yang wisatawan yang ingin menghabiskan waktu lebih lama.
![]() |
Banyak pilihan makanan di Sepoi-sepoi food cort |
![]() |
Pusat oleh-oleh |
Berdasarkan pengalaman singkatku, aku punya beberapa tips untuk berkunjung ke Dusun Semilir :
- Gunakan pakaian kasual. Kalau kondangan di sini, mending bawa baju ganti kalau mau jalan-jalan ke dalam kawasan wisata. Ribet kan keliling-keliling pakai baju pesta.😊
- Pakai alas kaki yang nyaman buat jalan. Dengan luas 14 hektar, gimana cerita kalau pakai high heels?
- Nggak perlu bawa bekal makanan, karena itu dilarang. Harga makanan di Dusem masih terbilang normal kok, menunya juga beragam.
- Makan dulu sebelum masuk kawasan, kecuali begitu masuk langsung wisata kuliner duluan. Ntar pingsan lho jalan jauh dalam kondisi perut kosong.
- Pastikan baterai gawai/kamera penuh atau bawa power-bank, soalnya banyak spot cantik buat foto-foto.
- Jalan dulu, belanja kemudian. Meski spot belanja ada di depan, aku sarankan sih mendingan masuk dulu ketimbang ribet bawa-bawa belanjaan saat jalan-jalan. Nanti bisa belanja pas keluar, pintu masuk dan keluar berdampingan kok.
![]() |
Dusun Semilir di waktu senja (source : IG @dusunsemilir) |
Teman-teman yang pernah main ke Dusun Semilir, silakan ya kalau mau menambah tips. Bagi teman-teman yang belum pernah ke sini, tertarik untuk berkunjung? Yuk #visitjawatengah. (*)
Jalan-jalan ke Batu - Malang dalam waktu singkat adalah dilema. Bagaimana tidak, di Batu banyak destinasi wisata yang menggoda. Sementara, waktu yang kami sediakan tak memungkinkan untuk menjelajah banyak tempat. Kami menutup mata pada berbagai obyek wisata menarik. Pada Kamis (22 Desember 2022), kami hanya fokus mengunjungi Museum Angkut saja.
Seperti aku ceritakan di sini, mudik Natal 2022 lalu kami sempatkan mampir ke Surabaya dan Malang. Sesekali mengambil rute berbeda dari mudik-mudik sebelumnya yang terbang langsung dari Makassar - Jogja.
Tentu kami punya alasan untuk memilih Museum Angkut sebagai satu-satunya tujuan. Waktu yang kami alokasikan di Batu hanya dari siang sampai sore. Sementara, luas total Museum Angkut saja lebih dari tiga hektar. Kalau berbagi waktu dengan destinasi lain, sepertinya malah tidak akan optimal. Jalannya jadi buru-buru sehingga kurang menikmati. Padahal, Ale dan Elo memenuhi stereotipe tentang mainan : anak laki-laki suka mobil-mobilan, motor-motoran, dan sejenisnya.
Kebetulan, dulu si ayah BJ sudah main ke Museum Angkut bareng teman-teman kantor. Jadi, BJ sudah bisa membayangkan antusiasme anak-anak kalau diajak ke Museum Angkut. Mereka akan melihat wujud asli (atau setidaknya replika berukuran besar) dari berbagai kendaraan yang selama ini hanya mereka sentuh dalam wujud mainan!
Kami bertolak ke Batu selepas check-in di hotel di Kota Malang. Kami menginap di Kota Malang karena memang sudah berencana untuk balik pagi-pagi ke Surabaya. Terhitung sudah hari libur, lalu lintas Malang - Batu hari itu padat tapi masih lancar. Kami berempat tiba di Museum Angkut sekitar pukul 14.30.
