Pengalaman Menggunakan Menstrual Cup

Menscup dayliee (foto pribadi)


Yeaay... akhirnya aku menuliskan pengalaman menggunakan menstrual cup
(selanjutnya aku singkat menjadi menscup saja). Dulu aku berniat berbagi pengalaman menggunakan menscup setelah beberapa kali penggunaan. Eh malah bablas sampai berkali-kali pemakaian. Aku beli menscup pada Januari 2021 dan baru membagikan review-nya di November 2022.

Mudah-mudahan malah jadi pengalaman yang lebih valid ya... Mulai pakai dari awal 2021 gitu lho. Meski memang aku tidak 100 persen menggunakan menscup di hampir dua tahun ini. Dalam kondisi tertentu, misal pergi seharian atau menginap di luar kota, aku masih mengenakan pembalut sekali pakai. Soalnya, kalau sedang bepergian, jangan-jangan tidak menemukan toilet yang cukup nyaman untuk melepas-pakai menscup-nya.

Aku nggak punya catatan pemakaiannya sih (ngapain  dicatat ya kan...). Namun, aku yakin lebih besar persentase mengenakan menscup daripada menspad sekali pakai. Sebelum menggunakan menscup, aku cuma pakai pembalut sekali pakai dan pembalut kain (aku nggak punya pengalaman pakai tampon). Biasanya, pembalut kain paling cepat kupakai di hari ketiga. Soalnya, pembalut kain pasti tembus di hari pertama dan kedua.

Menstruasi memang urusan rutin hampir semua perempuan. Aku menyebutnya "takdir anatomis". Aku memilih kata “hampir semua” karena faktanya ada sebagian perempuan yang mengalami gangguan rutinitas menstruasi. Ada perempuan yang mens-nya periodenya tidak teratur, ada yang sangat jarang menstruasi, ada juga yang mens-nya disertai gejala depresi (kondisi yang lebih parah dari keluhan akibat PMS – premestrual syndrome). Di beberapa budaya kuno, menstruasi bahkan membuat perempuan diisolasi sementara waktu.

Flashback ke dua tahun lalu : bermula dari membaca pengalaman beberapa orang dalam menggunakan menscup. Ada rasa tertarik dan penasaran. Tapi aku masih maju mundur untuk membeli menscup. Sepertinya, ini kondisi wajar yang dialami banyak perempuan ya...

Di satu sisi, dari cerita-cerita orang kok kayak nyaman banget pakai menscup.

Katanya, haid jadi kayak tak berasa haid. No lembab-lembab days deh. Selain itu, dengan perawatan yang baik dan benar, satu menscup bisa dipakai hingga bertahun-tahun (lima sampai sepuluh tahun). Meski terasa lebih mahal di awal pembelian, jatuhnya jadi lebih hemat. Apalagi dengan “propaganda” ramah lingkungan yang ditawarkan. Iya dong, kan jadi stop menghasilkan sampah pembalut yang sulit terurai itu. Mendukung go green via jalur menstruasi hihihi

ilustrasi kapasitas menscup (foto : dayliee store)


Di sisi lain, ada pertanyaan-pertanyaan dan keraguan-raguan.

Dimasukkan ke vagina gitu, sakit nggak sih?

Untuk pemakaian jangka panjang, aman nggak sih?

Pas dipakai, bisa bocor nggak sih?

Dengan bentuk seperti cawan, terasa ngganjel di dalam nggak sih?


(Dan mungkin masih ada “nggak sih - nggak sih” lainnya).

Menscup memang terhitung belum populer di negeri ini. Meski sudah banyak tersedia di toko daring, aku yakin masih banyak perempuan yang belum tahu tentang menscup. Mereka yang sudah tahu pun masih maju-mundur cantik untuk menjajalnya. Apalagi ini berurusan dengan alat kelamin yang bagi sebagian orang masih terasa sangat tabu untuk dibicarakan. Mungkin, akan ada beberapa pembaca yang merasa jengah dengan topik ini. Bagiku sih, ini berkaitan dengan soal kesehatan dan kenyamanan perempuan.

