Dinner for Two




Di berbagai artikel tentang keluarga, saya mendapati anjuran “kencan untuk pasangan yang sudah menikah.” Ohoo, saya setujuuuu bangeeet. Kencan memang bukan untuk pasangan yang belum menikah saja. Kencan berdua saja setelah menikah itu salah satu upaya untuk menjaga api cinta tetap memercik-mercik manja (tsaaah). Apalagi untuk pemegang prinsip “pacaran setelah menikah.” Jelas saja, kencan itu hanya boleh dilakukan setelah pernikahan.  


Banyak cara untuk kencan bersama pasangan. Bisa cara yang mainstream semacam dinner atau nonton film berdua. Bisa juga yang antimainstream seperti berburu buaya berdua (weks, ada gak ya pasangan yang pernah kencan maut begini?xixixi). Soal biaya, bisa yang menguras kantong, bisa juga yang low budget bahkan gratisan. Tinggal pilih yang selaras antara kemauan dan kemampuan.  

Nah, dalam hal ini, perusahaan tempat suami saya bekerja ternyata cukup pengertian lho. Soalnya, perusahaan sering kasih budget makan dengan judul “Dinner for Two” (selanjutnya saya singkat DFT). Heuheu, siapa yah yang bikin ide ini? Saya rasa, kalau bukan orang yang romantis, pastilah orang yang sayang pasangan/keluarga.  

Saya nggak terlalu ngerti sih, dalam rangka apa saja budget DFT ini dikeluarkan perusahaan. Yang saya tahu, DFT diberikan sebagai reward untuk pencapaian/prestasi dalam pekerjaan. Jenis yang ini, nggak semua karyawan dapat reward DFT. Tapi di lain waktu DFT dibagikan untuk semua karyawan tanpa harus ada pencapaian personal. Mungkin ini kalau perusahaan merayakan sesuatu atau mencapai target tertentu. Kadang suami ceritanya sekedarnya dan saya pun nggak tanyak-tanyak detail. 

Udaaaaaah...tinggal makan, ngapain cerewet. Bukan duit haram kok๐Ÿ˜

DFT ini diberikan dengan sistem reimburse dengan batas waktu. Jadi bukan berbentuk voucher di restoran tertentu. Tempat makan terserah mau di mana. Trus bayar dulu, baru nanti klaim sebesar budget yang telah ditentukan. Kalau biaya makannya lebih dari budget, ya nombok sendiri lah.

Sejalan dengan namanya, DFT ini mestinya bisa kami pakai untuk kencan berdua. Di Medan ini pastilah banyak tempat yang hips buat kencan romantis bareng suami. Itung-itung “wisata kuliner plus” buat saya yang “orang rumahan.” Namanya emak-emak rumah tangga beneran (bukan pula work at home mom), mana ada lunch/dinner after meeting ya kan?

Budget DFT ini sebenarnya juga kesempatan makan-makan yang rada mahal untuk ukuran kami tanpa harus kepikiran duitnya (kan ntar diganti hihihi). Kalau dengan biaya sendiri, sejumlah itu hanya untuk makan berdua kok saya merasa eman (sayang). Mending kasih mentahan (bentuk uang) aja wkwkwkw #TipikalEmakEmak.

(Eh tapi, tempo hari cerita sama teman, mending memang dibikin budget makan. Coba kalau dalam bentuk uang, bakalan sayang deh buat makan mewah beneran. Orang kelasnya baru mewah yang mepet sawah wkwkwk).
Nah, sudah difasilitasi sedemikian rupa sama perusahaan yak.. Namun, ironisnya, kami sama sekali belum pernah benar-benar menggunakannya untuk DFT.  Bukan karena kami nggak mau, tapi karena nggak bisa!! Buat kami, keluar berdua itu adalah semacam kesempatan yang teramat langka, selangka harimau Jawa. Saya bahkan sampai nggak ingat, apa pernah keluar berdua saja sama BJ?