Museum Angkut berada di Jalan Terusan Sultan Agung Atas No 2, Kota Batu. Tiket bisa dibeli on the spot Rp 110.000. Namun aku sudah beli online via Traveloka beberapa minggu sebelumnya. Ada diskon tipis, bisa deh buat beli bakso penthol 😀. Penukaran tiket online dilayani di loket tersendiri, prosesnya cepat dan mudah kok.
Museum transportasi terbesar di Asia Tenggara ini dibuka pada tahun 2014. Koleksinya terdiri dari ratusan alat transportasi tradisional hingga modern. Kata museum identik dengan kekunoan yang membosankan (sepertinya demikian bagi kebanyakan orang). Alhasil, banyak museum yang sepi pengunjung. Kata "banyak" memang tidak didukung data statistik. Namun, aku sering mendapati situasi sepi saat berkunjung ke museum.
Berbeda dengan Museum Angkut. Di tempat ini, museum tampil beda. Tak hanya menampilkan alat-alat transportasi dari zaman lalu, tetapi juga dari masa sekarang. Ada pedati yang ditarik sapi hingga replika pesawat antariksa.
Pengunjung juga diajak untuk "mengalami" berbagai suasana yang berbeda. Penataan museum dibagi-bagi dalam beberapa zona tematik, seperti zona hall utama, zona flight training, zona Hollywood, zona Las Vegas, zona Istana Buckingham, Zona Gangster Town & Broadway Street, zona Sunda Kelapa, dan lain-lain.
Ale dan Elo langsung takjub saat masuk di hall utama, tempat koleksi kendaraan-kendaraan antik dan mewah dari berbagai zaman. Ale yang biasanya ogah mengambil foto, langsung aktif mengoperasikan kamera ponselnya.
Tak hanya alat transportasi darat, di zona ini juga ada helikopter pertama kepresidenan Indonesia yang dinamai Si Walet. Helikopter ini merupakan bagian dari negosiasi politik antara Presiden Soekarno dengan pemerintah Amerika untuk pembebasan agen CIA, Allen Pope.
Jika Si Walet tak boleh dinaiki, berbeda dengan replika pesawat kepresidenan Boeing 737-800 BJJ-2 yang terletak di zona Runway. Pengunjung bisa masuk dan berfoto-foto di dalam replika pesawat era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini. Pengalaman menarik bisa "menikmati" pesawat kepresidenan meski hanya sebatas replika. Interiornya jelas beda dengan pesawat ekonomi hihihi.
Ale dan Elo antusias mencoba flight simulator yang selama ini hanya mereka mainkan di ponsel. Tiket per simulasi take off atau landing Rp 25.000. Kalau mencoba take off sekaligus landing jadi Rp 50.000. "Nggak semudah di handphone sih," kata Ale. Dia yang biasa main game saja bilang nggak mudah, lalu apa kabar kalau aku yang main ya? Kayaknya bakal gagal take off dan terjun bebas saat landing hihihi.
Tak hanya menyaksikan pameran koleksi, pada jam kami berkunjung bertepatan dengan parade superhero di zona Broadway Street. Aku tu jarang menonton festival atau parade secara langsung. Jadi, pertunjukan kemarin menarik buatku. Bagian paling seru adalah ketika usai parade, penonton diminta bergabung seru-seruan dengan para superhero. Berada dalam kerumunan dengan latar musik rancak, berasa nonton konser band hihihi.
Meski tak paham otomotif, aku menikmati pengalaman berkunjung ke Museum Angkut. Terlebih, aku melihat anak-anak terjaga antusiasme-nya saat beranjak dari spot satu ke spot lainnya. Mereka ter-wow-wow dengan item-item koleksi museum. Sedangkan aku ter-wow dengan ide pembangunan museum angkut plus perjalanan mewujudkannya. Pasti banyak cerita di balik keberadaan koleksi Museum Angkut.
Secara filosofis, tempat ini membuatku (lagi-lagi) berpikir tentang perpindahan (halah...😀). Ya kan, alat transportasi itu fungsi basic-nya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bukan?