Sometimes aku bersyukur dengan salah satu karakterku yang sering nggak terlalu berpikir panjang. Udahlah, coba aja. Kalau nggak dicoba sendiri, bagaimana bisa mengerti? Lagipula, pengalaman sendiri bisa jadi berbeda dengan pengalaman orang lain. Wis lah, jajal wae, kalau akhirnya merasa nggak nyaman dan kembali ke “selera asal” (baca : pakai pembalut sekali pakai), yang penting sudah nggak penasaran.

Toh, aku sudah menikah, tidak ada kekhawatiran terkait bahaya ke selaput dara dan sejenisnya. Di internet memang ada yang bilang tidak masalah kalau menscup dipakai oleh perempuan yang belum pernah berhubungan seksual. Namun, seumpama masih gadis, aku pasti berpikir sejuta kali untuk menggunakan menscup. 

Waktu itu, aku sempat bertanya pada seorang teman yang sudah lebih dulu menggunakan. Dia pakai brand  Org***cup (merk yang banyak direview para pengguna). Seingatku, waktu itu harganya masih di atas 500 ribu deh. Buatku, harga segitu masih out of budget sih. Jadi, aku melipir minggir hehehe. (Aku jadi kembali cek harga di toko oren, kok sekarang harga Org***cup ada di angka 300-an ribu? Apa aku salah ingat harga waktu itu?)

Waktu itu aku jadi cari-cari brand lain. Di toko online, banyak pilihan menscup dengan rentang harga sangat lebar. Mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu. Kalau mahal sekali, tidak sanggup. Namun, kalau terlalu murah kok nggak yakin. Akhirnya, au menjatuhkan pilihan pada brand produksi dalam negeri, yakni dayliee.indonesia. Aku beli di toko online dayliee.indonesia di marketplace oren seharga Rp 149 ribu

Selain alasan spesifikasi barang, aku milih dayliee karena alasan random sih. Yakni, daylee itu ada mirip-miripnya sama daily-wife, nama blog ini wkwkwk.

Dalam keterangan produk dayliee tercantum beberapa poin berikut :
  • Menggunakan bahan silicon grade (latex rubber) yang aman.
  • Dapat digunakan hingga 10 tahun.
  • Tersedia dua warna, pink dan putih.
  • Tersedia dua ukuran, S untuk yang belum pernah melahirkan dan L untuk yang pernah melahirkan. Ukuran S berdiameter 4 cm dengan kapasitas tampung 28 ml. Sedangkan ukuran L berdiameter 4,5 cm dan volume tampung 35 ml. Kalau tidak salah ingat, waktu itu aku sempat chat dengan sellernya. Aku bilang kalau aku dua kali melahirkan dengan operasi caesar alias belum pernah partus per vaginam. Jadi aku disarankan untuk menggunakan ukuran S.
Ukuran menscup dayliee (foto dayliee store)

Akhir Januari 2021, paket menscup dayliee-ku akhirnya tiba. Aku antusias dong untuk mencobanya ketika haid bulan Februari. Tentu saja aku baca-baca dan nonton tutorial penggunaan menscup. Sudah banyak kok tutorialnya di dunia maya, aku nggak akan menjelaskan di tulisan ini. Ada beberapa metode penggunaan menscup, tinggal coba dan pilih yang kira-kira cocok. Beda orang, sangat mungkin beda cara yang paling nyaman.

Unfortunately, percobaan pertamaku tak langsung sukses. Penggunaan di bulan pertama tak langsung memberikan rasa nyaman yang paripurna. Mungkin karena padaku ada antusiasme tinggi yang berkelindan dengan (masih ada) rasa khawatir. Aku tidak rileks saat memasukkan si menscup. Padahal, kalau dipikir-pikir, selaku perempuan yang sudah menikah dan sexually active, harusnya nggak bingung dan cemas lagi. Si menscup sempat tidak pas di saluran vagina tapi aku paksa, jadinya timbul rasa perih. Namanya pemakaian pertama yaa..

