Join Monetisasi FB


Sejak akhir Februari lalu aku terseret oleh hype warga facebook, yakni monetisasi. Sebenarnya tidak tepat menggunakan kata terseret karena aku melakukannya dengan sadar. Mungkin lebih pas jika menggunakan kata “ikut arus” yaaa… 

Aku sedang malas browsing untuk mencari informasi kapan Facebook mulai program monetisasi reel/video. Yang pasti, beberapa waktu belakangan ini, aku melihat  perubahan di beranda facebook. Tiba-tiba banyak reels dan aku sering mendapat notifikasi untuk melihat langsung sebuah postingan. Aku juga sering ketemu tagar #fbreels, #fbpro, #monetisasifb, dan sejenisnya.

Hhmm, ini apa sih? Hampir tiap hari buka FB, tapi aku nggak ngerti rame-rame ini. Ini tuh kayak melihat arus rombongan orang rame-rame pergi ke suatu tempat, sementara aku baru bangun tidur dan nggak ngerti apa-apa.

Hah heh hoh…. ini apa sih? 

Ternyata aku se-abai itu sampai nggak ngeh dengan keramaian yang ternyata sudah cukup lama terjadi. Ya ampoooon….

Barulah aku ingat postingan seorang teman beberapa waktu berselang. Sudah cukup lama sih… Aku lupa bagaimana kata-kata persisnya. Intinya, dia sudah mencoba monetisasi FB dengan mengubah setting akun pribadi menjadi akun  FB Pro. Namun, karena sebuah alasan, dia membatalkan setting pro dan kembali menjadi akun pribadi.

Detik itu aku berpikir…. ooh itu yaaa…

Namun, momennya masih terhenti di “ooh itu yaaa..” Aku belum ada niat sedikitpun untuk mencoba monetisasi FB. Sampai kemudian, di suatu malam, si bungsu Elo mellow berat karena rindu Oyen, kucing di Makassar yang tidak kami ajak pindah ke Kediri. Malam itu, kami scroll galeri HP untuk melihat foto-foto dan video-video Oyen. 

Hmmh, ternyata lumayan banyak dan belum ada cadangan di penyimpanan lainnya. Beberapa waktu sebelumnya, aku memang menghentikan sinkronisasi gawai dengan Google Photos sehingga foto/video tidak otomatis tercadangkan. Saat itu, barulah aku berpikir untuk posting video-video lama itu di FB sebagai kenang-kenangan. 

Selain video kucing, di gawai juga banyak video jalan-jalan selama tinggal di Makassar. Beberapa memang sudah pernah aku post di Facebook/IG. Namun, masih banyak video lain yang cuma bikin penuh memori. Terlebih aku malas untuk membuat cadangan file. 

Jadi, motivasi dasarnya adalah “nitip simpan di FB” seperti yang banyak dilakukan orang-orang. 

Barulah saat itu terpikir, kenapa tidak sekalian mencoba monetisasi? Toh, dari sekian platform media sosial, aku paling aktif di FB. 

Aktif di FB…penanda umur ga sih? 😂

Mungkin karena aku sudah lama “tinggal” di FB. Sekalipun banyak yang sudah migrasi dari FB ke platform lain, tapi aku tetap merasa lebih nyaman di aplikasi itu. Aku oke-oke saja di sana sekalipun banyak orang bilang kalau FB itu oldies (lah ini sih memang pas heheh). Banyak juga yang bilang kalau FB itu toksik dan “ajaib”. Tapi sejauh ini aku jarang ketemu komen-komen aneh  di FB. Aku juga tidak join grup-grup dengan potensi “perang kata-kata” di dalamnya. Itu makanya aku nyaman-nyaman saja di media sosial yang satu itu.