Waktu terasa cepat beranjak ketika kami menyusur zona demi zona di Museum Angkut. Saat kami keluar, hari sudah gelap. Akan terlalu panjang jika dituliskan dalam kata-kata. Jadi, biarlah gambar membantu menyimpan cerita yang kami angkut sana. (*)
![]() |
Poster tema Natal dari web PGI |
“..pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.” Demikian tema Natal 2022 yang ditetapkan oleh Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Tema yang diambil dari kisah kelahiran Yesus. Yakni, ketika orang Majus yang datang pada bayi Yesus pulang melalui jalan lain. Tujuannya, agar mereka tidak kembali bertemu dengan Raja Herodes yang bermaksud membunuh bayi Yesus.
Aku terberkati oleh penjelasan PGI dan KWI dalam release pesan Natal 2022. “Jalan lain” dapat dipahami sebagai metafor rohani, yakni peringatan Natal mengajak umat Kristiani untuk “menemukan jalan baru dan kreatif dalam mewartakan kasih-Nya kepada sesama sesama dan semua mahluk ciptaan.”
Sebagai warga gereja dan warga bangsa, umat Kristiani diharapkan bisa berjalan bersama bangsa yang bhinneka, untuk menghadapi berbagai macam tantangan dan kesulitan hidup bersama. Keanekaragaman merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri, dirawat, dan dikembangkan. Kebhinekaan yang disadari sebagai anugerah Tuhan, semestinya mendorong umat untuk saling bergandengan tangan dengan umat lain dalam mewujudkan tata kehidupan bersama yang lebih bermartabat.
Beberapa poin yang ditegaskan pada pesan Natal 2022 ini adalah :
- Membangun kembali kehidupan dari keterpurukan dalam berbagai bidang akibat COVID-19.
- Membangun peradaban kasih di tengah menguatnya tindakan kekerasan.
- Merajut kerukunan di tengah merebaknya intoleransi.
- Mempopulerkan budaya jujur di tengah mengguritanya tindak kejahatan korupsi.
- Menggemakan pertobatan ekologis di tengah maraknya kerusakan lingkungan hidup.
- Mengembangkan hidup berpolitik yang beretika menjelang pesta demokrasi 2024.
- Bersedia menjadi teman dan sahabat bagi saudara dan saudari yang menjadi korban ketidakadilan.
Banyak Jalan Menuju Roma
Secara pribadi, pesan Natal ini mengingatkanku pada pepatah “banyak jalan menuju Roma.” Menempuh jalan lain/jalan baru adalah keniscayaan dalam menghadapi masalah. Jangan terpaku pada satu jalan/cara, ketika jalan tersebut dirasa sudah buntu atau berpotensi bahaya.
Tiba-tiba, aku jadi tertarik untuk tahu latar belakang pepatah tersebut. Haha, rasa tertarik memang sering tumbuh secara acak. Sudah sedari lama aku mengenal pepatah tersebut, tapi baru sekarang terpantik untuk tahu latar belakangnya.
Menurut laman news.unika.aci.id, pepatah itu muncul pertama kali dalam bahasa Latin, mille viae ducunt homines per saucula Romam. Artinya, seribu jalan membimbing orang selamanya ke Roma. Pepatah ini dilatari ekspansi Imperium Romawi pada tahun 312 sebelum Masehi ke berbagai wilayah.
Sebagai penakluk, Kekaisaran Romawi menarik pajak/upeti dari daerah-daerah jajahannya. Pembangunan banyak jalan menuju Roma adalah untuk kepentingan penyetoran pajak/upeti tersebut.
Latar belakang serupa bisa ditarik dalam cikal bakal pembangunan jalan-jalan di Nusantara. Dengan mengambil contoh Pulau Jawa : pada masa Sultan Agung, Mataram butuh mengontrol daerah taklukannya yang terbentang di pesisir utara Jawa. Untuk itu dibangunlah infrastruktur jalan (tentu saja jangan dibayangkan kondisi jalannya seperti sekarang). Kepentingan yang tak jauh berbeda juga menjadi latar belakang pembangunan Jalan Raya Pos (Anyer – Panarukan) untuk kepentingan kolonial di bawah komando Daendels.
