Perlengkapan Rumah Ala Keluarga Pindah-Pindah

kutipan


Gara-gara sedikiiit menyinggung novel Saman di tulisan ini, saya jadi kembali membaca sekilas-sekilas, lalu kembali bertemu kutipan di atas. Bagian tersebut sepertinya bisa disambung dengan judul tulisan kali ini. Ya sih, nyambungnya dengan sedikit memaksa. Tapi tak apa, tak ada yang tersakiti dalam sedikit pemaksaan ini.

Hihi..apa siih?

Ini tentang memilih perabot ya..., bukan soal mencari suami. Ternyata, memilih perabot tak selalu hanya dengan pertimbangan syarat geometri dan bujet. Tapi bagi keluarga tertentu juga mesti memenuhi syarat kemudahan pindahan.

***

Di blog ini, saya cukup sering bercerita tentang kondisi keluarga kecil kami yang bisa dibilang semi-nomaden. BJ dan saya belum lama melewati 13 tahun usia pernikahan. Dalam rentang waktu tersebut, kami sudah lima kali berpindah rumah. Empat rumah pertama di tiga kota di Sumatera Utara. Pindah rumah terakhir adalah ke Gowa, Sulawesi Selatan.


Baca :
Mengurus Pindah Sekolah Antar Provinsi

Memang bukan angka dan jarak yang wah... Banyak rumah tangga lain yang lebih sering dan lebih jauh dalam berpindah-pindah. Salah satunya, bisa bayangkan keluarga diplomat atau para profesional yang sering pindah antar negara.

Tapi namanya pindah rumah, mau dekat atau jauh, tetap butuh energi ekstra. Apalagi, kami menyewa dan atau membeli rumah dalam kondisi kosong (tanpa perabotan). Pindah juga bukan dalam hitungan minggu atau bulan, tapi bisa tahunan. Jadi, mau tak mau, mesti ada berbagai perlengkapan untuk mendukung hidup keseharian.

Padahal, perlengkapan setelah berkeluarga beda dengan semasa lajang. Tak hanya orangnya, barang-barang juga turut beranak-pinak. Pindahan tak bisa lagi sesimpel tinggal angkat koper. Memilah barang-mengepak-mengirim-menyusun kembali adalah urutan yang seringnya tak bisa dioper.

***

Pindah antar kota yang tak terlalu jauh masih memungkinkan untuk membawa semua barang yang masih dibutuhkan. Beda cerita ketika pindah pulau. Sortasi barang menjadi lebih ketat. Meski biaya ekspedisi ditanggung kantor, tetap saja tak semua barang bisa dibawa. Sebagian barang mesti dijual atau diberikan pada yang membutuhkan.

Sisi baiknya, pindahan selalu berarti decluttering total. Selalu ada barang yang harus dilepaskan meski saat itu lagi sayang-sayangnya #eh. Saya jadi belajar untuk tidak terikat pada barang-barang (meski ada saja barang yang dibawa kemanapun pindah karena alasan emosional ~ artinya masih terikat). Juga dipaksa untuk belajar menerapkan hidup minimalis karena keharusan.

Alhasil, memilih perlengkapan rumah tak hanya soal “pas buat ruangan dan keuangan.” Sebuah perabot nyaris selalu saya kaitkan dengan kemungkinan pindahan. Lupakan dekorasi rumah yang cantik-cantik tapi bakalan menyulitkan. Kepraktisan lebih menjadi prioritas dibandingkan keindahan. Bahkan, saya juga jadi semakin belajar untuk menerapkan prinsip zero waste, yakni rethink-reduce-reuse-recycle.

Baca :
Imperfect Zero Waste

Berikut beberapa perlengkapan kami yang sudah disesuaikan dengan kemungkinan pindah-pindah :

Kotak, kotak, dan kotak

Menyebut kotak sampai tiga kali karena sekarang kami punya beragam kotak, baik kotak yang kuat maupun kotak karton yang dimodifikasi😀. 

kotak kayu


Ada dua kotak kayu kayu berukuran sekitar 80 x 40 x 40 cm. Bukan beli jadi tapi pesan ke tukang kayu. Terbuat dari papan keras sehingga sehingga cukup kokoh, tapi berat. Sewaktu tinggal di Medan, kotak ini menjadi tempat penyimpanan sepatu sekaligus tempat duduk di teras.