Aku juga punya akun Instagram sih. Namun, aku tetap lebih sering membuka FB. Postingan di IG juga asalnya dari FB. Apalagi  Tiktok, ada akun, tapi sudah lama tidak aku buka. Entah lah, bagiku membuka IG dan Tiktok itu seperti masuk ke ruangan yang sangat ramai dan hanya sedikit yang aku kenal. Ada rasa canggung… 

Aku pun mencari-cari informasi tentang monetisasi FB dari Google dan Youtube. Sedikit ada pencerahan meski baru gambaran kasar. Sepertinya, bakalan sulit paham sepenuhnya kalau hanya baca/lihat video penjelasan. Akhirnya, berbekal panduan tutorial dari sebuah akun Youtube, aku berhasil memulai setting monetisasi akun FB.

Setelah itu?

Ya sudah, mulailah hari-hari pertama sebagai kreator digital (uhuuks…masih keselek pakai istilah ini). Padahal, memang itu sebutan yang disematkan oleh FB begitu seseorang bergabung ke FB Pro. Seharusnya aneh kalau sampai keselek yaa.. Kan sebelum join FBPro sesekali sudah bikin reels. Lalu bukannya  ngeblog pun aktifitas kreator digital? .

Tapi memang, selama ini aku tidak pernah menyebut diri sebagai kreator digital sih. Lha wong mengerjakannya suka-suka dan tiada target. Kecuali kalau lagi ada job di blog, yang mana aku jarang-jarang juga ikutan. Kupikir-pikir, buatku pribadi, bergabung ke FB Pro jadi semacam paksaan untuk konsisten bikin konten. Sebab, untuk mencapai tahap monetisasi, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, diantaranya jumlah reel/video dan jam tayang.

Huwaaa…kalau ada pertanyaan teknis, jujur aku belum bisa jawab deh. Orang ini juga masih newbie, masih banyak nggak ngerti, masih tanya sana-sini. Dan sejujurnya, tantangan sesungguhnya buatku bukanlah monetisasi itu sendiri.

Lalu apa dong?

Selama ini, aku punya masalah pribadi mengenai konsistensi dan kepercayaan diri. Aku inget banget, beberapa waktu lalu pernah bercerita tentang bikin video pertama, yakni saat membeli kacamata. Tapi ya udah, karena tetap nggak pede, jadi nggak lanjut aja gitu.

Kalau istilah suamiku, setiap orang punya “big rock” alias batu besar (penghalang) masing-masing. Aku berani resigned tahun 2005 dengan harapan bisa berkarir di rumah. Namun, apa kenyataannya? Sampai detik ini, hal itu belum terjadi. Aku bahkan sempat berada di titik “merasa bukan apa-apa” karena minim karya.

Aku sering obor-obor blarak, hangat-hangat tahi ayam, atau apalah istilah lain yang serupa. Kebiasaan yang sangat menyebalkan. Aku tahu, tapi sungguh sulit untuk berubah.

Padahal : 

Jika tidak berubah, maka aku akan kalah.

🙃🙃 Aku sudah lama mengenal “mantra” itu. Sayangnya, aku tidak bisa seperti Kotaro Minami yang setiap saat berhasil berubah menjadi Satria Baja Hitam.

Aku memberanikan diri menulis ini lalu posting di blog, sebagai pendorong bagi diri sendiri. Biar ada pengingat tiap mau seenaknya berhenti. Sudah posting dengan mode publik lho…Memang, ini bukan janji pejabat negara yang harus dipertanggungjawabkan pada masyarakat. Namun, sekian kali mengkhianati janji pada diri sendiri  juga bikin sakit hati lho… Sakit hati karena perilaku sendiri…agak absurd ya haha.  If you know what I mean.. 

Jadi, aku menggunakan fitur FB Pro ini sebagai tantangan konsistensi dan kepercayaan diri. Puji Tuhan, ini masuk minggu ketiga dan aku masih bisa konsisten membikin konten. Ya sih, kontennya masih campur baur belum jelas arahnya. Namun, aku percaya seiring waktu akan ketemu warna utamanya. 

Satu hal lagi, aku juga memberanikan diriku untuk konsisten live. Waao, ini suatu lompatan besar bagiku dalam urusan percaya diri. Ya sih, beberapa waktu lalu, aku sudah beberapa kali live saat membuat sabun jelantah dan eco enzyme (yang sejak pindah ke Kediri belum aku lakukan lagi 😣). Tapi jelas saja, aku belum terbiasa.

