Banjir Makassar Februari 2023

Disclaimer : biar tidak terkesan mendramatisasi, saya tulis di awal kalau tempat tinggal tidak kebanjiran. Saya hanya terdampak ketika menjemput anak dari sekolah. Namun memang, beberapa daerah masih terkena banjir.

Senin (13 Februari) Makassar dan sekitarnya diterjang banjir di banyak titik. Beberapa teman yang kukenal bilang, baru kali ini banjir sampai seluas itu. Sebagai kota pesisir, Makassar memang akrab dengan banjir. Namun, biasanya banjir hanya di titik-titik tertentu.

Menurut prediksi, cuaca ekstrim masih akan terjadi hingga beberapa hari ke depan. Meski banjir tinggal di beberapa titik (yang memang rawan banjir), ada edaran dari Dinas Pendidikan supaya anak-anak belajar di rumah.

Jadi begini deh :

Belajar di rumah karena COVID✖️
Belajar di rumah karena cuaca ekstrim✔️

(Update 20 Februari : berdasarkan surat edaran terakhir, belajar daring sampai 23 Feb. Namun, sekolah membuat keputusan untuk belajar luring mulai 21 Februari dengan tetap memerhatikan cuaca. Orangtua diharapkan tetap memantau informasi dari sekolah apabila ada pemberitahuan supaya anak-anak dijemput/pulang lebih cepat)

"Jadi kembali homeschooling,” kata si Elo yang masih kelas dua SD. Untuk Elo, pengumuman dari sekolah memang diliburkan. Namun,  ada tugas lewat WA. Sedangkan untuk si Ale yang sudah SMP, tidak ada pengumuman libur karena tatap muka akan dilakukan secara daring.

Haha, doski sebel…Soalnya dia lagi senang-senangnya pergi sekolah. Ya memang, hepinya condong ke suasana pertemanan ketimbang pelajaran (wkwkwk). Namun, buat dia yang harus pindah-pindah sekolah karena kerjaan bapaknya, kegembiraan sekolah sudah aku syukuri banget nget nget. Pelajaran akademik itu penting, tapi kesehatan jiwa lebih penting. 

Back to topik. Ini mau cerita tentang banjir Senin lalu. 

Seperti banyak diberitakan di media massa, hari itu Makassar lumpuh gara-gara banjir. Lalu lintas macet di mana-mana. Banyak kawasan perumahan, sekolah, perkantoran, maupun niaga yang terlanda banjir. 

Jalan tahun ketiga tinggal di Makassar, aku belum pernah mengalami banjir. Bukan berarti Makassar bebas banjir. Namun, kompleks tempat tinggalku, sejauh ini masih aman dari banjir. Selama di Makassar, aku juga belum pernah pas keluar kemudian terjebak banjir. 

Sepertinya, pengalamanku berada di jalan yang sedang banjir sudah lama banget deh. Aku pernah harus bermotor menyusuri jalur Kopo Sayati Bandung dalam keadaan banjir cukup tinggi. Tapi itu pas masih gadis... Kebanjiran malah bikin adrenalin tertantang. Beda banget sama kemarin ketika dalam kondisi memikirkan bocah yang ada kemungkinan terjebak banjir di sekolah. Adrenalin bukan urusan sama "lihat, aku bisa lho melewati banjir." Tapi lebih ke khawatir "duuuh, gimana anakku???"

The "curse" of being a mom, memang. Perhatikan tanda kutip ya sodara-sodaraa....diksi yang kupilih mungkin tidak nyaman bagi semua orang (sadar sih hehehehe).

***

Sejak beberapa hari sebelum kemarin, di beberapa grup WA yang kuikuti memang sudah ada terusan poster berisi perkiraan cuaca ekstrim. Pesan senada sudah sering kutemui sejak awal musim hujan. Titik-titik tertentu di Makassar memang langganan banjir karena ini kan kota pesisir. Rob dan hujan ekstrim hampir pasti akan membuat banjir di beberapa tempat. Aku pikir, kalaupun banjir ya di tempat-tempat yang biasa kena saja.

