Jumat (10/10) lalu, bertepatan dengan hari pahlawan, aku kehilangan dompet pas mengantar anak-anak ke sekolah. Aku baru menyadari kalau dompetku hilang ketika dalam perjalanan pulang dari mengantar sekolah. Saat itu terpikir mau beli sesuatu di minimarket, tapi ternyata resleting jaketku tidak tertutup ~aku lupa menutupnya :(
Aku sempat berharap dompetku ketinggalan di rumah (beberapa kali kejadian demikian ~ aku memang lumayan pelupa huhuhuhu). Tetapi aku cukup yakin kalau aku sempat mengantongi dompet itu saat hendak pergi mengantar anak-anak. Sesampai di rumah, aku cari dompet itu dan tidak ada
Jelas sudah, dompetku ilang.
Di dompet itu ada uangnya. Sejujurnya, berapapun nominalnya, sayang sih :D . Tetapi aku rela kehilangan uangnya asal surat-surat/kartu-kartu di dalamnya balik. Raibnya dompet itu membuatku kehilangan STNK motor + SIM C, dua kartu ATM, kartu asuransi, dan kartu BPJS. Ada sih kartu-kartu lain, tapi aku merasa tidak masalah kalau kehilangan kartu-kartu itu.
Bersyukurnya KTPku nggak ikut hilang. Sebab beberapa waktu lalu, BJ (suamiku) mengkopi KTPnya dan KTPku di printer. Hingga aku kehilangan dompet, dua KTP itu masih tertinggal di situ.
Bersyukurnya lagi, aku selalu ingat tentang prinsip ketidakterikatan. Meski belum benar-benar fasih mempraktekannya, tetapi ajaran itu cukup menolongku mengurangi kepanikan. Satu hal yang agak bikin khawatir justru ketika mau mengabari BJ yang sedang di luar kota. Soalnya aku sudah beberapa kali teledor soal dompet.
Puji Tuhan respon BJ cukup melegakan. Aku sudah cukup kalut dan merasa bersalah, kalau tambah disalah-salahkan kan makin drop yaa… Sampai kubilang sama misua, makasih ya tidak menambah kekalutanku….. mvvaaah.
Oh ya, mengingat aku kadang ceroboh, sejak jauh hari aku menaruh kartu ini di dompetku. Jadi, aku berharap akan ada orang baik yang menemukan dompet itu lalu menghubungi aku.
BJ bilang, “doa yang kenceng, supaya ada orang baik mengembalikan.” Meski demikian, berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan tetap harus dilakukan. Pagi itu juga aku langsung memblokir ATM via mobile-banking. Aku juga berencana ke polsek untuk membuat surat kehilangan. Yaa, mana tahu ditemukan orang yang jahat, lalu menyalahgunakan data-data di kartu-kartu itu.
Selepas pukul 10.00 WITA aku pergi ke Polsek Gowa (kurang lebih 7 km dari tempat tinggal). Eh ndilalah, belum juga setengah jalan, ban belakang motor tiba-tiba kempes. Duuuh, mudah-mudahan bocor saja, cukup ditambal dan nggak perlu ganti ban dalam. Bersyukur, tambal ban tidak jauh, jadi tidak perlu lama-lama menuntun motor.
Ndilalah lagi…(seakan dramanya belum cukup), ternyata ada barang yang ketinggalan di rumah. Padahal barang itu harus kubawa ke sekolah. Akhirnya, selesai tambal ban aku balik lagi ke rumah, baru kemudian ke polsek.
What a bad day.. :(
Inhale..exhale..inhale..exhale.. Kalau lagi bad day kayak gini, mesti banyak-banyak mengingat hari-hari bagus yang sudah dialami. Biar nggak terlalu bete gitu..namanya hidup, pasti ada bad day dan good day laah.. (bukan iklan kopi yaaak ).
Di polsek, aku cuma dapat surat kehilangan ATM dan STNK (aku lupa bilang soal kartu asuransi). Surat kehilangan SIM tidak bisa diterbitkan karena aku tidak punya kopi/foto/nomor SIM yang hilang. Padahal aku biasa memiliki hardcopy maupun softcopy berbagai kartu-kartu maupun dokumen-dokumen penting. Namun, aku nggak punya satupun salinan SIM dan STNK huhuhu. Kayak kalau memang-harus-mengalami, ada aja yang kelewatan.
Dulu aku pernah foto SIM ini untuk keperluan postingan Cara Membuat SIM Online. Aku telusuri galeri juga google pictures. Foto-foto di tanggal tersebut (19 Februari 2019) masih ada, tapi foto SIM sudah nggak ada. Yang tersisa tinggal foto SIM yang sudah kuedit jadi seperti di bawah ini. Yah, kalau foto ini sama aja bohong kan, Mbak Taylor… ~halah ikut-ikutan ngeluh ke Mbak Taylor :D
Lha wong aku butuh nomor SIM-nya. Sisa hari itu aku gunakan untuk mencari tutorial menghapus stiker pada foto. Tetapi tutorial yang aku ikuti nggak ada yang berhasil. Kalau stikernya terhapus, nomornya ikut terhapus. Mungkin harus minta tolong ke suhu yaaa..hehehe.
Dari ngobrol-ngobrol sama pak polisi, intinya aku harus bikin SIM baru. Sebab, SIM-ku belum SIM nasional sehingga tidak akan bisa dilacak di Gowa (Sulawesi Selatan). Aku berencana hari Sabtu mau bikin SIM di Satpas Gowa. Aku tidak biasa motoran tanpa SIM dan STNK. Jadi aku harus secepatnya mengurus SIM baru.
Aku menghibur diri sendiri, mungkin kejadian ini supaya aku punya pengalaman bikin SIM di Sulsel, setelah dulu punya pengalaman bikin SIM di Sumut. Soal STNK, akan diurus sama kakak iparku karena sepeda motorku dulu dibeli atas nama beliau di Klaten.
Ndilalah (sudah berapa kali aku bilang ndilalah yaa…), hari Sabtu aku malah diare. Aku juga tidak enak badan. Ya sudah..aku pending dulu rencana bikin SIM-nya. Lalu kabar gembira datang di Sabtu petang. Aku dapat telepon dari nomor asing yang mengabarkan kalau dia menemukan dompetku.
Puji Tuhaaaan… legaaa banget rasanya. Kayaknya, diare di hari Sabtu itu bukan kebetulan yaaa… Yang menelpon aku namanya Akram. Singkat cerita, aku janjian dengan Akram untuk mengambil dompet itu.
Minggu pagi, aku meluncur ke tempat janjian, yakni di Indomaret daerah Rappocini. Namun, ternyata dompetnya ada di bengkel yang tak jauh dari situ. Jadi aku mengekor motor Akram hingga ke bengkel kecil di sebelah Erafone Rappocini. Di sana aku bertemu dengan ayah Akram (Bapak Rahman). Kami mengobrol seputar ditemukannya dompet, juga hal-hal lain layaknya orang yang baru saling kenal.
Pak Rahman bilang, dia melihat dompet itu sedang ditendang anak-anak. Ia menegur anak-anak itu dan ketika dompet dibuka uangnya sudah tidak ada. Aku positif thinking saja, sangat mungkin uangnya sudah diambil si penemu pertama. Aku sudah bersyukur sekali dompet itu kembali. Semoga berkat Tuhan melimpah untuk Pak Rahman, Akram, dan keluarga. Kebaikan mereka semoga dibalas dengan kebaikan yang lebih besar lagi. