Manfaat dan Cara Membuat Eco Enzyme


Tumpukan sampah organik selalu membuatku teringat pada tragedi TPA Leuwigajah, di Cimahi, Jawa Barat. Pada Februari 2005, gunungan sampah di tempat itu meledak hebat dan mengubur pemukiman di sekitarnya. Tercatat 157 warga tewas akibat tertimbun longsoran sampah.

Sedemikian mengerikan tragedi tersebut, sehingga aku yang bukan korban pun sangat mudah ingat. Apalagi bagi korban, sangat mungkin bukan hanya ingat, tapi juga trauma jangka panjang.

Dilansir dari berbagai sumber, gunung sampah di TPA Leuwigajah meledak akibat konsentrasi gas metana yang tertimbun. Hal itu bukan karena kawasan tersebut memiliki sumber gas alami. Namun, gas metana tersebut dihasilkan oleh proses pembusukan sampah organik. Bisa dibayangkan, sekian ton sampah organik yang tertimbun di sana. Gas metana yang dihasilkan bisa menyebabkan ledakan hebat.

Tragedi Leuwigajah
Tragedi Leuwigajah (foto Antara)

Mengutip data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2022, total sampah di Indonesia mencapai 68,7 juta ton/tahun. Dari jumlah itu, sebanyak 65,83 persen sampah di Indonesia masih diangkut dan dibuang ke TPA (landfill). Menurut jenisnya, sampah organik masih mendominasi hingga mencapai angka 41,27 persen. Rumah tangga menjadi salah satu penyumbang sampah yang cukup besar, yakni mencapai kisaran 38,28 persen. 

Sampah organik merupakan kontributor penting pada akumulasi emisi gas rumah kaca. Oleh sebab itu, kita tidak bisa berhenti pada mindset “yang penting rumah dan lingkungan sekitar bersih.” Kita harus peduli kemana dan bagaimana sampah rumah tangga kita berakhir. Emisi gas rumah kaca berdampak luas. Tidak hanya bagi penghuni area sekitar TPA, tapi bagi seluruh bumi.

Ada berbagai cara untuk mengurangi sampah organik rumah tangga, antara lain dengan lubang biopori, diolah menjadi kompos, diolah menjadi POC (pupuk organik cair), diberikan sebagai makanan ternak, dan diolah menjadi eco enzyme. 

Dibandingkan cara pengolahan yang lain, membuat eco-enzyme paling terakhir aku kenal. Paling akhir tapi justru terus aku lakukan. Belakangan, aku juga menggunakan eco-enzyme sebagai bahan tambahan dalam membuat sabun cuci dari limbah minyak jelantah.   

Apa itu Eco-enzyme?

Eco-enzyme
Hasil fermentasi eco-enzyme (foto pribadi)

Aku yakin sudah banyak yang tahu tentang eco-enzyme dan bahkan sudah membuatnya. Tapi, juga masih ada kok yang belum tahu sama sekali. Jadi nggak ada salahnya untuk turut menyebar-luaskan informasi dasar tentang eco-enzyme. 

Eco-enzyme adalah larutan zat organik kompleks yang diperoleh dari proses fermentasi bahan organik, gula, dan air. Eco enzyme menjadi salah satu alternatif pengolahan sampah karena bahan organiknya bisa berasal dari sisa-sisa konsumsi rumah tangga, seperti kulit buah dan potongan sayuran. Jenis sampah yang identik dengan rumah tangga ya kan?

Cairan Eco-enzyme berwarna coklat terang hingga gelap, tergantung pada jenis bahan organik dan gula yang digunakan. Aroma eco enzyme cenderung asam/segar, ini juga sangat dipengaruhi bahan-bahan organik yang digunakan. Oleh sebab itu, komposisi bahan eco enzyme dianjurkan lebih banyak kulit buahnya. Dengan demikian, diperoleh aroma yang lebih segar. 