Sepertinya, pemerintah kota juga berpikir demikian deh. Soalnya, di Senin itu sekolah masih aktif seperti biasa. Tak ada pengumuman untuk libur sebagai antisipasi banjir. 

Bangun pagi, telinga langsung menangkap suara hujan deras. Tapi aku tetap membangunkan anak-anak untuk sekolah. BERSYUKURNYA, si ayah lagi nggak keluar kota. Jadi, seperti biasa, dua bocah itu diantar ayahnya ke sekolah. Kalau si ayah nggak di rumah dan hujan begitu, aku mesti pesan gocar. Karena aku gak bisa nyetir hehehe.

Biasanya, sekitar setengah sebelas aku akan berangkat jemput si Elo yang jam sekolahnya lebih pendek (baru kelas dua SD dan bukan di full day school). Si Ale yang sudah SMP sih sudah biasa pulang sama teman-temannya naik bus Trans Maminasata.

Sekitar pukul 9.30 aku lihat kiriman gambar di sebuah grup WA, yakni kondisi banjir di sebuah jalan (aku lupa daerah mana). Aku forward gambar itu ke grup ibu-ibu kompleks dengan imbuhan pertanyaan "ini benar, Bunda-bunda?"

Pertanyaan yang diiyakan anggota grup lain, lalu disusul gambar dan info tentang banjir dan macet di berbagai titik di Makassar. Titik macet termasuk di Jalan Pettarani yang biasa kulewati untuk menjemput ke sekolah. Jalan tol pun macet dan sepeda motor sampai memaksa masuk tol. Berikut beberapa gambar yang kudapat dari grup WA maupun jepretan kamera pribadi :





Langsung terbayang gimana kacaunya situasi di lapangan. Saat itu masih hujan deras (yang tidak reda juga dari malam). Jelas saja, pikiranku langsung tertuju pada Elo (kalau si mas sudah relatif lebih bisa jaga diri). Buru-buru aku kirim WA ke grup kelas, minta tolong agar disampaikan ke anak-anak kalau ada kemungkinan ortu terlambat jemput karena macet. 

Kembali bersyukur karena BJ sedang di rumah. Kalau dia lagi di luar kota, saat itu aku pasti kalut urusan jemput sekolah. Pesan gocar/grab mungkin akan syulit seperti melupakan Reyhan karena kondisi banjir di mana-mana. Sedangkan memaksa naik motor akan berarti berhadapan dengan risiko di perjalanan. Ya kan sekarang sudah emak-emak, kalau kena risiko bahaya akan  berdampak ke suami dan anak. 

Aku dan BJ memutuskan untuk menjemput lebih cepat. Pukul 10.00 aku dan BJ sudah berangkat menjemput (30 menit lebih awal dari biasanya). BJ berusaha mencari jalur alternatif supaya tidak terjebak macet total di Pettarani. Namun, jalur alternatif yang kami tempuh pun tidak bebas banjir. Of course macet juga.

Butuh waktu sekitar 1.5 jam untuk sampai area dekat sekolah. Ini baru dekat ya…belum area sekolah yang biasanya bisa ditempuh maksimal 30 menit. Di sinilah intensitas cemas merambat naik. Soalnya, daerah di sekitar sekolah banjirnya lumayan tinggi, seperti gambar di bawah ini. 


Dalam kondisi seperti ini, pengin bener bisa pakai kendaraan amphibi.


Sekolah Ale Elo tak terlalu jauh dari Pantai Losari, artinya elevasinya tergolong rendah. Sebenarnya kami sempat berada di sebuah SPBU yang dekat dengan sekolah. Tapi mau nekat nerobos kok ya nggak berani kalau melihat mobil yang sudah telanjur ke depan terendam cukup dalam. Akhirnya kami kembali muter-muter sampai kemudian diputuskan untuk nekat nerobos masuk sekolah. 

Banjir di jalan di depan sekolah sudah sebetis. Bersyukur bangunan sekolahnya lumayan lebih tinggi dari jalan. Jadi air tidak banyak masuk ke lantai bawah. Begitu ketemu aku, tangis Elo langsung pecah. Tampak sekali sudah menahan-nahan air mata. Meski sebagian teman-temannya masih ada, tapi dia sudah kalut karena bundanya lama datang. 