Ketidaknyamanan berlanjut setelah si menscup berhasil masuk. Entah kenapa, waktu itu kok sering bocor. Alhasil, meski sudah pakai menscup, haid tetap tembus di celana dalam. Hadeeeh...Tapi aku meyakinkan diri, bahwa itu adalah bagian dari proses transisi dan adaptasi. Tsaaah..

Menstruasi Nyaman dengan Menscup

Sepertinya, adaptasiku butuh waktu dua hingga tiga bulan pertama pemakaian. Sejauh ini, aku cocok dengan cara melipat punchdown. Pada pengalaman awal, sempat diwarnai rasa perih (karena kesalahanku sih). Selanjutnya, aku paham kalau memang susah masuk berarti tidak pas jalurnya. Memang, kalau hari pertama dan kedua aku tetap double dengan pembalut kain. Sebab, di dua hari pertama, darah menstruasiku selalu banyak. Jadi jaga-jaga saja kalau aku telat melepas menscup atau ada sebab lain yang bikin bocor. (Kalau soal bocor sih, pakai menspad sekali pakai pun kadang kejadian ya..).

Oke, setelah hampir dua tahun penggunaan, rasanya aku sudah agak bisa menjawab beberapa pertanyaan “nggak-sih” di atas tadi ya..

Dimasukkan ke vagina gitu, sakit nggak sih?

Awalnya aku sempat merasa sakit yang ternyata karena aku tidak relax, plus aku paksa meski belum tepat di salurannya. Selanjutnya, lancar-lancar saja kok. Bahkan ada yang cerita, langsung sukses di pemakaian pertama.

Untuk pemakaian jangka panjang, aman nggak sih?

Selama hampir dua tahun ini sih, aku tidak merasa ada iritasi, gatal, atau gejala sejenisnya. Bulan lalu, aku juga menjalani test IVA (untuk kanker serviks) dan hasilnya aman. Tentang test IVA nanti aku buat post tersendiri. Namun, jawabanku ini tidak dimaksudkan sebagai klaim ya...aku hanya menjawab berdasarkan pengalaman sejauh ini.

Tentunya, aku berusaha menggunakan menscup dengan bersih. Yakni, melakukan sterilisasi sebelum dan sesudah periode pemakaian. Periode pemakaian maksudnya satu periode menstruasi ya, bukan setiap hari sebelum dan sesudah pakai. Untuk pembersihan saat pemakaian, cukup dicuci bersih saja.

Cara sterilisasinya mudah, yakni aku rebus 10-15 menit pada air mendidih dengan panci khusus (maksudnya dikhususkan untuk merebus menscup saja, tidak dipakai untuk yang lain). Lalu simpan dalam keadaan kering.

Pas dipakai, bisa bocor nggak sih?

Kadang iya, terutama pas di awal-awal dulu. Kalau sekarang bocor, palingan sedikit (bercak kecil) saja, nggak sampai tembus-tembus gitu.

Dengan bentuk seperti cawan, terasa ngganjel di dalam nggak sih?

Enggak sih. Saluran vagina itu elastis kan? Terus karet menscup ini juga lembut jadi nggak terasa mengganjal selama pemakaian. Selama pengalamanku, buat gerak-gerak wajar juga tak membuat kejadian mengkhawatirkan (misal jadi terlalu masuk sehingga sulit dikeluarkan –soalnya aku pernah khawatir terjadi seperti ini). Gerak wajar, maksudnya gerak harian seperti membungkuk, duduk, jalan, lari kecil, lompat dll. Kalaupun olahraga kan nggak sampai guling-gulingan macam MMA hehehe).

Ilustrasi mix martial art/MMA (foto bola.com)


Well, itu deh pengalamanku dalam menggunakan menscup dari awal 2021 sampai menjelang akhir 2022 ini. Bisa bertahan sampai berbulan-bulan pakai, berarti ada kenyamanan yang aku dapatkan. Meski memang, aku tetap masih sedia pembalut sekali pakai untuk situasi tertentu. Bagaimana dengan teman-teman perempuan? Sudah pakai? Atau masih maju mundur? Atau sudah pakai dan malah merasa tidak nyaman? Silakan berbagi di kolom komentar.















