Elo Sakit Apa? #NulisLagi


Elo sakit apa?

Itu pertanyaan-pertanyaan yang mampir di kolom komentar facebook ketika beberapa waktu lalu saya post foto Elo yang masih diinfus di bed rumah sakit. Statusnya sendiri memang nggak jelas sih...nggak lengkap 5W+1H ala caption foto jurnalistik ๐Ÿ˜ƒ. Terlebih itu status pertama setelah berminggu-minggu nggak nyetatus (belakangan saya memang jarang fesbukan -sementara akun media sosial lain yang saya punya tak aktif sejak lama).

Jadi, sudah nggak jelas, tampak "ujug-ujug" pula. Nggak sedikitpun status-status sebelumnya yang bisa menjadi prolog dari kejadian sakitnya itu. Jadi cerita yang agak panjangnya di sini aja deh. Mana tahu teman-teman yang saat itu tanya dan saya jawab singkat-singkat sempat baca. Memang ini a very-very latepost sih... tapi berhubung sudah saya tulis dari beberapa hari lalu (dan nggak kelar-kelar), sayang kalau nggak jadi buat menuh-menuhi blog๐Ÿ˜ผ๐Ÿ˜ผ๐Ÿ˜ผ๐Ÿ˜ผ

Jadi, pada zaman dahulu .....

Eh, bukan begitu yaaak prolognya ^_^. 

Jadi begini ceritanya : (buka layar, silakan siapin teh dan camilan ๐Ÿ˜‰)

Alkisah, medio Desember 2016 itu kami mudik ke Jawa Tengah. Pertama, tujuannya ke Klaten ke tempat Mbah Uti (mertua saya) yang sedang sakit. Di sana kurang lebih dua minggu, Elo sehat-sehat saja. Ini sudah amazing karena dulu tiap mudik, Ale (abangnya Elo) pasti langsung ada sakitnya. Sakit demam/flu ringan aja sih. Mungkin dampak kecapekan di perjalanan (yang waktu itu Medan - Jogja belum ada penerbangan langsung, tapi mesti transit di Jakarta).

Sampai selanjutnya kami pindah tujuan mudik,  ke tempat Mbah Upi (ibu saya) di Temanggung yang cukup dingin. Nah di sini nih ada beberapa acara jalan-jalan. Baik piknik maupun acara keluarga. Salah duanya jalan-jalan ke Dieng yang duingiiin dan ke Rawapening di Ambarawa. Sejauh acara jalan-jalan, Elo masih fun saja tampaknya. Tapi terakhir jalan-jalan (ke Curug Sewu di Sukorejo), Elo sudah tanda-tanda demam. Itu hari Kamis, sementar Senin depannya (empat hari lagi) kami mesti terbang balik ke Medan.

Beneran, mulai Jumat, suhunya tinggi banget. Kami nggak bawa thermometer jadi nggak tahu sampai berapa derajat celcius. Waaah....langsung kami beri paracetamol juga kami balur parutan bawang merah campur minyak telon. Saya juga mengompresnya menggunakan air hangat. Reaksi dari perlakuan itu memang menurunkan suhunya tapi nanti naik lagi. Begitu sampai keesokan harinya. Sempat berpikir mau bawa dia ke dokter anak. Tapi ah, ini kan baru hari kedua demam. Mudah-mudahan besok reda. Eh ternyata di hari Minggu juga masih demam. Dokter anak pada tutup di hari Minggu. Rumah sakit juga UGD aja yang buka.

Tapi budhe-nya Elo yang bidan tampak tenang saja lihat kondisi Elo. Bahkan juga nggak mau ngasih obat apa-apa selain tambahan parcet. Kami jadi relatif tenang juga. Secara intuitif saya juga merasa bocah ini masih tahan. Tapi sudah terpikir sih untuk besoknya (Senin) cek darah di Medan. Bagaimanapun, karena dulu Elo pernah opname cukup lama, tiap dia demam pikiran kami sudah kemana-mana. 


Dengan berbekal doa dan intuisi, kami memutuskan untuk esoknya tetap terbang (karena Ale sudah jadwal masuk sekolah). Tapi, dengan demam yang sudah berlangsung tiga hari, kami memutuskan untuk langsung membawa Elo ke rumah sakit sesampai di Medan. Kalau ke dokter praktik, palingan juga suruh cek darah dan besoknya ke dokter lagi untuk baca hasil laboratorium. 