Hari itu, Ale yang biasa sampai pukul 14.45 dipulangkan pukul 12.15. Jadi, tak perlu menunggu untuk dua anak itu sekalian pulang. Rasanya lega ketika Ale Elo sudah bisa naik mobil. Di saat itu, kami juga baru tahu kalau plat mobil bagian depan nggak ada. Haha, pasti lepas kena arus di jalan. 

Memang, kami masih harus memikirkan jalan pulang. Tapi setidaknya, kami berempat sudah bersama. Long story short, dengan cari jalan alternatif plus menembus banjir akhirnya kami bisa sampai rumah dengan selamat. 

Di jalan terucap harapan, "semoga nggak ada surprise ketika sampai rumah." Maksudnya "surprise" rumah juga kebanjiran. Bersyukur, sesuai harapan, rumah aman dari banjir. Posisi rumah memang lumayan jauh dari pantai/muara. Kanal dekat rumah memang penuh, tapi masih bisa menampung air. Meski demikian, sepertinya perlu juga untuk mengamankan barang-barang penting dan membuat rencana tindakan kalau kena banjir juga.

***

Hingga beberapa hari ke depan cuaca ekstrim masih diperkirakan akan terjadi. Bukan hanya di Makassar, tapi juga di daerah-daerah lain. Semoga kita semua terhindar dari kejadian fatal.

Plus, satu harapan yang tak kunjung berhenti, yakni supaya upaya antisipasi dan mitigasi banjir bisa dilakukan dengan optimal. Di banyak daerah banjir, adalah adalah masalah klasik yang terus terulang. Beda daerah, bisa beda penyebab utamanya, sehingga butuh penanganan yang berbeda pula. 

Membahas banjir tak akan pernah berhenti pada penyebab tunggal. Banyak penyebab yang akhirnya sulit diurai, seperti rambut yang bertahun-tahun tak disisir. Semoga para pemangku kebijakan dan masyarakat luas bisa bersinergi untuk mengurangi banjir. 

Harapan yang utopis nggak sih?  (*)



















 

27 komentar untuk "Banjir Makassar Februari 2023"

  1. waduh, untung sekeluarga baik2 saja ya. Cuaca memang sedang ekstrim. Kalau lagi panas, auranya senggol bacok. Tapi kalau curah hujan tinggi, ngeri sama banjir. Stay safe ya sekeluarga, amiiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasiiiiih Mbak Ria. Iya ini juga masih hujan mulu. Stay safe jg utk Mba Ria and fam ya...

      Hapus
  2. Kebayang ya , sulitnya. Aku baru sekali pengalaman kebanjiran saat pertama kali ngekos di cirebon. Kaki pada gatal2

    BalasHapus
  3. Aku ngalamin banjir begini pas di Banda Aceh dulu mba. Dan memang ga enak bangettt 😭. Jadi paham lah kuatirnya kalo daerah rumah kena banjir kayak apa. Aku pun berharap yg sama, masalah begini bisa dicari solusinya. 😔. Berulang trus soalnya

    BalasHapus
  4. Ya Allah, aku turut prihati ya mbak Lis atas kemalangan yang terjadi pada dirimu dan keluarga. Memang deh kalau sudah banjir, segala urusan jadi berantakan. Apalagi saat kita misalnya jadi terjebak di SPBU, di jalanan entah di mana, tahu2 tinggi permukaan air akibat banjir sudah sedengkul, sepinggang, seleher dan sebagainya. Wah, siniii aku ajarin nyetir mobil mbak hehehe.... Semoga lancar ya sekolah anak2. Semoga banjir bisa teratasi dengan baik aamiin.