29 komentar untuk "Pengalaman Menggunakan Menstrual Cup"

  1. Iiih mak lisdhaaa hebaat, akuu masih belum berani masih bergidik ngeri ngeri sedeppp sendiri.

    Kereen mak mengurangi sampah pembalut yaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo dibayangkan memang ngeri.. tapi praktiknya gak kok hehehe

      Hapus
  2. Kayaknya emang harus berani buat memulai menggunakan menstrual cup deh. Makasi sharing pengalamannya mba

    BalasHapus
  3. Wah, salut sama mbak Lisdha yang punya mental kuat, berani coba pakai menstrual cup saat haid :) Aku malah belum terpikirkan menggunakannya. Itu biar rileks gimana ya hahaha. Pakai sendiri atau dipakaikan, terus ada di pikiranku wkwkwkw :D Oh, kadang masih ada bocor sedikiit ya. Nanti aku cek2 lebih lanjut ah siapa tau berani :) Makasih udah berbagi pengalamannya ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pakai sendiri dong mbak.. Biar rileks gimana ya? Kalau saya kayaknya dg mengatur ekspektasi dan kekhawatiran hahaha..inhale-exhale :D

      Hapus
  4. Jujur aku masih takut loh pake menstrual cup kaya gitu,karena gak pede,tapi penasaran gitu. Terimakasih informasinya ya.

    BalasHapus
  5. Aku masih takut, meskipun temenku pernah ngeratjun agar aku pakai juga, kareba bisa mengurangi sampah pembalut yg nggak ramah untuk bumi, tapi aku masih deg-deg serr apalagi belom menikah, dan takut geser-geser sakit atau bocor, hihihi

    BalasHapus
  6. Wah, aku kok sudah mengkeret duluan sih. Sekarang krn sudah menopouse jadi gak perlu lagi mikirin

    BalasHapus
  7. Pengalaman pertama itu trial error ya, Mbak. Syukur akhirnya berhasil. Dan aku masih belum dan mikir panjang. Gak tahu deh kalau nanti sudah nikah

    BalasHapus
  8. akuu juga dari awal tahun ini sudah beralih ke menstrual cup. duh asli nyaman banget sampai nggak merasa kayak haid diriku. malah aku kalau lagi perjalanan dan haid senang banget pakai menstrual cup ini karena nggak perlu takut tembus dan bisa dikosongkan pas mampir di mana gitu. jadi nggak harus nyuci-nyuci pembalut lagi

    BalasHapus
  9. Asyiiikkk.. 🤩🤩
    Aku pakai jugaaa, udah pernah nulis di blog. Tidur malam jg enak banget bebas gerak, nggak kudu cuci2 pembalut 😁 nyaman tapi emang hrs pas pakainya supaya nggak bocor ya mba

    BalasHapus
  10. Kak Lis..aku mau curhat doonk..
    Aku juga menggunakan mens cup baru-baru ini dan memilih ukuran yang sudah melahirkan (normal). Tapi bagiku setelah 2 bulan pemakaian, iya masih terasa gak nyaman.

    Apakah aku kudu re-size dengan ukuran yang lebih kecil lagi ya..?
    Mengingat rasanya semacam dibuka, gitu.. Gak bisa slow kaya pakai pembalut.
    Mohon arahannya, masta.. ((hehhe, berasa belajar silat ketimbang buka Q & A yaa..))

    Haturnuhun.

