Hallo Teman DW, sudah menjalani diet minyak belakangan ini? Atau justru sudah sejak jauh hari? Saat ini, mungkin banyak rumah tangga mengurangi penggunaan minyak goreng untuk konsumsi sehari-hari. Bukan karena niat diet, tapi karena harga minyak goreng yang melambung tinggi.
Ini tergolong fakta “unik” di tengah status sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia. Perlu sekali menyebut sawit karena faktanya ada banyak jenis bahan pembuat minyak goreng. Meski demikian, di Indonesia, kata minyak goreng lebih mengacu pada bahan sawit. Dibandingkan bahan lain, harga minyak goreng sawit memang paling ekonomis.
Isu tentang sawit selalu seksi dan mahalnya minyak goreng membuat isu tentangnya semakin seksi. Tapi toh, saya hanya pembaca berita yang hanya tahu sebatas permukaan (dan bisa saja pengetahuan saya salah).
Harga crude palm oil naik di pasar
internasional? Program B30 untuk mengurangi impor bahan bakar minyak? Waah
...embuh. Apapun itu, minyak goreng jadi naik harga. Mau ngedumel atau justru
diam-diam bersyukur karena dipaksa diet minyak? Sepertinya hanya dua pilihan
yang memungkinan buat saya.
Btw,
meski mengirit minyak, dapur saya tetap menghasilkan jelantah.
Lha gimana, wong menurut tips kesehatan, dianjurkan untuk tidak menggunakan
minyak goreng yang sama berulang-kali. Tentang ini, sepertinya rata-rata orang
sudah mengetahuinya. (Masalahnya, pecel lele
dan gorengan pinggir jalan yang minyaknya sampai menghitam itu enak rasanya
huhuhuhu)
Faktanya, minyak jelantah adalah
limbah. Banyak referensi menyebutkan bahaya minyak jelantah jika
dibuang begitu saja, di antaranya :
- Menyumbat saluran air. Dulu
saya sering membuang sisa-sisa minyak begitu saja di saluran air bersamaan
dengan proses mencuci piring. Besar kemungkinan, ini penyebab saluran air
tersumbat. Saat pipa dibersihkan dengan besi panjang, keluarlah kotoran
penyumbat serupa gumpalan-gumpalan lemak.
- Menurunkan kualitas tanah. Minyak
jelantah yang dibuang di tanah akan menyumbat pori-pori tanah sehingga
tanah menjadi keras. Akibatnya, kesuburan tanah berkurang.
- Menurunkan kualitas air tanah. Minyak
jelantah yang turut meresap ke kedalaman tanah akan mencemari air tanah.
- Mencemari air permukaan. Minyak
jelantah yang dibuang ke perairan (sungai, danau, laut) akan menurunkan
kualitas airnya. Main air di perairan yang berminyak, pasti tidak nyaman
bukan?
- Mengganggu proses fotosintesis tumbuhan air. Minyak jelantah yang dibuang ke perairan akan membentuk lapisan di
permukaan air. Lapisan minyak menghalangi sinar matahari yang diperlukan
biota air untuk proses fotosintesis. Hal ini berdampak pada berkurangnya
oksigen yang mendukung ekosistem kehidupan di air/laut.
Minyak jadi Sabun
Mengelola minyak jelantah merupakan bagian
dari (imperfect) zero waste yang saya upayakan dalam hidup sehari-hari. (Eh kok
imperfect? Ya karena memang masih imperfect :D).
Baca : Imperfect
Zero Waste
Jujur, kalau saja di dekat rumah ada
pembeli minyak jelantah, saya pilih untuk menjualnya. Praktis dan dapat duit.
Namun, sejauh ini saya belum menemukan pembeli minyak jelantah di dekat rumah.
Padahal, kalau baca di internet, di Makassar ada lho pengusaha muda yang sukses
karena mengelola jelantah. Alhasil, saya memutuskan belajar mengolahnya. Minyak jelantah bisa diolah menjadi bermacam produk,
seperti biodiesel, lilin, sabun, dan sebagainya. Menimbang kemungkinan
kegunaan, saya memilih sabun cuci.
Melihat tutorial pengolahan minyak jadi
sabun, rasanya tidak terlalu susah. “Hanya” terdiri dari beberapa langkah dan
memungkinkan untuk dilakukan pada skala rumah tangga. Nah, yang susah
adalah...... merealisasikan niat menjadi tindakan nyata.
Minyak memang bahan dasar pembuatan
sabun. Berhubung menggunakan minyak jelantah, tujuan penggunaannya
bukan untuk sabun mandi melainkan sabun cuci (padat). Puji Tuhan,
setelah niat itu lama terendap, akhir tahun lalu saya bisa memulai eksperimen
tersebut. Langkah awalnya, tentu saja dengan mengumpulkan minyak jelantah yang
saya hasilkan dalam pemakaian sehari-hari. Setelah terkumpul, baru deh lanjut
proses selanjutnya.