    BalasHapus
  5. moga sekrang banjir sudah surut ya mbak. aku juga pernah terjebak dalam situasi banjir begini mbak, di mana bertahun tahun tinggal di rumah baru kali itu rumahku kebanjiran, gara gara tanggul di dekat kantor pertanian jebol dan semua air masuk ke komplek pertanian. ya Allah panik banget, selama 3 hari takut ada banjir susulan. alhamdulillah hal itu gak terjadi. semoga banjir di makasar sudah tertangani ya mbak

    BalasHapus
  6. Alhamdullilah ya Mba banjirnya akhirnya surut dan sehat selalu ya, Mba. Adikku yang pernah ngalamin kebanjiran parah mba, sampai harus ngungsi

    BalasHapus
  7. Waktu kecil, saya pernah tinggal di kawasan yang rawan banjir. Sering banget kebanjiran. Sampai lantai bawah terendam semua. Jadi paham deh gimana rasanya kebanjiran. Semoga banjir di Makassar lekas surut, ya.

    BalasHapus
  8. Wah senang saya baca Ale menikmati sekolah tatap muka 😍 semoga dapat teman akrab sampai dewasa ya Ale.

    Saya blm sepenuhnya beberes nih Mbak Lisdha. Urusan mencuci pakaian yang terendam banjir belum kelar. Dijalani alon2 soalnya menjaga badan biar ndak kelelahan 😁

    BalasHapus
  9. Subhanallah, kebayang riweuhnya kayak gimana waktu itu, jemput anak yang terjebak banjir. Perasaan Elo juga mesti kalut banget waktu itu nungguin ibunya. Udah bingung bagaimana pulangnya dan bingung juga kayanya gimana bakal dijemput secara banjirnya cukup dalam ya, huhuhu.

    Kalau banjir begini ya mau gak mau sekolah diliburkan dulu lah ya, untuk membereskan segala sesuatunya.

    Alhamdulillah di rumah aman, sekeluarga juga bisa berkumpul dan sehat. Semoga aman seterusnya yaa mbak Lis

    BalasHapus
  10. Ini kemarin aku sempat lihat di instagram teman yang tinggal di Makassar juga. Banjir tuh yang capek pas bersih-bersih rumahnya sih, karenakan lumayan juga kalau dapat yang kotor dan itu jadi banyak pasir atau tanah gitu.Karena aku pernah mengalami kebanjiran, masuk dalam rumah setinggi betisku tapi tetap aja sih bersihinnya yang PR.

    BalasHapus
  11. Aku kalau selutut masih berani jalan naik motor Mbak Lis, tapi kalau sama anak-anak nggak tahu deh masih berani atau nggak. Kotaku kemarin juga kebanjiran di mana-mana. Alhamdulillah rumahku nggak, tapi kalau keluar juga udah banjir selutut. Serem bawanya di jalan cuma bisa banyak-banyak berdoa.

    BalasHapus
  12. Waktu tahu Makassar banjir, jujur aku juga kaget. Kan jarang banget ya. Kebayang ribetnya kalian. Aku sendiri gak bakal berani terobos banjir. Namun demi anak, kayanya kubakal gak berpikir dua kali buat keselamatan mereka

    BalasHapus
  13. Kalau cuaca lagi ekstrem, apalagi sampai terjadi banjir, harapan pribadiku pihak sekolah liburkan dulu sementara, demi keamanan dan keselamatan bersama. Baik anak-anak, maupun orang tua yang harus antar dan jemput, harus jadi perhatian.

    Semoga selalu aman ya Mbak Lisdha. Sehat selalu bersama keluarga. Cuaca kembali normal, dan ada solusi jitu yang bikin banjir ga terulang mulu.

    BalasHapus
  14. Semoga Mba Lisdha dan keluarga selalu dalam lindungan Tuhan. Ngeri juga itu banjirnya. Sebaiknya memang sekolah online dulu ya kalau kayak gitu. Bahkan mungkin bagi anak yang rumahnya terdampak parah, perlu libur sekolah dulu.

    Semoga segera mereda dan membaik semuanya.