Saat proses pindahan, kotak ini sangat berguna untuk wadah barang-barang rentan pecah, seperti perlengkapan dapur dan peralatan elektronik. Supaya lebih aman, barang-barang itu saya bungkus dengan bubble wrap baru saya susun dalam kotak.

Beneran lho, meski lintas pulau, tak ada satu pun barang di kotak yang pecah/rusak. Sekarang, selain sebagai kotak penyimpanan aneka barang, kotak ini berfungsi sebagai meja kecil di dekat tivi.







Versi lain adalah kontainer plastik. Berfungsi baik untuk menyimpan barang. Tapi tak bisa diduduki. Di atasnya adalah kotak kardus yang saya bungkus dengan kain (ulos). Ada juga kotak bekas paket dengan kain jarik untuk tempat helm dan mainan. Dengan dilapis kain, kotak kayu dan karton jadi nggak nampak apa kali kan? (Kalau pernah tinggal di Sumut, besar kemungkinan akrab dengan kata "apa kali"😀).




stool sofa


Belum lama, saya beli stool sofa. Meski tak terlalu besar, tapi lumayan juga buat menyimpan barang, juga bisa buat duduk lho... Kalau awet sampai pindah lagi, jelas bisa buat mengemas barang-barang.

Rak portable

Lupakan buffet dengan desain cantik-cantik. Perabot yang indah dipasang, tapi tak asik buat diajak pindah-pindah. Apalagi jika buffet-nya terbuat dari partikel board (material yang tersusun dari serbuk kayu). Papan jenis ini tak sekuat kayu solid sehingga rentan rusak saat proses ekspedisi. Sementara, buffet dari kayu solid biasanya lebih mahal dan berat.

rak portabel



Butuh buffet bisa disiasati dengan rak papan bongkar pasang. Sebagian papan dan besi penyangga kami beli di supermarket peralatan. Untuk versi lebih hemat, kami pesan papan di bengkel kayu lalu dilapis dengan wall-paper. Lumayan cantik dan tangguh untuk diajak pindah-pindah. Kalau bosan sama penampakannya, tinggal ganti kertas pelapisnya.

rak portabel



Ada rak lain yang bisa dibawa pindahan, yakni rak besi portabel seperti di bawah ini. Memang cukup berat, tapi karena bisa dibongkar jadi masuk akal untuk dibawa. Saya menyukai jarak antar rak yang bisa dipasang sesuai selera. Bahkan, bagian bawah tidak kami pasang karena untuk tempat koper. Papan paling bawah berduet dengan conblok menjadi meja TV.

rak tv

rak buku



Rak buku juga portabel. Kalau ini memang tak terbuat dari besi yang kuat. Namun, sesuai klaim penjual, rak dari plastik (atau fiber?) ini mampu menahan beban buku-buku yang cukup berat. Bengkok di salah satu rak bukan karena tak kuat menahan beban buku tapi karena sebab lain.



Tempat baju

rak baju



Saat tinggal di Medan, dua lemari baju kami terbuat dari partikel board. Jelas tidak nggak worth it untuk dibawa pindah jauh, besar kemungkinan rusak di perjalanan. Sesampai di Makassar, saya sempat menimbang untuk beli lemari. Cukup lama menimbang, akhirnya nggak jadi beli.

Kebetulan, di kontrakan ada “peninggalan” dua file box berukuran cukup besar. Jadilah, dua benda itu saya fungsikan sebagai lemari pakaian. Eh ternyata muat banyak (atau memang pakaian kami yang terbatas?). Untuk pakaian yang butuh digantung, saya menggunakan gantungan segitiga dengan cover baju ala laundry. Memang tidak seaman di lemari, tapi ini pilihan terbaik untuk saat ini.