    BalasHapus
  11. Sudah dua tahun pakai dan udah nyaman ya mba gunakan. Aku belum pernah gunakan mba dan jujur masih maju mundur mau gunakan juga

    BalasHapus
  12. waahh, ketemu sesama pengguna mens cup deehh akhirnyaa. aku juga pakai menscup ini gak terasa udah 3 tahun aja sekarang. bener, kalau kira2 sakit atau mengganjal, berarti pakainya memang belum pas. aku juga butuh waktu sekitar 3 bulanan untuk menyesuaikan diri, ahahah

    akhirnya kita jadi tau gak sih bentuk vagina kita tuh gimana? hehehe

    BalasHapus
  13. Wah aku bayanginnya dah serem duluan mau make mens cup tu. Apalagi ukurannya kok kayaknya gede gitu. Yah seperti pertanyaan-pertqnyaan di atas itulah. Takut tumpah juga pas lagi di luar. Wakakakakak

    BalasHapus
  14. Aku udah pengen pakai menstrual cup tapi nyaliku masih maju mundur. Harus dimasukkan gitu kan. Bayangannya saya udah gak nyaman duluan. Padahal, mungkin, kalau masangnya bener ya tetep nyaman dan aman.

    BalasHapus
  15. Blum berani akutuuu

    Cemen bgt ya Mak dakuuu 😬
    Tapi baca pengalaman dikau, bs jadi suatu hari nanti aku mau coba jugaaa😆

    BalasHapus
  16. Hebat dikau mbak aku mbayangin.masukinnya aja udah ngilu pisan. Entahlah ga berani aja gtu kebayang masuknya susah sakit lah inilah itulah hiks...

    BalasHapus
  17. Wah, aku baca ini jadi penasaran pengen pakai menstrual cup juga
    Biar lebih ramah lingkungan
    Tapi kok masih maju mundur
    Masih belum berani

    BalasHapus
  18. Saya termasuk yang maju mundur untuk pakai menscup ini. Belum berani pasang lepasnya hehehe, padahal lebih hemat dan pastinya ramah lingkungan ya...

    BalasHapus
  19. Wah makasih sharing pengalamannya mak... Saya udah lama penasaran, tapi jangankan mau nyoba, belinya aja maju mundur, hehe...

    BalasHapus
  20. Kereeen mak, aku belum berani pakai. Tp bbrp temanku juga pakai dan emang go green plus hemat biaya buat beli pembalut pastinyaaa hehe. Entah kapan aku dapat hidayah palai juga. Kyknya emang perlu nyiapin mental buat yg suka ovt kyk aku hehe. Dinanti tulisan ttg IVA-nya yaaa

    BalasHapus
  21. Saya dah dr tahun lalu mau coba ini tapi maju mundur cantik mba. Satu sisi emang blm siap. Dan skrg mau coba pakai mikir usiaku yg sebentar lagi masuk masa menopose. Jadi udah ga terlalu gero kalau kata org betawi mah heheh

    BalasHapus
  22. haha aku jujur banget ini mah, kemarin sempat pakai si menscup dan gagal masukin 3x sampai pada akhirnya aku menyerah dan nanti2 aja pakainya. Dan aku juga masih promil, jd belum berani gitu huuhu

    BalasHapus
  23. Aku juga maju mundur banget mau pake menscup ini, galau pilih produk apa meskipun adikku udah pakai dan reviewnya juga bagus. Mau beli yang mahal dana belum ada dan kalau beli yang murah kok takut kurang sesuai, hahaha. Terlalu banyak galau akhirnya gak pakai-pakai malahan. Makasih banyak reviewnya mbak, membantu sekali buat saya yang ingin pakai. Kalau rasa takut bocor dan gak nyaman kayaknya semua merasa gitu deh ya

    BalasHapus
  24. waduhh mbak, terimakasih atas review yg mmg jujur nih., semoga bermanfat pd semua kaum wanita bukan waria ;p

    BalasHapus
  25. Menstrual Cup ini adalah satu dr sekian rencana hidup yg takut untuk direalisasi. Heu heu. Sy pernah trauma pasang spiral dulu. Jd kalo masukin sesuatu ke anu itu keingetan pas kejadian gak mengenakkan itu rsnya gak pengen. Padahal ini upaya zero waste yg bagus banget. Mungkin aku perlu berdamai dulu sm keparnoanku. Btw, makasih mba tulisannya lengkap bingits

    BalasHapus
  26. Duh sy masih takut, bayanginnya aja ngilu . Bisa mengurangi sampah pembalut banyak ini secara 1 periode mens bisa habis 2 pack pembalut

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)