Aku masih “demam panggung” tiap mau live… Padahal kan nggak naik panggung yaaa wkwkwkw. Makanya, aku salut sekali pada para konten kreator yang sudah di tahap asik-asik saja cas-cis-cus di depan kamera. Aku bahkan kalah dengan para sepupu dan keponakan yang jauh lebih muda, mereka malah sedikit-sedikit live.

Bagiku, rasanya malah lebih mudah bicara di depan audiens yang nyata ketimbang live di dunia maya. Sebab, jika tidak direkam dan diunggah ke internet, berbicara di depan audiens dunia nyata itu terbatasi ruang dan waktu. Sementara, “bicara” di internet berpotensi dilihat oleh siapa saja dimanapun mereka berada.  Unggahan tersebut  juga menjadi jejak digital yang bisa jadi susah dihapus ketika ternyata aku tak menginginkannya.

Namun kakiku sudah terlanjur masuk kolam..apa iya akan keluar lagi?

Dalam rangka menantang diri, aku malah nekat bikin status bahwa aku akan live tiga kali seminggu. Jadwal sementara ini adalah : 

  • Seru (Senin Rupa-Rupa), ini adalah tempat untuk meracau tentang apa saja, topik random suka-suka.

  • Rabas (Rabu Bahasa), sebuah tindakan super nekat karena aku tidak punya pengetahuan luas tentang bahasa. Aku hanya sekadar penikmat dan pengamat kata-kata. Jadi, dari dua kali live, aku selalu mengawali dengan disclaimer bahwa aku bukan ahli bahasa. Aku membuat Rabas untuk belajar bersama. Pintu kritik dan saran terbuka lebar-lebar.

  • Matkul (bukan mata kuliah tapi Jumat Kuliner 😀), ini juga bentuk super nekat lainnya. Apalah aku dalam hal kuliner dan gastronomi? Aku juga tak layak menahbiskan diri sebagai seorang foodie. Ini bukan perkataan merendah untuk meninggi lho.. Lha wong kata dosenku dulu, lidahku cuma bisa mencecap dua rasa, yaitu enak dan enak banget 😂. Jadi, Matkul lebih pada cerita dan tanggapan pribadi sebagai kalangan awam terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kuliner.

Puji Tuhan, dua minggu pertama jadwal live bisa kulalui ~walau keringat dingin. Rasanya aneh kalau melihat rekaman diri live. Wagu… Tapi biarlah, selalu ada masa-masa awal untuk segala sesuatu.

Dapat dodol alias dollar dari monetisasi FB, ya jelas mau ~mau banget malah. Namun, sepertinya, menjadikan cuan sebagai motivasi utama malah rentan membuatku kecewa. Bagaimana kalau ternyata pemirsa kontenku tidak berkembang? Bagaimana kalau ternyata tanpa sengaja aku melanggar ketentuan dan berujung pada penghentian? Bagaimana kalau aku tidak baik-baik saja?  Lha malah nyanyi lagunya Judika 😂

Jadi, kupikir sudah tepat untuk menjadikan FB Pro sebagai sarana tantangan uji konsistensi dan kepercayaan diri. Kalau akhirnya bisa cuan, itu bonus yang menyenangkan -of course. Kalaupun tidak, aku sudah berhasil melatih otot-otot konsistensi dan kepercayaan diri. Kita tidak tahu jalan apa yang akan dibukakan di waktu mendatang kan…. Aku sudahi tulisan ini dengan kata-kata lama yang tak lekang termakan zaman : do the best and let God do the rest.  

Kalau-kalau ada yang mau ikuti FB aku, klik di SINI yaaa…


20 komentar untuk "Join Monetisasi FB"

  1. Menarik ya
    Sayangnya waktuku masih terbatas
    Jadi belajar yang kubisa dulu sementara
    Soalnya anak tiga aktif semua
    Mamak udah kelelahan haha

    BalasHapus
  2. Sama, rasanya kok demam panggung banget mau nyoba Live. Jadi, sekalinya Live, tetep yg di shoot wajan, mixer wkwkwk. Good luck mbk...