Eco-enzyme pertama kali dikembangkan oleh tokoh pertanian organik dari Thailand, Dr. Rosukan Poompanvong pada tahun 1980-an. Beliau aktif melakukan riset  mengenai eco-enzym selama puluhan tahun. Eco-enzyme pun mendapat pengakuan internasional, Dr Rosukan mendapat penghargaan dari FAO PBB atas penemuannya tersebut. Selanjutnya, eco-enzyme dikenal lebih luas atas campur tangan Dr. Joean Oon, Director of the Centre for Naturopathy and Protection of Families in Penang (Malaysia).

Terima kasih Mr Rosukan, Mr Joean, dan semua pegiat eco-enzyme di manapun anda berada.


Manfaat Eco-Enzyme

Eco-enzyme disebut sebagai cairan dengan segudang manfaat. Dengan manfaat tersebut, kita bisa menghemat pengeluaran pada beberapa item belanja. Lebih dari itu, menggunakan eco-enzyme berarti turut melestarikan lingkungan. 

Berikut beberapa manfaat yang bisa kita peroleh dari eco-enzyme. Untuk penggunaannya, cek tabel dosis aplikasi pada tabel di bawah ya…

  • Pupuk organik. Bagi teman-teman yang hobi berkebun di lahan maupun halaman, cairan eco-enzyme bisa digunakan sebagai pupuk organik yang membantu menyuburkan tanah. 

  • Pestisida organik. Selain sebagai pupuk organik, eco-enzyme bisa digunakan sebagai pengusir hama pada tanaman.

  • Cairan pembersih serbaguna. Bagi teman-teman yang tidak hobi berkebun, eco-enzyme punya banyak manfaat untuk urusan kebersihan rumah. Eco-enzyme bisa digunakan untuk cairan pel lantai, pembersih kaca, pembersih kamar mandi, pembersih wastafel, dan lain-lain. Aku juga mencampur eco-enzyme pada cairan pencuci piring, alhasil cucian piring jadi lebih kesat. Eco-enzyme juga bisa digunakan sebagai cairan pencuci  buah dan sayur. 

  • Kesehatan. Eco-enzyme banyak digunakan untuk campuran perawatan wajah, rambut, dan kulit. Ampas eco-enzyme diklaim bermanfaat untuk terapi kesehatan dengan cara dijadikan bantal eco-enzyme.

  • Penjernih udara. Eco-enzyme bisa menjadi desinfektan/penjernih udara dengan cara disemprotkan dalam ruangan.

  • Penjernih air. Eco-enzyme juga bisa dimanfaatkan sebagai desinfektan organik pada air yang kita gunakan.

  • Melestarikan lingkungan. Eco-enzyme bisa dituangkan di area perairan luar rumah (sungai/waduk) untuk mengurangi pencemaran.

  • Mengurangi gas rumah kaca. Pembuatan eco-enzyme mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA. Otomatis, eco-enzyme mengurangi potensi gas yang dihasilkan di TPA.

Tabel komposisi penggunaan eco-enzyme : 

tabel aplikasi eco-enzyme
Gambar diambil dari ssgi.or.id

Cara Membuat Eco-Enzyme

Nah, kita sampai pada cara pembuatan eco-enzyme. Bikin eco-enzyme itu susah nggak sih? Kalau aku bilang sih, susah atau gampang itu relatif.  Awalnya, aku juga merasa ribet. tapi lama-lama jadi terbiasa. Bahannya hanya empat macam, yakni : 

  • Sisa bahan organik rumah tangga seperti kulit buah dan potongan sayur.

  • gula merah/molase (gula apa saja asal bukan gula pasir putih)

  • air 


Loh, bahan keempatnya apa? Aku sengaja menyebut bahan keempat secara terpisah. Sebab, bahan keempat ini bisa dibilang gampang-gampang susah. Apa sih bahan keempatnya? Jreng–jreng.. Bahan keempat adalah NIAT KUAT untuk mengerjakan. Bener kan kalau bahan ini tuh gampang-gampang susah?😂😂

Hal pertama yang perlu diingat dalam proses pembuatan eco-enzyme adalah formula perbandingan bahannya, sebagai berikut : 

Bahan organik : gula : air = 3 : 1 : 10

(Khusus bahan NIAT perlu 100 ya ges yaa..)