Mengapa nggak bisa?

Karena ada anak-anak. Kami tinggal jauh dari orangtua maupun saudara-saudara dekat yang lazim jadi “tempat penitipan anak” sementara. Jauhnya itu adalah sejarak yang “hanya bisa ketemu saat mudik.” Dan mudiknya itu,rata-rata hanya setahun sekali.

Kalau titip ke daycare? Lha apa bisa hanya sekali waktu begitu? Kalaupun ada daycare yang bisa, belum tentu bocahnya mau. 

Titip teman juga bukan opsi buat kami. Kalau nitip buat sesuatu yang pentiiing ting ting semacam keadaan gawat dan mendesak, bisa lah. Lha ini nitip buat santai-santai sama pasangan, walaah teman macam apa, ya kan?

DFF

Jadi, meski judulnya DFT tapi pada kami praktiknya adalah DFF alias Dinner for Four sesuai jumlah kami serumah. Meski banyak pilihan makan, tetap saja harus selektif. Menunya harus yang bisa masuk lidah anak-anak. Harganya, juga jangan sampai over budget. Sudah lebih-lebih-lebih dari anggaran biasa makan, kalau masih nombok juga...terlalu!!!.

DFM

Di kali lain, kami baik hati kok. Eh sebenernya bukan sungguh baik hati sih. Tapi karena supaya Ale dan Elo bisa merasa lebih menikmati. Mereka berdua kan belum terlalu masalah dengan makan apa dan makan di mana. Malahan, buat mereka, makan yang asik itu ya di resto yang ada tempat mainnya, seperti di resto-resto cepat saji ituuu. Tapi sayang kalau makan di tempat seperti itu sih. Budgetnya masih nyisa banyak. Soalnya, budget harus habis sekali makan. 



makan bareng temen2 Alel0 dan para ortu, ada opung juga :)

makan bareng di Pizza Maker Junior


Jadilah kami (tampak) baik hati karena mengajak teman-teman, entah itu teman kami (yang anak-anaknya adalah teman Ale-Elo) atau teman Ale-Elo (yang orangtuanya jadi teman kami). Yang terakhir adalah pakai budget DFT untuk pizza maker junior. 

Jadi kayak menraktir yaa...padahal ntar bisa diklaim hahaha. Senang aja sih jadi seru-seruan makan bersama. Lupakan dulu yang namanya Dinner for Two. Kalau anak-anak sudah besar, mungkin malah berdua melulu dari breakfast sampai dinner sampai breakfast lagi. (Lalu jadi kangen masa-masa makan bareng anak-anak). Ngarep saja, tahun ini dan selanjutnya tetap ada DFT yang bisa buat makan ramai-ramai. 

Untuk kencan bersama suami, kan masih ada cara lain yang nggak mesti ninggalin anak-anak๐Ÿ˜๐Ÿ˜




 

3 komentar untuk "Dinner for Two"

  1. Mbak..keren banget ya tuh HRD nya sampai ada program DFT gitu..Salut!
    Tapi memang iya , yang ada enggak bisa pergi dua-duaan ya..karena enggak ada yang jagain anak-anak. Eh, tapi lagi kalau rame-rame begini lebih seruuuu...Jadi lebih manfaat karena bisa ngumpul dan silaturahmi dengan semua.
    Semoga nanti budget DFT dari kantor tetap ada dan nambah besarannya. Jadi bisa untuk acara selamatan #halah kwkwkw

    BalasHapus
  2. Wkwkwk DFF ya kenyataannya, enak rame-rame sih emang. Perusahaannya kreatif banget bikin acara giniian, hehe.

    BalasHapus
  3. Lucu yaa kantornya ada DFT begitu, saya jadi terinspirasi kalo nanti punya kantor hahaha..
    Sekalian nanti ada bagian investigasinya.. penggunaan budget DFT apakah benar digunakan untuk DFT, atau DFF, atau DFM, atau DF-DF lainnya.. :p

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)