Jadi terpikir, untuk menonjolkan rasa lokal, bagaimana kalau dimunculkan alternatif pepatah : banyak jalan menuju Mataram?☺☺
Literally Jalan Lain
Selain secara spiritual, aku juga merasa sangat terhubung secara literal dengan pesan Natal 2022 ini. Sebab, literally (jadi men-Jaksel ga sih😅), aku-BJ-Ale-Elo pulang (mudik) lewat jalan lain. Dua kali pulang sejak pindah ke Sulawesi Selatan, kami selalu menempuh perjalanan udara dengan rute Makassar – Jogja (lebih tepatnya Maros – Kulonprogo😃).
Namun, dalam mudik Natal kali ini, kami memutuskan untuk terbang dari Bandara Hasanudin dan mendarat di Bandara Juanda Surabaya (persisnya Sidoarjo😁). Alasannya sih, biar anak-anak pernah ke Jawa Timur, yang kata si bungsu Elo adalah provinsi tanpa ayah (kan yatim~pelesetan dari Jatim). Hihi, bocil yang terinfeksi candaan bapack-bapack ga sih?
Harga tiket pesawat Makassar – Jogja tidak jauh berbeda dengan harga tiket Makassar – Surabaya ditambah tiket kereta api Surabaya – Klaten. Hitung-hitungan budget, bisa dibilang kami menghemat biaya perjalanan ketimbang khusus mengagendakan jalan-jalan ke Surabaya. Bagaimanapun, kami bukan keluarga yang bisa dengan mudah travelling kemana-mana karena pertimbangan biaya dan lain sebagainya. Jadi, sepertinya ide bagus untuk sekali-sekali mengalihkan rute jalan pulang, supaya mendapatkan pengalaman yang berbeda.
Untuk mengoptimalkan perjalanan, BJ mengusulkan untuk mengunjungi Museum Angkut di Kota Batu. Sebenarnya, mengunjungi museum ini sudah lama kami wacanakan. Puji Tuhan, akhirnya terlaksana setelah kami menempuh jalan lain untuk pulang. Tentang Museum Angkut, pastinya lebih asik kalau dijadikan tulisan tersendiri. Memang sudah buanyak sekali tulisan tentang Museum Angkut. Namun, buatku penting dong menulis pengalaman ke sana sebagai dokumentasi pribadi.
Jadi, jalan lain pada Kamis 22 Desember itu dimulai dari Bandara Hasanuddin menuju Bandara Juanda. Dari Juanda, kami naik Bus Damri ke Terminal Bungurasih, lalu lanjut bus Surabaya – Malang (via tol). Sampai di Malang, kami makan siang dulu lalu naik Grab ke Kampung Warna-Warni. Meski tempat ini sudah tidak lagi hits, tapi kami kan belum pernah kesana. Sekadar mampir sebelum check-in ke hotel. Sebentar di hotel, perjalanan lanjut naik Grab ke Museum Angkut di Kota Batu.
![]() |
Jembatan kaca Kampung Warna-Warni |
![]() |
Sepotong sisi Museum Angkut |
![]() |
Sepotong sisi Museum Angkut |
Selain Museum Angkut, banyak destinasi wisata di Kota Batu. Namun, keterbatasan waktu membuat kami memutuskan untuk fokus ke Museum Angkut saja. Kalau ada “lain kali” bisa deh puas-puaskan eksplore Kota Batu. Habis dari Museum Angkut langsung balik ke hotel di Malang (capek bangeeet booook). Malamnya, kami dijamu dan diajak keliling sama keluarga Mbak Naning (teman seangkatan BJ, berarti kakak tingkatku). Trimakasiiih mbaak...lupa foto bareng huhuhu.