Sebagai contoh : jika kita menggunakan 300 gram bahan organik, kita perlu 100 gram gula merah dan 1000 gram (1 liter) air. (Berlaku kelipatan).

Langkah kerja : 

  • Pilih sisa bahan organik yang kondisinya bagus. Limbah organik yang busuk akan berpengaruh buruk pada proses fermentasi eco-enzyme. Usahakan lebih banyak kulit buah daripada sisa sayuran supaya dihasilkan eco-enzyme dengan bau yang segar.

  • Iris kecil-kecil/cacah sisa bahan organik untuk mempermudah proses fermentasi.

  • Campurkan irisan bahan organik, gula merah, dan air pada wadah. Tutup rapat dan fermentasi selama tiga bulan.

Catatan

  • Pada minggu-minggu awal fermentasi akan dihasilkan banyak gas. Oleh sebab itu, gunakan wadah plastik dan bermulut lebar untuk meminimalisasi kemungkinan meledak.

  • Jika terpaksa menggunakan botol plastik, maka kita harus rajin-rajin membuka tutup botol untuk mengeluarkan gas (terutama pada minggu-minggu pertama).

  • Gunakan ¾ volume wadah (jangan sampai penuh) untuk meminimalisasi kemungkinan meledak.


Aku pernah dong bikin eco enzyme pakai botol air minum 1,5 liter dan meledak. Ini gara-gara aku bandel mengisi  botolnya sampai hampir penuh. Yeeee…sudah tahu, tapi nekat melanggar. Tapi kejadian itu juga menjadi pengingat bagiku. Kalau sebotol sampah saja sudah bisa membuat ledakan yang mengagetkan, bagaimana dengan potensi ledakan gunungan sampah? Tragedi Leuwigajah adalah salah satu jawaban konkritnya.

Kalau memang terpaksa banget pakai botol, teman-teman bisa mengakalinya dengan membuat saluran udara yang diarahkan ke air bersih seperti gambar di bawah ini. 


Kalau masih merasa perlu lihat tutorial secara visual, teman-teman bisa cari di Youtube atau platform video lainnya. Aku juga ikut bikin video tutorial dan aku unggah di :

Last but not least, aku kembali menyalin kata berlian dalam mengelola sampah rumah tangga :

We don’t need a few people doing zero-waste perfectly, we need millions doing it imperfectly.”

Terima kasih sudah membaca.

61 komentar untuk "Manfaat dan Cara Membuat Eco Enzyme"

  1. Manfaatnya banyak banget nih ya, Kak. Apalagi cara pembuatannya juga cukup mudah

    BalasHapus
  2. Satu botol saja bisa menyebabkan ledakan. Jika tidak dikelola dengan baik kita seperti hidup dikelilingi bom yang sewaktu-waktu bisa meledak. Hal pertama yang dilakukan dalam mengelola sampah domestik apa, Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hal pertamanya apa ya mbak? Haha.. IMHO hal pertama adl menguatkan niat sih mbak. Kalau soal teknis cara yg kita lalukan kan macam2, pilih yg paling memungkinan utk kita lakukan, shg tdl menjadi beban.

      Hapus
  3. Sampah dapur ini jadi masalah banget memang mbak. Apalagi 50% dari limbah di masyarakat ini adalah sampah rumah tangga. Kapan hari pas bikin fertilizer organik mau aku kasih gula merah, tapi takut meledak gini karena pake kemasan air minum. Kalau mau dibuat pupuk atau fertilizer tanaman, takaran gulanya kira² berapa mbak ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pernah bikin pupuk cair, takarannya ada di tautan ini mbak https://www.daily-wife.com/2020/11/membuat-mol-dari-limbah-dapur-praktikum.html?m=1

      Hapus
  4. Sepertinya saya bisa mencoba untuk menerapkannya di rumah, kebetulan di Jogja sedang darurat sampah, dan daripada nunggu tukang angkut sampah yang kelamaan datang dan juga kalau dibakar sampahnya malah jadi polusi udara, mending dijadiin eco enzyme ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kapan hari saya lihat video dok tpa (atau tps?) PIYUNGAN. Dan persoalan spt itu di berbagai kota di indonesia kan ya.