    BalasHapus
  3. Do the best and let GOD do the rest💪🤩 prinsip ini kudu kita usung dalam.hidup keseharian yah.
    semangaatt mak Lis🤩💪 so inspiring bangetttt 💯

    BalasHapus
  4. Kalau gak sekarang kapan lagi, ini biasanya yang suka jadi mantraku nih. Karena namanya perkembangan, kalau arahnya baik wajib dong kita coba. Sama dengan monetisasi FB ini juga.

    BalasHapus
  5. "Kalau bukan sekarang, kapan lagi?" Kalau aku mantranya ini nih, hahahaa... Karena kalau tidak kita coba tidak akan taukan, kalau cocok lanjut kalau enggak bisa terus belajar ya. Keren mbak Lisda nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  6. Aku ada fb tapi buat mirroring konten aja mak haha gak pernah aku buka2 lagi. Baru tahu kalo FB ada monetisasi juga, kemana aja ya aku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah terbalik mak..mirroring FB ke IG :D

      Hapus
  7. molly juga masih main fban. sekarang lebih suka ngepost tulisan atau video aja. mirroring dari tiktok ke ig ke fb. wkwk.. dah jarang nyetatus udah sok sibuk hehe

    BalasHapus
  8. FB ini salah satu deretan paling bawah dari sosmedku yang jarang banget aku buka. Jadi baru tau juga ada FB Pro yang kini bisa dimonetasi. Seru yaa, ka Lis.. Selalu berproses dan didukung oleh keluarga. Sukses selalu, ka Liiss..

    BalasHapus
  9. Keren nih mbak Lisdha. Ya, sekarang semakin banyak ibuk2 yang ikutan monetisasi FB pro. Bikin status, terutama banyak viode reels yang diupload setiap hari, lalu dicek insight-nya dll. Aku sih ga ngikutin banget ya, kayaknya udah level 2 deh tapi masih jalan di tempat karena aku ga konsisten main FB pro hahaha. Kalau IG sih memang aku piara wkwkwkw. TFS mbak.

    BalasHapus
  10. Semangat Mak, semoga makin konsisten bikin konten ya.
    Makin "berani" buat live, nggak grogi lagi. sehingga bicaranya juga bisa lancar.
    Saya beberapa kali lihat kok video Mak Lisdha lewat di beranda

    BalasHapus
  11. Aku udah gak terlalu aktif di FB haha, tapi suka aja kalau ada yang bikin konten videonya niat dan kalau bagus biasanya aku bantu likom.
    Widih kok seru sih sampai bikin live segala.
    Tapi aku yakin gak akan ada yang sia2 kok mbak, suatu saat pasti skill itu akan berkembang bahkan gampang dimonetize :D
    Semangat terus yaaa

    BalasHapus
  12. Aku lagi nyimak ramai banget ini temen-temen di FB yang bikin status ikutan monetisasi FB pro. Aku belum ngeh banget sama caranya, karena sudah lama sekali di FB hanya sesekali saja , gak seaktif dulu

    BalasHapus
  13. ditunggu cerita akhirnya Mbak..setelah monetisasi fb bagaimana peluang dan tantangannya di sana?

    BalasHapus
  14. Semangat mba pasti bisa konsisten dibikin jadwal aja kedepannya jadi nanti tinggal eksekusi... Semangat

    BalasHapus
  15. Dua bulan kemarin aku kembali aktif di FB buat share novelku sih. Tapi sekarang lagi off karena ternyata melelahkan harus posting tiap hari. FB ku udah monetize juga tapi belum menghasilkan.

    BalasHapus
  16. Aku belum daftar FB Pro, soalnya jarang ke FB aku main di TikTok dapat job bikin video. Seru juga kalau bisa main di FB Pro.

    BalasHapus
  17. Katanya fb pro bisa menghasilkan juga yah mba, tp aq belum ubek ubek nih karena masih fokus di aplikasi sebelah hehehe

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)