Pagi-pagi, kami sudah meluncur ke Surabaya, nebeng mobil yang hendak menjemput teman BJ di bandara (thank youuu sist Ody). Ngobrol sebentar dengan Ody di bandara, selanjutnya kami kembali nge-grab untuk melintasi jembatan Suramadu (terima kasih Mbak Diane, teman blogger dari Pamekasan yang memberi info detail tentang bagaimana baiknya ke Suramadu dalam waktu singkat).
Kami literally (huh, ada lagi kata ini😎) hanya lewat Suramadu demi menunjukkan “jembatan terpanjang” di Indonesia pada anak-anak. Meski hanya sampai pojokan Suramadu, sudah sah dong kami nginjek Pulau Madura😂😎. Hanya sekitar sepuluh menit di ujung Suramadu, kami langsung balik badan menuju Stasiun Gubeng (haha, terniat yaaa). Semoga juga ada “lain waktu” untuk bener-bener main ke pulau para tretan ini.
Sampai di Gubeng, masih ada waktu sebelum jadwal berangkat kereta. Jadi, city tour singkat ke Taman Bungkul dan landmark tugu suro dan boyo di depan Kebun Binatang Surabaya. Setelah itu kembali ke stasiun untuk menunggu kereta berangkat pukul 15.15. Habis isya, kami sudah tiba di Klaten untuk bertemu keluarga.
![]() |
Validasi sudah sampai surabaya😅😅 |
What a journey... remuk di raga, tapi sukacita di jiwa😀😀
Ini memang bukan perjalanan yang ideal untuk mengeksplorasi tempat demi tempat. Namun, setidaknya, ada cerita lain dalam kepulangan tahun ini. Semoga ada tahun depan untuk membuat cerita yang berbeda.
Finally, Selamat Natal 2022 bagi teman-teman yang merayakan. Dan selamat berakhir tahun bagi semua pembaca. Semoga kita semua dianugerahi keselamatan dan kelancaran dalam banyak urusan. Tuhan memberkati.(DW)
Meski sejatinya adalah alat komunikasi, sejak awal telepon seluler telah menjadi sarana pendongkrak gengsi. Sampai-sampai, seseorang bisa melakukan tindakan lucu untuk pura-pura punya ponsel. Entah ini kehaluan yang serius atau hanya komedi, ada sebuah cerita lama yang bagi saya tetap terasa lucu hingga kini.
Saya sebut cerita lama, sebab terjadi di masa ponsel masih bertombol QWERTY-tanpa kamera-dan tak berwarna. Ponsel yang sangat mungil jika dibandingkan masa sekarang. Dengan ukuran kecil, tak aneh jika dulu ponsel lazim dibawa-bawa dengan ditaruh dalam kantong baju atau celana.
Jika mengenakan celana yang agak ngepas, ponsel yang dimasukkan saku pasti tampak "tercetak" kan? Nah si kawan ini sengaja mengantongi potongan kayu seukuran ponsel dalam saku celana. Tentu saja, dari luar saku tampak "tercetak" bentuk kotak seperti ponsel. Jadi kelihatan keren, tapi palsu huhuhu…
Demikianlah perilaku halu di masa itu. Sesuatu yang mungkin tidak akan terjadi lagi di masa kini. Seiring waktu, makin banyak kemampuan yang dibenamkan dalam sebuah ponsel. Semakin banyaknya fungsi, bentuk ponsel yang lazim dipakai tak lagi berukuran mini. Pengguna ponsel mungil biasanya orang-orang tua, yang memang butuh ponsel sekadar untuk teleponan.
Namun, tak semua orang merasa nyaman dengan ponsel berukuran besar. Ribet gitu loh. Ponsel tak bisa ditaruh kantong, kemana-mana mesti bawa tas. Ya sih, kenyamanan memang sering bersifat subjektif. Tak heran kalau sekelas menteri luar negeri, Ibu Retno Marsudi, masih pakai gadget dengan keyboard QWERTY. Sebab, menurut beliau, keyboard yang timbul lebih mudah digunakan ketimbang layar sentuh.