      Hapus
  5. Wah, makasih banget kak. Kebetulan aku lagi cari panduan membuat eco enzyme ini. Udah cukup lama tahu tentang 'khasiat' eco enzyme, tapi actionnya nih yang belum. Masih kepentok niat, hehe. Tapi semoga setelah ini bisa bener2 praktik. Karena pengen punya sistem pengelolaan sampah sendiri di rumah. Rasanya udah nggak bisa lagi mengandalkan tukang angkut sampah di lingkungan kampung, karena sering telat sampai sampah numpuk2. Bikin bau nggak enak, merusak pemandangan juga. Kalo dibuat eco enzyme gini kan jadi lebih manfaat yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup betul mbaa...saya jg blm bisa zero waste. At least sdh mengurangi lah..

      Hapus
  6. Dulu saya sregep bikin eco enzym, Sejak punya anak lagi, mandek total, mungkin sampai dia SD. Sangat eksploratif anaknya dan kepoan pula.
    Baca ini jadi kangen bikin lagi,.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk mb susi tuntaskan kangennya..si bocah aktif diajak iris2 hihihi

      Hapus
  7. Iya mba dulu pas lagi zamannya kuliah denger berita ledakan TPA di Leuwigajah kaget bener banyak korban jiwanya. Nah perlu ya untuk mandiri bikin eco enzyme kayak begini aku jadi pengen coba juga di rumah apalagi manfaatnya banyak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kan..heboh bgt beritanya saat itu. Bandung dan sekitarnya yg sudah padaaat jelas butuh partisipasi warga soal sampah.

      Hapus
  8. Baru tahu kalau eco enzyme manfaatnya segini banyak. Kirain sebagai pupuk dan pestisida aja.

    BalasHapus
  9. aku nih yg nggak bikin2 euy.. niat kuat aku gelinding kmana yaaa, timbangan aku rusak jadi aja nggak mulai2, #alasanklasik... kalau perhatian dengan sampah malah bikin hemat ya nggak sih mba, salah satu positifnya. Dicacah supaya cepat ya hasilnya, brb langsung cari timbangan baru ah, skalian biar ngebaking lagi hehe. Aku save postingannya mbaa..3:1:10 ya. 100 niat heheuuuu
    jangan sampai kejadian kayak gitu lagi ya, bumi udah berontak, dekat pemukiman elit di rumah, ada tumpukan sampah jg, miris banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. selamat beli timbangan mba ucig..ntar jadi banyak nih postingan baking heheh

      Hapus
  10. pernah sekali aja bikin, dah lama banget. Bisa disave dulu tabel komposisinya. Memang sejak dari rumah tangga, mestinya sampah sudah dipisah, non organik dan organik, jadi nggak menghasilkan 'kecelakaan' saat di pembuangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. gosah ditunggu mbak..jd ga terasa tiba2 uda tiga bulan heheh

      Hapus
  11. Wah keren banget ini mba. Aku baru tau tentang Eco-enzyme ini. Banyak banget manfaatnya. Memang harus diniatkan untuk segera membuatnya. Aku save dulu pengen juga cobain bikin juga.

    BalasHapus
  12. Mba, itu ada durasi nggak ya misalnya kulit buah atau sayur yang misalnya sudah dikupas tiga hari baru bisa diolah. Karna kadang kan misalnya hari ini ada kulit buah tapi bisa jadi sayurnya baru ada tiga hari kemudian. Apakah perbedaan jarak waktu itu tak masalah untuk penggunaan ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa disimpan di kulkas dulu mbak. Atau bisa bikin campuran air + gula dulu, lalu bahan organiknya dicicil maksimal dua minggu. Tanggal pembuatan dipakai hari terakhir penambahan sampah.