Saya mengambil resep sabun cuci
dari www.sahabatalam.weebly.com dimodifikasi
dengan beberapa tutorial lain. Intinya, saya mengambil cara termudah dan
termungkin untuk dilakukan.
Berikut resep yang saya pergunakan :
Bahan :
1. 500 ml minyak jelantah yang telah diproses dengan
arang. Proses dengan arang ditujukan untuk membersihkan minyak jelantah.
Caranya, arang dihancurkan kecil-kecil, lalu dibakar. Bara arang ini langsung
dimasukkan dalam minyak lalu diendapkan 1-2 malam. Usai perendaman, minyak
disaring dan bisa digunakan.
2. 82,46 gram NaOH/soda api (kemampuan timbangan saya
tidak sampai koma gram, jadi saya pakai 82 gram)
3. Pewangi. Bisa dari bahan organik (pandan/sereh yang
direbus) atau pewangi buatan (saya menggunakan pewangi pakaian)
4. Air 171 ml (bisa air mentah atau air rebusan bahan
pewangi organik).
Alat :
1. Timbangan
2. Gelas ukur
3. Pengaduk plastik/kayu
4. Panci plastik (hindari penggunaan panci logam)
5. Cetakan (saya menggunakan cetakan puding karena belum
punya cetakan silikon).
6. Masker dan sarung tangan
7. Pewarna yang aman (opsional ~ saya menggunakan pewarna
makanan).
*Jangan gunakan peralatan
pembuatan sabun untuk mengolah makanan*
Langkah :
1. Masukkan NaOH dalam 171 ml air, aduk, lalu tunggu
hingga larutan mencapai suhu ruang. Proses tidak boleh terbalik. Jika air
dituang ke wadah NaOH bisa mengakibatkan hal berbahaya (dalam jumlah besar bisa
mengakibatkan ledakan!). Proses ini menghasilkan uap panas dan bau cukup
menyengat. Jadi, gunakan masker dan sarung tangan, serta lakukan di tempat
terbuka atau ruang berventilasi.
2. Tuangkan larutan NaoH yang bersuhu ruang dan air ke
dalam minyak. Aduk hingga mengental (trace).
3. Segera tuang adonan yang mengental ke dalam cetakan.
Bila terlambat, adonan akan membeku sebelum dituang ke cetakan.
4. Lepas dari cetakan setelah sabun mengeras. Sabun belum
bisa langsung dipakai. Harus dibiarkan selama 3-4 minggu untuk proses curing.
Saya coba untuk bikin video. Tapi masih amatiran bangeeet videonya 😃 ^-^
Untuk level eksperimen, rasanya cukup berhasil sih. Meski memang, hasil akhir belum sepenuhnya seragam karena saya juga bereksperimen dengan beberapa bahan tambahan, seperti daun kelor dan sari buah naga (untuk warna merah).
Dari 500 ml minyak jelantah, bisa
dihasilkan kurang lebih 10 potong sabun (tergantung ukuran cetakan sih). Hihi,
saya punyanya cetakan love, memang malah jadi mirip kue. Mesti
hati-hati meletakkan, jangan sampai malah dimakan.
Satu poin yang masih terasa belum oke
adalah di aroma sabun. Mungkin pewanginya kurang banyak, jadi sabunnya belum
harum. Tapi lumayan hilang sih aroma jelantahnya. Sabun batangan ini saya manfaatkan untuk bermacam
keperluan, seperti mencuci keset, serbet, kain pel, lantai kamar mandi, dan
sepeda motor. Namanya keset dan serbet, pasti kotor banget dong. Nah, saya suka
sabun bikinan sendiri ini, karena hasilnya bersiiiih.
Untuk cuci baju? Sebenarnya tidak masalah. Namun, untuk baju sehari-hari, saya menggunakan mesin cuci, jadi masih pakai sabun bubuk atau cair. Pernah sih mencoba sabun buatan sendiri ini untuk mesin cuci dengan cara merendam sabun semalaman. Esoknya, cairan sabun ini digunakan untuk mencuci dengan mesin. Tapi ya gitu, masih sering kalah dengan nggak mau ribet.
Mungkin nanti-nanti, bisa lanjut eksperimen mengolah minyak jelantah jadi sabun cair supaya gampang untuk mesin cuci. Semoga kuat niat merealisasikannya ^-^
Selain saya pakai sendiri, sabun dari
minyak jelantah ini juga saya berikan pada orang lain. Tentunya orang yang
mau... Bagaimanapun, dengan bahan limbah, belum tentu semua orang mau
memakainya. Pasti akan lebih berdampak jika menjadi gerakan komunitas
"sedekah jelantah" seperti yang sudah terlaksana di banyak tempat.