Saya sudah nyaman dengan layar sentuh sih. Namun, soal ponsel ukuran kecil, itu selera saya banget. Saya kan tidak bisa menyetir mobil. Ketika keluar sendirian saya biasa naik sepeda motor. Nah, ketimbang mencangklong tas, saat motoran saya lebih suka mengantongi ponsel dan dompet di saku jaket. Saku serba guna, karena selain ponsel dan dompet saya bisa mengantongi tote bag yang saya lipat. Jaga-jaga kalau di jalan mendadak beli sesuatu. Tak perlu pakai plastik kresek gitu lho…
Masalahnya, saat ini ponsel berukuran mungil identik dengan kemampuan yang kecil. Bahkan untuk kemampuan dasar seperti kapasitas penyimpanan, ponsel berukuran kecil benar-benar seperti RSSS (rumah sangat sederhana sekali). Jangankan mengunduh bermacam aplikasi yang bisa menunjang produktifitas, untuk menyimpan foto/video dan chat saja sudah kepayahan.
Tampaknya untuk urusan ponsel berlaku prinsip : kalau mau praktis dalam hal ukuran, lupakan tentang kemampuan.
Tapi itu dulu.
Medio November 2022 lalu, ASUS Indonesia meluncurkan ponsel flagship Zenfone 9. Ini sekuel lanjutan setelah sebelumnya ASUS sukses dengan Zenfone 8. Peluncuran Zenfone 9 di Indonesia memang lumayan berjeda dibandingkan launching perdana untuk pasar global yang dilakukan di Taipei pada bulan Juli. Namun sedikit telat rasanya tak masalah. Bagi penggemar ponsel cerdas dengan dimensi ringkas, Zenfone 9 layak ditunggu.
Compact Size, Big Possibilities
ASUS Zenfone 9 memiliki dimensi 146,5 x 68,1 x 9,1 mm dengan bobot 169 gram saja. Ukuran yang pas dalam genggaman telapak tangan plus muat dimasukkan ke dalam saku. Meski ukurannya ringkas, ponsel ini sangat bertenaga. ASUS Zenfone 9 disokong oleh oleh chipset Snapdragon 8+ Gen 1 yang merupakan prosesor terbaik saat ini. Penggunaannya dikombinasikan dengan RAM LPDDR 5 hingga 16 GB dan ROM UFS 3.1 sampai 256 GB. Dengan spesifikasi ini, Zenfone 9 mampu menyimpan banyak dan tetap ngebut saat digunakan bersamaan sekalipun. Was-wis-wus…anti lemot-lemot club!
Jadi ingat dulu, ketika saya menggunakan ponsel ukuran kecil. Setiap kali, saya mesti mencopot minimal satu aplikasi ketika ingin mengunduh aplikasi lainnya. Saya juga mesti menghapus chat-chat Whatsapp supaya bisa mengirim video. Saya juga mesti sabar ketika membuka berbagai aplikasi dalam waktu bersamaan. Bagi Zenfone 9, hal-hal itu jelas urusan kecil saja.
Lha wong untuk main game berat, seperti PUBG dan Mobile Legend, ASUS Zenfone 9 bisa tetap ngebut dengan performa stabil dan lambat panas. Prosesor dan RAM Zenfone 9 memang sama dengan yang dibenamkan pada ponsel gaming, ROG Phone 6. Tak heran, meski tidak didesain khusus untuk game, ASUS Zenfone 9 tetap bisa memberikan pengalaman gaming yang menyenangkan.