***

Entah nih, akan lama di Sulawesi atau sebentar pindah lagi. Where-ever and whenever, I always try to celebrate daily life. Memang hari kadang kelabu, tapi tagline blog ini selalu memberi semangat baru. Bagaimana dengan teman-teman? Mungkin juga punya pengalaman pindahan? Boleh cerita di komentar yaa... (*)


38 komentar untuk "Perlengkapan Rumah Ala Keluarga Pindah-Pindah"

  1. Seru nih ya mom acara pindah-pindahannya.aku baru 1x pindah itupun masih satu kota.Tetapi ya ribet ya.Apalagi rumah yang aku tempati sekarang lebih kecil berarti ada barang yang harus disisihkan. Thanks nih sudah berbagi tips perlengkapan rumah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pindah..jauh ataupun dekat tetap butuh energi ekstra kan kak?

      Hapus
  2. Aku sejak menikah baru dua kali pindah. Dari rumah ibu ke rumah kontrakan, terus ke rumah yang sekarang ditempati. Sudah lupa gimana rasanya repotnya packing barang saat pindahan. Membaca tulisan Mbak Lisdha jadi sedikit memahami gimana rasanya pindah-pindah rumah. Jadi peti kayu yang berat itu, nanti juga bakal jadi teman kalau pindah dari Gowa ya Mbak..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha..iya ini si peti kayu kayaknya bakalan ikut kemanapun pindah, Mb Evi

      Hapus
  3. Salut maak butuh energi ekstra soalnya pindah-pindah itu ya....
    Alhamdulillah aku cuma sekali pindah dari kos-kosan ke rumah sekarang hehehe...

    Apapun itu pasti ada banyak pengalaman di dalamnya ya maak ketika pindah dan mendapatkan suasana baru.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup

      Di balik sisi repot, ada sisi riang juga sih..banyak keluarga jadinya

      Hapus
  4. Jadi semuanya peralatan yang mudah bongkar pasang ya, Mba Lisdha. Iya nih berasa banget pas pindahan kontrakan saat rumah di renovasi. Bener-bener lelah kalau perabotannya permanen.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga semua sih mbak..tetap ada peralatan yg kalau akhirnya ga bisa dibawa ya dijual apa dikasih orang. Tp kami usahakan seminimal mgkin sih..

      Hapus
  5. Hemm pindah rumah memang merepotkan, tapi kalau peralatan rumahnya bongkar pasang kayak gini bakalan mudah deh. Lebih memudahkan saat mau pindah, semangat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you mb Nisa..ini sebenernya pengen cari kontrakan yg lebih hemat. Tapi dah mager buat pindah2 barang hihihi

      Hapus
  6. ahaha i feel u maak... aku 11 tahun ada kali 11 kali pindah rumah antar pulau antar propinsi. jemuran yaa dibongkar pasang ampe meleyot pun dilakban. perabot minimalis aja yg ada. kebawa sampe menetap skr ga punya sofa dan tamunya disuruh lesehan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mak jaaaang.... 11 kali..Oh my.. sampai speechless saya hahah

      Hapus
  7. Kuatnya dirimu pindah-pindah gitu, Dik ...
    Btw, aku jadi punya referensi kotak-kotak, nih :). Sebagai sesama kontraktor, ide perabot jenengan sip juga ha ha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga selalu dapat gudang di setiap kontrakan sih mbak. Jd kotak2 ini cukup membantu spy barang2 ga terlalu berantakan

      Hapus
  8. Kotak kotak dan kotak. Termasuk semua barang yang multifungsi.

    Kebayang perjuangan dan adaptasinya. Mungkin nanti kalau sudah nggak pindah pindah lagi, bakalan punya banyak cerita dan kenang kenangan, Mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyap mbak..adaptasinya sudah cerita tersendiri juga hehe

      Hapus
  9. Wew oke banget ini penataannya mbak. Ga ngomongin estetik yah tapi sangat fungsional.
    Rak besi 5 susun baru ku pasang juga di Kamar. Bisa buat simpan stok jualan, perkakas dapur, sampai gantungan untuk ring light. Heheh. Maklum tempat kami minimalis jadi perlu atur siasat supaya cukup dan rapi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi...hempasss lah soal eatetika wkwk. Yg penting ga terlalu berantakan aja mbak :)

      Hapus
  10. Wah iya, emang pas pindah pindah itu butuh banget yang namanya kardus kardus ya mbak
    Biar ringkes saat packing barang barang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tp kalau kardus aja potensial rusak mbak. Utk barang2 tertentu bener2 butuh kotak yg lbh kuat

      Hapus
  11. Waktu kecil aku terbiasa pindahan Mbak ikut Abahku yang PNS jadi memang belajar nggak terikat pada barang ya dan ibuku jadi jagoan packing hehe...perabotannya minimalis dan mudah dibawa semua ya Mbak..keren...