      Hapus
  13. Wah aku termasuk yang masih awam Mak soal pembuatan eco-enzyme ini.
    Btw masa fermentasinya lama banget ya, Mak.. sedangkan sampah organik hampir tiap hari ada di rumahku. Kalo mak Lisdha bikinnya tiap berapa hari sekali dan sekali bikin berapa kg, Mak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku bikinnya ga ada jadwal pasti mak. tergantung ketersediaan sampah organik, wadah, dan mood juga hehehee

      Hapus
  14. banyak ya manfaat dari Eco-enzyme seperti sebagai pupuk tanaman, pembersih kloset, pengusir tikus, sabun cuci piring, pembersih sayuran, obat kumur, dan lain-lain.

    BalasHapus
  15. Anak aku sering membawa samah organik ini ke sekolah karena akan diolah kembali di sekolahnya , samalah dibuat kayak gini juga Mba

    BalasHapus
  16. Wah banyak sekali manfaat eco enzyme, bagus sekali untuk pupuk tanaman, pengusir tikus, bahkan bisa juga untuk digunakan untuk sabun cuci piring.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayaknya engga deh mba kalau pengusir tikus. Eh apa ketulis sama diriku?

      Hapus
  17. Kebetulan banget inii! Di Bandung lagi darurat sampah. TPAnya kebakaran udah hampir sebulan ini. Jadi kayaknya sampah organiknya dibuat eco enzyme aja yaa..
    Nah, iyaa... bahan keempat ini bisa dibilang gampang-gampang susah, hehehe. Butuh niat yang kuaaat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayaknya emg bahan keempatt itu sih mba paling susah. 3 lainnya mah gampil hehe

      Hapus
  18. aku salah satu yang belum tahu mba soal eco enzyme ini. pernah dengar aja tapi gak ngeh dan gak ngulik. sebagai pelaku sarapan buah, aku banyak menghasilkan sampah dari kulit buah2an mba, bisa banget ya coba bikin juga. tinggal perlu niat yang 100 persen itu kayaknya nih, bahan2 sudah ada semua di rumah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga terkumpul niatnya mbak...memulai mmg susah, setelah itu konsistensi :D

      Hapus
  19. Sekolah anakku pernah bikin workshop pembuatan eco enzym untuk para ortu dan memang pada antusias, tapi aku belum mempraktekannya. Padahal manfaatnya banyak sekali ya, aku suka lihat mbak Iwed kalau kenal, dia sudah menggunakan eco enzyme juga.

    BalasHapus
  20. Akhir2 banyak kasus TPA beemasalah ya mak. Entah krn pengelolaan yg ga bener sampah jd numpuk. Klo udah gini harus mulai gerak. Kita sendiri harus bisa mengelola sampah. Makasih udah sharing ni mbak aku dr kapan taun udh kepengn nyobain bikin eco enzym tp blm rau caranya

    BalasHapus
    Balasan
    1. TPA kita mmg kebanyakan masih landfill ya, jadinya seperti itu.

      Hapus
  21. Kalau di rumah saya belum sampai dibikin eco enzyme. Tapi, sampah sayur dan buah memang dikumpulkan untuk pupuk. Kalau gak kecampur sampah lain, apalagi sampah hewani, memang gak bau, ya. Bener juga harus dibuka sesekali untuk mengeluarkan gasnya.

    BalasHapus
  22. Mba ini daging banget infonya, tutorialnya detil,...baca bahan keempat jleb beneran tuh, Bahan keempat adalah NIAT KUAT untuk mengerjakan. huhu, ini yang syuliiit

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi..saya juga awalnya begitu kok mb dian. paham banget rasanya.

      Hapus
  23. Niat dan tekad yg bulat inilah yang menjadikannya ada eco enzym. Bahan-bahannya ini kan sampah yang tiap hari ada.