Siapa tahu, nanti juga bisa demikian. Setidaknya sudah mulai dari diri sendiri. (*)
____________________________
Referensi :
- www.sahabatalamcilik.weebly.com
- https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/01/18/mengenali-bahaya-minyak-jelantah-bagi-lingkungan
Iya, sekarang banyak juga yg menggunakan sabun dari minyak jelantah
ReplyDeleteBiar lebih ramah lingkungan
Aku sendiri pernah coba pakai sabun dari minyak jelantah ini mbak
Tapi aku beli, nggak bikin sendiri
Hehe
Dengan membeli produk seperti ini kan sudah ikut berpartisipasi mengurangi limbag jelantah Mbak Dee...
DeleteKeren dirimu, Mbak Lisdha...membuat sabun sendiri dari minyak jelantah, inspiratif ! Ternyata hasil buat nyusi serber dll lebih bersih, aku jadi tergoda. Ini anak sulungku suka eksperimen bebikinan begini. Bisa kuajakin nanti.
ReplyDeleteBtw, kalau di DKI, ibu PKK-nya ngumpulin minyak jelantah, per RT dibawa ke kelurahan per minggu, akan diolah nanti..Sayangnya aku ga tau kemana dikumpulkannya dan diolah jadi apa. Kata Bu RT ada mitra yang nampung
Pas mudik ke tempo hari, aku lihat ada t4 pembelian jelantah mbak. 1 liter 6rb. Ya lumayan dong drpd mencemari tanah/air. Tapi di sini aku blm lihat. Dengar2 sih buat biodiesel mbak..
DeleteWow keren nih berhasil ya mengelola minyak jelantah jadi sabun batangan. Btw ini trial & error / sekali ekperimen langsung jadi?
ReplyDeletelangsung jadi kak dennise..tapi memang belum bisa seragam hasilnya dr eksperimen pertama hingga selanjutnya. Karena mmg masih coba-coba kasih bahan tambahan juga.
DeleteBaru tahu sih tentang sabun dari minyak jelantah dan gak tahu gimana rasanya. Tapi ini lebih hemat karena murah dan mudah, ya, apalagi bisa bikin sendiri gak harus beli. Mantep, terima kasih infonya.
ReplyDeletesyukurnya di tanganku ga apa2 mb Nisa. tapi kalau sabun kan tiap orang beda2 ya..sama2 sabun bubuk, merk tertentu bisa bikin tangan seseorang pecah2, padahal di orang lain enggak
DeleteYeaayyy keren banget mbaa bisa langsung coba dan praktek, karena aku praktek pas SMA dan waktu kuliah karena ambil jurusan teknik hihi. Ini ngebantu banget untuk membuat lingkungan hidup lebih seimbang karena minyak jelantah memang limbah ya, jd buruk gitu efeknya ke jangka panjang ekosistem khususnya tumbuhan
ReplyDeleteMaakliss kereen jadi pengen eksperimen juga ternyata mudaah ya mak, tidak seribet bayanganku.
ReplyDeleteTapi kudu kumpulin minyak jlantah yang PR soale di aku sebulan minyak seliter ga habis maak, hemat atau irit atau diet yaakss hehehehe
Ditunggu eksperimen berikutnya
Ini jadi ingat webinar beberapa minggu lalu di sekolah anakku, ada kelas membuat sabun dengan minyak. Terus karena baru pertama kali dengar, aku berasa aneh tapi kemarin itu ngikutin tutorialnya juga. Ternyata ya di rumah tuh jangankan bekas minyak, beberapa bahan usai memasak pun bisa menghasilkan.
ReplyDeleteWah makasi mba ilmunya akubtuh pengen bikin lilin dari minyak jelantah juga penasaran caranya
ReplyDeleteMenarik ini, aku baru tahu jelantah bisa dijadikan sabun. Sepertinya nanti minya jelantah disimpen aja ya
ReplyDeleteSejak belajar biofuel, aku jadi tahu kalau jelantah bisa digunakan untuk bahan bakar dan lainnya seperti sabun ini. Pantes kapan hari di salah satu episode Spongebob Squarepants, Tuan Krab bikin sabun dari bekas Patty yang berminyak
ReplyDeleteSaya juga seneng mba kalau ada penampung minyak jelantah, ga apa2 sy kasih gratis heuheu. Bagus nih kalau minyak jelantah dijadiin sabun kalau ada yt serius bisa jd nilai ekonomi besar
ReplyDeleteKeren mbak bisa bikin sabun sendiri. Kalau aku minyak jelantah masih dikumpulin trus dijual ke pembeli minyak jelantah,mbak. Alhamdulillah ada yang mau ambil ke rumah minyaknya
ReplyDelete