Little Light to The Big Fire

 



Judul di atas aku ambil dari video kenang-kenangan kelas 9 SMPK Petra Kediri yang lulus tahun 2025 ini. Si sulung Ale ada di antara barisan anak-anak itu. Buatku yang amatiran kalau bikin konten visual, video ini kereen. Effort bikin videonya itu lho, pakai light stick, kembang api, juga drone. Daaan... ini adalah satu dari tiga video plus nanti saat acara perpisahan, katanya akan ada video kompilasi kegiatan anak-anak dari kelas tuju sampai sembilan.

Sedikit yang aku tahu dari anakku (bisa jadi info ini kurang tepat), pembuatan video ini ide dari satu (atau beberapa?) orangtua murid. Beliau ini juga yang mengatur ini itu terkait produksi video (tentunya juga koordinasi dengan sekolah). 

Kemarin, di timeline Facebook, aku sempat ketemu status curhat seorang teman online tentang keriwehan di grup wali murid mengenai acara perpisahan. Nah, kalau di acara perpisahan anakku, bisa dibilang hanya sebagian ortu yang riweh (karena bersedia). Lainnya (salah satunya aku), terima bersih hehehe.  

***

Puji Tuhan, minggu lalu, Ale dan teman-teman seangkatannya sudah menyelesaikan ujian SMP. Diawali dengan ujian praktik yang bener-bener bikin sibuuuk untuk latihan dan persiapan. Ada ujian praktik personal dan kelompok. Ada dua ujian kelompok ini yang makan waktu cukup lama untuk persiapan.  

Pertama adalah ujian bahasa dan seni budaya yang dilaksanakan dalam bentuk gelar budaya, yakni berupa drama berbahasa Jawa, Indonesia, dan Inggris. Kelompok Ale mendapat tugas ujian drama berbahasa Inggris. Kedua adalah ujian IPA, IPS, Matematika, dan Prakarya yang dituangkan dalam praktik membuat makanan serta memasarkannya. 

Ujian praktik anak-anak sekarang itu seru yaaa... Di SMPK Petra, ujian praktik dikemas dalam acara SHOWCASE, yakni festival gelar karya selama beberapa hari dan melibatkan adik-adik kelas. Sementara di dalam aula ada pentas drama, di luar ada both anak-anak berjualan makanan. Ale dan kelompoknya membuat paket menu sate taichan dan mendapat untung sekitar Rp 400.000. Beberapa hari lalu, satu kelompok menggunakan uang keuntungan itu untuk jajan all you can eat :)   

Sekitar dua minggu setelah ujian praktik, dilaksanakan ujian tertulis. Hasilnya belum keluar. Namun, menunggu hasil ujian sekolah di era anak-anak sekarang rasanya tidak sedeg-degan dulu ya... Saat masih ada ujian nasional (di zamanku disebut EBTANAS), menunggu pengumuman kelulusan bisa sangat mendebarkan. Sebab, potensi tidak lulus itu ada banget. Kalaupun yakin lulus, masih deg-degan terkait NEM (Nilai Ebtanas Murni). Sebab, NEM sangat menentukan kelolosan ke jenjang sekolah berikutnya.  

Berbeda dengan sekarang, saat ujian nasional ditiadakan. Ditambah lagi daftar sekolah pakai sistem zonasi. Ujian akhir bukan lagi seperti monster yang menakutkan. Itu sependek pengamatanku saja sih. Yah, semua sistem memang plus minus yaaa.. Beberapa tahun lalu sudah sangat ramai pro-kontra ujian nasional. Dan setiap ganti menteri pendidikan, selalu ada perubahan kebijakan yang kembali mengundang  pro-kontra.

Hari-hari ini, si bocah libur sambil menunggu acara perpisahan. Rencananya, akan dua acara perpisahan, yakni perpisahan seluruh angkatan di sekolah dan perpisahan kelas yang akan dilangsungkan di rumah wali kelas. Sesuai kebijakan walikota Kediri, tidak ada pungutan biaya WAJIB untuk acara perpisahan sekolah. Namun, kalau mau sukarela menyumbang, monggo. Jumlahnya pun sukarela saja.

Jujur, aku termasuk orangtua yang pasif dalam hubungan dengan sekolah. Kalau ada undangan pertemuan wali murid, aku pasti datang sih. Tapi aku sangat jarang bertemu/kontak pribadi dengan wali kelas/guru.  Pasti bertemu wali kelas adalah saat mengambil raport. Di luar itu paling beberapa kali say hello ketika tak sengaja bertemu saat aku menjemput di sekolah.

Aku juga tidak berinteraksi dengan sesama orangtua/wali murid lainnya. Ya maklum, aku juga baru pindah ke Kediri berbarengan dengan Ale pindah ke Petra. Tidak ada orangtua murid yang sebelumnya aku sudah kenal. Ditambah aku bukan tipe ibu-ibu yang sering berlama-lama di sekolah. Untuk anak tingkat SMP, sepertinya para moms sudah nggak menunggu di sekolah kan yaa... Ndilalah, kok ya nggak ada sesama ortu sekelas Ale yang jadi tetangga satu kompleks atau sesama jemaat gereja.

Selain itu, yang aku tahu memang tidak ada grup WA orangtua bentukan wali kelas/sekolah. Grup orangtua justru baru ada beberapa hari sebelum aku posting ini. Itu pun grup WA yang dibentuk orangtua guna membahas persiapan acara perpisahan (termasuk pemberitahuan tentang pembuatan video di atas).

Sejauh yang aku tahu, no drama-drama menjelang acara perpisahan anak-anak. Acaranya memang masih awal bulan Juni. Semoga saja lancar tanpa kendala berarti.

***  

Yang pasti aku banyak-banyak bersyukur karena Ale bisa menyelesaikan SMP dengan lancar. Flash back 1,5 tahun lalu, Ale memulai hari-harinya di Petra dengan berat. Pindah sekolah di semester dua kelas delapan bukanlah hal yang dikehendakinya. Kemauan dia adalah tetap tinggal di Makassar hingga selesai SMP, baru menyusul kami pindah ke Kediri. Kemauan yang tidak kami acc. Meski dia sangat meminta, kami tetap tidak bisa mengabulkannya.

Hari-hari pertama di Petra dia jalani dengan enggan. Selalu saja mengeluhkan ini itu dan membandingkan segala sesuatu dengan sekolahnya di Makassar. Saat liburan kenaikan kelas sembilan, dia sampai pergi sendiri ke Makassar, demi rindu pada teman-temannya. Sejujurnya, saat itu kami ragu mengizinkan dia pergi ke Makassar sendirian. Bagaimanapun, itu pengalaman pertamanya naik pesawat tanpa kami. Puji Tuhan, liburan ke Makassar sepertinya membantu dia untuk move on di semester berikutnya.

Perlahan-lahan,  Ale merasa oke dan enjoy. Lalu, seolah tak terasa satu tahun berlalu begitu saja. "Tiba-tiba" sudah masa kelulusan dan sekarang kembali galau karena harus menghadapi perpisahan. Ya wajar siih, sepertinya dulu aku juga merasakan hal serupa saat hendak lulus sekolah.

Tapi hidup harus terus berjalan.

Setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya. 

Berbahagialah kamu yang diberkati dengan dua sekolah yang sama-sama seru. Setelah ini akan lanjut ke sekolah baru, di kota baru, dengan cerita dan tantangan baru. Berkat Tuhan selalu menyertai kamu.

Posting Komentar untuk "Little Light to The Big Fire"