    BalasHapus
  12. Baca postingan ini jadi mikir, kalau nomaden memang kudu banget mikir perabot yang bisa dibawa pindah. Jadi gak drama banget kalau ngelepas itu. Bisa ditiru ide-idenya

    BalasHapus
  13. Kotak ini emang penting banget kalau buat pindahan. Saya juga punya kursi kotak, yang dalamnya bisa buat menyimpan barang-barang. Selain kotak, kalau saya banyak punye keranjang juga mbak. Baju anak-anak juga sampai sekarang masih simpannya di keranjang aja, nggak pakai lemari

    Rak buku portabelnya kuat juga ya, rak buku saya masih kayu, berat banget kalau mesti dibawa pindahan.

    BalasHapus
  14. Persis kaya Ibuku, kak Lis..
    Ibu dulu juga tukang pindah rumah karena mengikuti kerja Bapak di Pertamina.
    Dari Sabang sampai Merauke.
    Jadinya dulu aku inget banget, kalo mo pindahan suka pesen kotak kayu yang besar-besar dan nanti dititip pakai kapal.

    Jadi kalau kami sudah tiba di kota tempat pindahan, barang pasti bececer dimana-mana. Mantap karena kami 4 bersaudara. kebayang satu anak bawa perlengkapan pribadi dan lain-lainnya yaa..

    Alhamdulillah,
    sejak masa kerja Bapak terakhir di Jakarta, kami memutuskan untuk stay di Surabaya, karena keluarga besar semua tinggal di sana.

    Dulu belum ada kotak-kotak cantik seperti itu, kak Lis..
    Jadi kalau pindah, ya..kotaknya sungguh gak aesthetic. Kemungkinannya cuma 2. Dibuang atau disimpan di gudang yang bisa jadi si kotak gakkan pernah dibuka ((saking besar dan tutupnya berat)).

    Sungguh pindahan itu menguras energi.
    Tapi jadi banyak pengalaman dan emm, tidak punya teman yang benar-benar dekat gitu siih..
    hiiks~

    BalasHapus
  15. Sekarang rak portabel dan almari portabel lagi trend, menurut aku praktis bgt. Btw, naksir kotak kayunya itu, bisa jadi meja, tempat duduk, buat pindahan juga aman tuh barang2nya.

    BalasHapus
  16. jadi inget aku juga punya & udah bacabukunya nih Saman mbak. Aku belum pernah pindah betulan, paling pindah rumah saat renovasi aja, tapi bener banget tuh container kepake banget buat naruh barang-barang.
    Harus diperhatikan banget saat pembelian furniture ya kalau gak mau repot saat pindahan

    BalasHapus
  17. MasyaAllah luar biasa nih udah bbrp kali pindah :D
    Pasti banyak suka dukanya yang pastinya seru yaaa
    Bisa ditiru nih mbak buat persiapan pindah rumah juga, terutama soal gmn supaya barang2 kita bisa pas masuk box yang emang udah kita siapkan Bener sekali decluttering emang wajib yaa :D
    Gpp pakaian terbatas yang penting tabungan tak terbatas #asyeeek haha :P

    BalasHapus
  18. Aku tuh jarang pindah mba. Itupun udah berasa kenapa ribet bener pas pindahan. Salut mba sering pindah tapi selalu ambil sisi positifnya dan kasih ide seperti ini

    BalasHapus
  19. Seru ya jadi keluarga yang sering pindah-pindah gitu. Jadi banyak pengalamannya di berbagai tempat. Dan banyak juga kenalan orang-orang. Aku cuma sekali aja pindah. Itu pun masih di kampung yang sama. Jadinya gak banyak adaptasi atau pengalaman. Kebayang deh peralatan keluarga yang sering pindah. Pastinya ya akrab dengan box-box begitu. :)

    BalasHapus
  20. Andalanku kalau pindah nyiapin kardus bekas rokok hehehe. Soalnya kuat banget. Setelah selesai pindahan bisa dijual lagi ke tukang loak