    Memang perlu dibuat begini biar gak menumpul sampah di TPA.

    BalasHapus
  24. Banyak manfaatnya ya sayangnya belum banyak orang tahu, bisa disosialisasikan ke anak sekolah nih biar makin banyak yang praktek membuatnya

    BalasHapus
  25. Iyaa, ECO Enzyme ini familiar banget, aku pernah ikutaan pelatihannya, cara memanfaatkan sampah menjadi bermanfaat salah satunya ECO Enzyme ini.

    Ternyata banyak juga manfaatnya yaa, semoga kita bisa mengikutiny

    BalasHapus
  26. Aaaa...kka Lis bikin melting di kalimat penutupnya deeh...
    Memang kita belum sempurna, tapi terus lakukan dengan niat 100% itu yaa..
    Dan masalah sampah sekarang Bandung lagi lagi ada di masa krisis. Ini sampah di area rumahku uda menumpuk karena TPAnya tutup. Huhuhu.. Ya jadi edukasi membuat eco enzym ini penting banget.

    Nuhun, kka Lis..
    NIAT NIAT NIAT kuat, mari kita kelola sampah organik agar lebih bermanfaat dan gak menjadi masalah untuk lingkungan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. dan setelah niat, tantangan selanjutnya adalah konsistensi :D

      Hapus
  27. Saya yang ga sabaran ngumpulin sampah organiknya mbaa.. bawannya masukin aja dah campur2 dah tuh sampah organik. bisa ga tuh, mba? apa memang harus dari kulit buah aja?

    BalasHapus
    Balasan
    1. mayoritas kulit buah, bisa jg potongan sayur teh. Saya suka simpan kulit buah di kotak dalam kulkas kalau masih dikit.

      Hapus
  28. Iya, tragedi TPA leuwilingan ini memang mengerikan ya
    Jangan sampai terjadi lagi
    Memang akan lebih ramah lingkungan jika dijadikan eco enzyme ini

    BalasHapus
  29. Jadi ingat cara pembuatan kombucha, kalo fermentasi dengan buah, harus dibuka setiap hari, kalo ga mau gasnya meledak 😅.

    Aku blm baca kejadian Leuwigajah itu, Krn 2005 masih belum balik ke Indonesia. Tapi serem banget yaa, kebayang ketimbun sampah 😭. Semoga aja setelah kejadian, ada usaha juga utk meminimalisir kejadian serupa.

    Iya sih mba, ini memang hrs niat kuat kalo mau bikin begini. Jujur aku belum yakin bisa.. tapi seandainya di lingkungan rumahku ada yg jual begini, aku mau banget utk beli sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, aku malah blm pernah bikin kombucha mba fan. sebenernya kalau pakai toples bermulut lebar, potensi meledak kecil sih, dan ga butuh buka tutup tiap hari jga.

      Hapus
  30. Sedih bacanya, gunungan sampah di TPA Leuwigajah meledak akibat konsentrasi gas metana yang tertimbun.

    Jadi ingat film WALL - E nggak sih?
    Betapa manusia merusak bumi yang dari sampah yang mereka ciptakan sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah iya, film itu nanceeep banget di kepalaku mak neng.

      Hapus
  31. harus niat dan tekad yang kuat nih dan menurut saya harus banyak sosialisasi juga supaya banyak yang sadar bahwa sampah itu urusan kita semua, harus kita selesaikan.

    BalasHapus
  32. Masya Allah mba aku ingin sekali mulai belajar dan mencoba ecoenzim ini.. tapi sekarang masih belum siap dari sikonku. Doakan ya mba semoga segera bisa ikut belajar mencoba dan merasakan manfaatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. siip mba nisa. mudah2an dimudahkan yaaa...

      Hapus
  33. Wah, aku belum tergerak bikin ini. Perlu motivasi yang kuat

    BalasHapus
  34. Mantap mba, cuma dipajang di marketplace juga mba . Moga laris manis mba

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)