Tak hanya tentang kapasitas penyimpanan dan kecepatan, Zenfone 9 juga memberikan pengalaman visual yang mumpuni. Dibekali dengan layar AMOLED 120Hz dengan akurasi warna yang tinggi, bahkan untuk digunakan di luar ruangan. Layar Zenfone 9 juga didukung teknologi Gorilla Glass Victus sehingga bisa lebih awet dan tahan lama. Layar Zenfone 9 juga lebih ramah bagi kesehatan mata karena sudah memiliki sertifikasi SGS Eye Care Display, artinya memiliki emisi cahaya biru yang lebih minimal.
Ponsel berukuran kecil memang praktis dan enak dibawa kemana-mana. Apalagi, cukup ditaruh kantong baju/celana. Di sisi lain, hal ini malah jadi agak mengkhawatirkan. Kalau jatuh bagaimana?
ASUS sudah mengantisipasi kemungkinkan ini dengan menggunakan material premium. Untuk menghindari kesan gampang pecah dari bahan kaca, body Zenfone 9 menggunakan bahan high-grip texture yang anti selip. Body Zenfone 9 juga telah dilengkapi sertifikasi IP68 untuk perlindungan debu dan air. Tak sengaja kena siram air saat aktifitas luar ruangan, tidak masalah.
Baterai Tahan Lama dan Anti Panas
Zenfone 9 dilengkapi dengan baterai berkapasitas 4300 mAh, lebih besar ketimbang saudara tuanya, Zenfone 8 yang berkapasitas baterai 4300 mAH. Meski tergolong standar untuk ponsel masa kini, Zenfone 9 menggunakan teknologi hemat daya. Jadi, tak perlu khawatir untuk penggunaan normal seharian tanpa charge ulang.
Penggunaan chipset yang ngebut otomatis akan membuat ponsel cepat panas. Belajar dari Zenfone 8, Zenfone 9 memperbaiki teknologi termal yang bisa memperlambat peningkatan suhu ponsel saat digunakan secara intens. Tak perlu mengeluh tangan kepanasan ketika pegang ponsel lama-lama yak…
Oh ya, terkait baterai, ASUS Zenfone 9 dijual lengkap dengan charger 30 Watt lho…. Hehe, penting untuk kasih tahu soal ini. Sebab, untuk alasan lingkungan, muncul tren penjualan ponsel tanpa adaptor charger. Alasan yang masuk akal sih. Tapi kalau charger ponsel sebelumnya rusak atau hilang, kan jadi harus keluar uang untuk beli charger terpisah. Nah, kalaupun masih punya charger yang bisa digunakan, charger bawaan Zenfone 9 ini bisa untuk cadangan, ya kan.
Jernih, Cepat, dan Stabil Menangkap Gambar
Di era digital, foto dan video bisa menjadi sumber cuan. Banyak kisah sukses content creator bermodal ponsel. Seperti Arif Muhammad yang lebih dikenal sebagai Mak Beti. Arif mengawali konten sebagai youtuber dengan membuat video menggunakan ponsel saja.
Apalagi di masa sekarang, kamera ponsel seakan berlomba dengan kemampuan kamera DSLR dan mirrorless. Utak-utik kamera ponsel bisa menghasilkan foto yang tak kalah dengan kamera canggih. Menilik Zenfone 9, ponsel ini dilengkapi kamera depan dan dual kamera belakang yang sangat bisa diandalkan.
Di bagian belakang, wide camera Zenfone 9 dipasangi sensor Sony IMX766 50 MP dengan ukuran /1,56 inchi dan bukaan f/1.9. Teknologi Sony ini memiliki sensor yang besar sehingga bisa menangkap cahaya lebih banyak. Efeknya, Zenfone 9 tetap bisa menghasilkan gambar yang bagus meskipun pencahayaan minimal.