    BalasHapus
  21. aku termasuk orang yang sayang dengan buku2 jadi pas pindahan 2 th ke Padang, banyak buku yang aku bawa dan beruntung bukunya aman soalnya kalau ditinggal bisa2 dimakan rayap, hiks... ribet sih pakai truk segala, tapi hati puas pindahan bawa barang yang disayang

    BalasHapus
  22. Eh bagus juga nih idenya.. Jadi multifungsi gitu ya, enak buat dibawa pindah2. Aku juga sekarang pakai lemari portable mbak. Pertimbangannya sih sekadar biar gampang kalau mindahin, nggak perlu minta bantuan suami. aku suka utak atik susunan perabotan soalnya. Biar nggak bosen.

    BalasHapus
  23. Kebayang repotnya kalau pindahan antar pulau mbak, soalnya saya punya sepupu yang suaminya tiap 3 tahun sekali dimutasi selalu pusing kalau udah mau pindahan. sebagian barang dijual, sebagian dipacking dan sampai tujuan ada yg pecah hihi

    BalasHapus
  24. Nah, samaan Mak, di rumah banyak box dan kardus serta kopera, pokoknya yang bisa buat penyimpanan dan mudah dibawa. bedanya, kalo saya buat waspada banjir sih, sebab rumah pernah terendam, jadi sekarang lebih minimalis aja, hehehe

    BalasHapus
  25. Seru banget Mak punya tempat tinggal pindah-pindah sampai lintas pulau. Pasti banyak pengalaman dan mengenal banyak karakter ya. Meskipun pas packing pindahannya lumayan effortnya ekstra. Makmin juga penganut minimalis termasuk urusan rak portabel. Selain praktis malah lebih estetis dan bikin ruangan jadi lebih lega

    BalasHapus
  26. Selalu kagum dengan keluarga yang sering pindahan. Gak kebayang euy, apalagi kalau durasi pindahnya gak lama. Saya sendiri gak ada pengalaman pindahan selain dari Magetan ke Jakarta. Pas jaman masih gadis beberapa kali pindah, tapi ringkes karena cuma sendiri. Kalau sekarang harus pindahan pun, saya belum ada bayangan gimana packingnya. Pasti ribet, beda sama yang sudah berpengalaman begini.

    BalasHapus
  27. Aku sendiri ga ada pengalaman pindah2 dalam waktu pendek gitu mba. Jadi jujur ga terlalu ngalamin rasanya. Tapi suami berasal dari keluarga diplomat, yg mana sejak umur suami 3 bulan mereka udah puas pindah2 negara, mulai dari Amerika, Korea Utara, Jepang, Jerman, Finlandia dan Bulgaria penempatan trakhir.

    Denger cerita dari mama mertua, dan aku rasanya paling maleeees pas bagian pindahan 🤣🤣🤣. Sumpaaah repoooooot. Kalo mama mertua sayangnya punya hobi belanja dan ngumpulin barang. Alhasil barang2 mama itu buaanyaaaaaak byangetttttt di gudang rumahku, rumah mama, dan gudang di rumahnya yg lain. Barang2 macam hiasan dari kristal , piring2 antik dll. Jujur dalam kondisi mama mertua udh meninggal gini, kami tuh bingung mau diapain kristal Eropa begini. Di jual murah, tapi kemana.. blm lagi packingnya 🤣. Takut rusak. Jadi masih numpuk.

    Dulu pas pindahan tiap negara mama pake logistik kapal. Kadang semua baru sampe 4-6 bulan kemudian. Biaya ga usah ditanya, bisa EUR3000 ke atas sekali pengiriman 🤣.

    Belajar dari mama mertua, kok ya rasanya aku ga bakal mau beli barang yg ga penting gitu kalo hrs pindahan. Mending barang biasa yg mudah dipack, atau ditinggal sekalian pas harus pindah lagi 😁.

    BalasHapus
  28. Aku tuh enggak kebayang nata natanya
    Makanya dulu sempat mikir ada cowok yang kerjaannya pindah pindah kota
    Bikin saya mikir nata barang kalau mutasi
    Ternyata tips di atas bisa diberlakukan nih buat anak yang berjodoh cowok begini haha

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)