    BalasHapus
  15. masyaallah mba, banjir di Makassar bulan Februari ini tentu membuat panik semua yang terkena dampak ya, yang sabar ya mba

    BalasHapus
  16. Subhanallah liay di berita aja kebayang kepanikannya apalagi yg mengalami langsung. Di jawa tengah pun minggu2 ni cuaca ectreme trs mbak pagi panas siang sampai malam hujan deras dan angin. Take care ya mbak

    BalasHapus
  17. Iya ya, urusan banjir ini makin tahun makin meluas, di Semarang juga, mba Lisdha. Minggu kemarin ada kompleks perumahan yang terdampak banjir lagi, katanya tanggul jebol.

    Aku jadi teringat saat banjir tahun 2006, jalan kaki bergandengan tangan dengan temanku. Kami jalan menuju tempat parkir rumah sakit, karena suamiku bisa nya jemput di sana. Lumayan sih effort jalan kaki dengan banjir sampai betis. Jalan pelan pelan, karena takut ada lobang dan jatuh

    BalasHapus
  18. Kaget juga Makassar kebanjiran saat liat TT Twitter. Awalnya kukira cuma bbrp titik ternyata hampir semua kena yaa.
    Kebanjiran emang ujian banget ya mbak, walau misalnya rumah kita gak kena, tapi tetep aja infrastruktur lumpuh jd tetep merugikan. Moga ada penanganan serius sehingga gak terulang lagi yaa.

    BalasHapus
  19. Memang awal2 tahun nih cuaca rawan sekali utk bencana banjir ya, Mba. Dulu waktu papa masih tinggal di kampung melayu Jakarta yang rawan banjir saya selalu khawatir dan meminta beliau tinggal di Depok dulu sementara. Kebayanh sih mba bagaimana kekhawatiran Mba Lisdha dengan kondisi banjir di Makasar.

    Semoga sehat2 semua sekeluarga ya, Mba.

    BalasHapus
  20. Syukurlah rumah enggak kebanjiran walau bingung juga gimana jemput anak sekolah.
    Kondisi cuaca ekstrem begini yaa hujan terus sampai kota Makassar pun banjir. Sekolah pun gercep langsung libur. Dulu itu di Jakarta waktu rajin banjir sampai di salah satu sekolah ready perahu karet, lho.

    Btw, aku agak heran sih biasanya musim hujan itu sekitar imlek tapi ini udah lewat di Jakarta pun masih rajin hujan. Kalau prakiraan cuaca katanya bakal berlangsung sampai Mei.

    BalasHapus
  21. Enggak utopis sih harapanmu mba, sama dengan aku yang di Semarang yang sering banget kedatangan banjir. Harapan selalu ada, entah kapan terpenuhinya hehehee...
    Lumayan juga ya suasana banjir Makassar. Persis dengan yang terjadi di Semarang kalau pas banjir melanda seluruh kota. Resiko kota pantai yang letaknya rendah emang gini ini ya. Apalagi tata kota dan saluran air yang entah bagaimana perancangannya sehingga tidak bisa mengalirkan air ke sungai atau laut gitu.

    BalasHapus
  22. Ngeri banget banjirnya. Jadi selain karena curah hujan tinggi, juga dekat pantai / laut ya. Aku ikut merasakan kecemasan waktu jemput anak2mu pulang sekolah Mbak. Masalah banjir memang klasik sekali. Semoga sehat dan diselamatkan selalu sekeluarga ya Mbak

    BalasHapus
  23. Duh banjirnya ngeri ya mbak, tinggi sekali airnya. Semoga diiberikan keselamatan selalu yaaa

    BalasHapus
  24. Sempat kaget waktu tau Makassar banjir cukup besar waktu itu. Pasti kalut banget ya mba kepikiran anak2 yang masih di luar. Semoga gak ada banjir lagi setelah ini ya mba..

    BalasHapus
  25. Ya Allah tinggi ya banjirnya, aku dapat infonya dari grup WA keluarga Makassar, ada yang kena banjir juga rumahnya..semoga masyarakat lebih sadar lingkungan ya biar situasi membaik

    BalasHapus
  26. ya ampun banjirnya tinggi banget mak.. huhuhu. mana posisinya pas anak anak masih di sekolah yaaa :( Semoga kejadian banjir ini nggak terulang lagi di kemudia hari ya maaaak

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)