Bukan itu saja, pada kamera utama ini juga disematkan teknologi 6-Axis Hybrid Gimbal Stabilizer. (Haduh, menulis kata gimbal bikin saya ingat pada makanan tahu gimbal yang endeus disantap hangat bareng cabe). Berkebalikan dengan tahu gimbal bisa membuat lidah bergoyang, fitur gimbal pada Zenfone 9 bisa membuat gambar lebih stabil. Video jadi smooth dan tidak bergoncang, bahkan ketika video diambil dengan satu tangan dan badan bergerak (nge-vlog sambil lari, misalnya). Nggak kalah sama kamera profesional, yes…
Kamera ultra wide menggunakan sensor Sony yang lebih rendah, yakni IMX 363 12 MP. Kamera ini punya memiliki bukaan f/2.5 dan autofokus. Dengan kemampuan fokus otomatis, kamera ini bisa berfungsi sebagai kamera makro. Untuk memotret benda kecil dengan hasil detail, kamera ini bisa diandalkan.
Di bagian depan, Zenfone 9 memiliki kamera dengan kemampuan setara kamera ultra wide. Dengan sensor Sony IMX 663 12 MP, kamera depan ini mampu menghasilkan warna-warna natural. Kamera depan, tentu banyak digunakan untuk selfie bukan? Warna kulit akan ditangkap kamera ini dengan apik.
Berhubungan dengan ukuran, ponsel dengan dimensi kecil sangat bermanfaat untuk menangkap momen-momen yang tak terduga. Jika berlomba dengan detik, saat yang lain masih harus membuka tas, Zenfone 9 yang muat di saku sudah bisa menghasilkan gambar.
Pengambilan gambar secara cepat bukan hanya karena ukuran yang ringkas. Menangkap gambar semudah mengambil ponsel dari saku, lalu swipe tombol samping ke fitur kamera. Simpel sekali yaaa…Ini karena Zenfone 9 memiliki Zen Touch, yakni tombol daya multi fungsi yang disematkan di bagian samping ponsel.
Biasanya, tombol samping terbatas untuk keperluan on-off power, membuka kunci, dan mengatur volume suara. Namun, tidak demikian dengan ZenTouch yang merupakan tombol on-off multifungsi. ZenTouch serupa smart key yang bisa diatur sebagai jalan cepat untuk membuka berbagai pintasan, seperti notifikasi dan kamera. Bisa dibilang, seperti tombol 3D rasa touch-screen. Benar-benar mendukung pengoperasian dengan satu tangan.
Audio yang Nyaman di Telinga
Kemampuan visual tanpa audio yang oke adalah paket yang tak lengkap. Gambar halus tapi suaranya cempreng tentu tidak menyenangkan. Speaker ganda Zenfone 9 dilapisi Dbass foam ball untuk memberikan suara ekstra. Tak heran, meski berukuran kecil, speaker Zenfone 9 bisa menghasilkan suara yang “nge-bas” dan “bulat.”
Untuk recording, teknologi audio Zenfone 9 bisa merekam suara dari yang lembut hingga keras dan membedakannya dengan akurat. Fitur wind-noise reduction dalam Zenfone 9 juga mampu merekam suara dengan baik dalam kondisi banyak noise. Nge-vlog di pinggir jalan misalnya, pasti ada noise deru lalu lintas, teriakan orang dan sebagainya.
Varian dan Harga Zenfone 9
Zenfone 9 memiliki tiga varian kapasitas dan empat varian warna yang bisa kita pilih. Untuk varian kapasitas 6GB/128GB dan 16GB/256GB sudah tersedia sejak launching di 17 November 2022. Khusus varian 8GB/256GB bisa didapatkan mulai akhir Desember 2022.
Berikut detail varian dan harga Zenfone 9 :
Nah, buat kalian yang mau beli Zenfone 9, sudah bisa kalian dapatkan melalui partner dan channel pembelian resmi produk ASUS, antara lain Erafone, Tokopedia, ASUS Exclusive Store, dan ASUS Online Store.
“Artikel ini diikutsertakan dalam ASUS Zenfone 9 Blog Writing Competition di Blog Widyanti Yuliandari” (*)
Langganan:
Postingan (Atom)
Social Icons