Sungguh-sungguh berdoa agar tidak ada kejadian buruk pada Elo selama perjalanan (2 jam menuju bandara, 1 jam menunggu boarding, 3 jam terbang, plus 1 jam dari bandara ke rumah). Puji Tuhan di pesawat dia banyak tidur. Pukul 13.00 lebih, kami sampai rumah yang.....ya ampuuuun banyak pertanda keberdaan tikus di mana-mana. Rupanya, ketika kami tinggal mudik, tikus jadi penghuni utama di rumah ini. Haduuuuh...

BJ langsung ke kantor mengambil mobil kerjanya. Saya di rumah mengurus anak-anak, bebersih yang dirasa penting, juga bersiap ke RS. Baju-baju tinggal tambah-kurang yang di dalam koper mudik aja. Sekitar pukul empat sore, kami pergi ke RS.

Pilihan pertama ke RS Stella Maris. Di sana dicheck oleh dokter King Rudi SpA. Dari check fisik, dokter bilang perut Elo enggak bising. Dokter bilang "takutnya demam berdarah" (tapi saya mikirnya nggak ada fase turun demam nih). Tapi kan memang baru dugaan, untuk lebih valid cek darah dan direkomendasikan opname. Kami memang sudah siap-siap sih... Sayangnya kelas kamar yang kami ingini  penuh. Oleh dokter kami direkomendasikan ke RS Murni Teguh Memorial Hospital (MTMH). Langsung deh geser ke sana.

Saya masuk ruang UGD sama Elo, sementara BJ mengurus pembayaran sama Ale. Usai urusan pendaftaran, kami masih harus menunggu pengambilan darah di kamar UGD. Cukup lama menunggu padahal AC UGD duiingin. Sampai-sampai saya minta perawat untuk mematikan AC karena Elo cuma pakai kaus kutung. Selesai urusan pengambilan sampel darah (dan infus), kami menuju kamar di lantai lima.

Ah jadi inget masa-masa Elo dirawat di Siantar dulu. Baru setahun tiga bulan silam....eh sekarang sudah opname lagi. Apalagi, setiap ditanya mana yang sakit, Elo juga langsung pegang perutnya. Dan dia juga mulai diare (saat mulai demam, dia belum diare). Ada rasa khawatir, sakitnya seperti yang dulu lagi. Tapi kali ini, penampakan perut Elo biasa-biasa saja. Tak menggembung seperti dulu. Dokter minta sampel urine dan feses. Ah, mudah-mudahan bukan megacolon yang bikin demam ini. 

Sebenarnya, kami ngejar terbang hari Senin supaya Ale bisa sekolah. Tapi rupanya dengan sikon saat itu, Ale terpaksa harus melanjutkan liburnya. RS MTMH cukup jauh dari tempat tinggal kami. Plus, si ayah BJ juga langsung padat agenda kerjaannya (setelah libur dua mingguan). Dulu sih waktu Elo sakit di Siantar, sikon masih mendukung untuk Ale tetap sekolah dengan pergi pulang dari RS. Ada sih teman sesama orangtua murid yang menawari untuk menghandle Ale di rumahnya. Jadi selama belum dijemput ayahnya, sepulang sekolah Ale di rumah dia dulu. Tapi Ale mana mau begitu.

Jadilah Ale partner utama saya menunggui Elo saat bapaknya kerja. RS Murni Teguh ini gedungnya bagus sih. Tapi kurang mendukung untuk anak sekecil Ale kalau dia lagi bosen di kamar. Dia nggak bisa jalan-jalan keluar jauh-jauh dari kamar karena takut tersesat. Kami di lantai tujuh sementara Ale belum pintar naik turun lift sendiri. Pun jam operasional lift secara bebas dibatasi hanya saat jam bezoek. Di luar jam itu, naik turun lift harus minta tolong perawat/karyawan dengan kartu aksesnya. Sebelum pindah lantai tujuh, kami di lantai lima. Lumayan, pemandangan luar jendela adalah stasiun kereta api Medan dan proyek-proyek gedung dengan sekian crane-nya. Pemandangan yang cukup menarik buat Ale Elo. Setelah pindah lantai tujuh, pemandangan luar jendela cuma proyek bangunan sebelah (yang nggak crane-nya!). Nggak seru buat bocils.

Berada di kamar VIP itu memang terjaga privasinya. Tapi sekaligus jadi kurang pergaulan dengan sesama pasien dan anggota penunggunya. Sikon ini paling terasa kalau lagi butuh makan siang. Nggak ada yang bisa dimintain tolong dan kantin nggak bisa antar makanan ke kamar.  Sementara di jam itu, BJ tak selalu bisa ke RS (kantornya juga cukup jauh euy). Kami kan terhitung orang baru di Medan, belum banyak sahabat dekat yang akan bezoek kalau kami sakit. Juga nggak ada keluarga yang akan menemani berjaga saat BJ tak ada. Jadilah nggak ada partner untuk bergantian menjaga Elo saat saya harus mencari makan siang ke lantai satu. Kalau lagi nungguin orang sakit gini kan sebisa mungkin yang jaga makannya cukup. Kalau makan mie instan terus bisa-bisa gantian opname ^_^

Bersyukurnya Ale bisa diandalkan untuk sesaat saya pergi mencari makan. Dia sebenernya mau ikut juga sih. Kesempatan untuk jalan-jalan keluar kamar gitu loh. Tapi kan nggak mungkin si mungil yang lagi sakit ditinggal sendirian. Pokoknya saya pesan ke Ale, (1) bunda akan berusaha secepat mungkin kembali ke kamar, (2) Ale jangan kemana-mana, (3) Ale segera tekan tombol kalau adek nangis atau ada orang yang bukan perawat/dokter ke kamar.

Yah, begitulah risiko kalau opname jauh dari keluarga dan sahabat. Tapi risiko ini sudah kami perhitungkan sih. Saat itu pilihannya sama-sama nggak enak.  Kalau opname di Temanggung,  ada keluarga besar yang pasti kasih perhatian penuh. Nggak perlu ribet soal makanan, pakaian ganti, dan printhilan lainnya. Tapi risikonya harus menggeser jadwal terbang dan BJ duluan balik Medan. 

Bersyukur pelayanan di RS MTMH tidak mengecewakan. Para perawatnya cukup responsif dan ramah. Kalau ada beberapa yang nggak ramah, yah mungkin dia sedang lelah๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š. Meski begitu, rupanya saya dan Ale tumbang juga. Kamis sore, kami berdua periksa ke poliklinik di RS itu. Kalau dalam kondisi normal sih, mungkin saya nggak akan buru-buru ke dokter.  Tapi ini kondisi khusus.... dokter bilang, Jumat Elo sudah bisa pulang. Tapi kebayang, nanti sesampai di rumah saya nggak bisa langsung leyeh-leyeh. Kerjaan bersih-bersih dan beres-beres pasca mudik panjang sudah menari-nari di depan mata. Dan itu pasti nggak bisa langsung was-wis-wus ngerjainnya karena Elo belum 100 persen fit.

Di luar semua itu, emak-emak memang "dilarang" sakit kan?๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

Jumat pagi, usai dokter visit, kami dinyatakan "sah" boleh pulang. Dokter King bilang ke perawat supaya cepat mengurus kepulangan kami. "Soalnya, habis ini mereka mau ke Centre Point" (mall sebelah RS MTMH). Hahaha, becanda aja si dokter, belum sanggup mikirin nge-mol lah dok... tuh rumah masih acak adut nggak karu-karuan.

Dan kalaupun ada niat mau langsung ngemol, itu nggak akan terlaksana. Karena oh karena, urusan verifikasi pembayaran pakai asuransi-nya lama bangeeeet. Menunggu dari sekitar pukul 11 siang, urusan asuransi baru beres sekitar pukul lima sore. Untung bisa nunggu di kamar. Coba udah suruh keluar kamar, apa nggak telantar di ruang tunggu tuh? Tapi bersyukur, biaya sakitnya kali ini tercover semua oleh asuransi. 

Bersyukur lagi, sekarang si Elo sudah sehat kembali. Jangan opname-opname lagi ya Nak...




6 komentar untuk "Elo Sakit Apa? #NulisLagi"

  1. Balasan
    1. Inisial nama panjanganya jadi panggilannya mbak nisa.panjangnya E.... L.... O... ^_^

      Hapus
  2. Semoga Elo selalu sehat, ya? Jangan sakit lagi. Hehehehehe ^_^

    BalasHapus
  3. Semoga Elo cepat sembuh, ya? ^_^ Eh, udah sembuh, ya? Semoga selalu sehat. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah mbak esti hehehe. terima kasih ya.. amin :)

      Hapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)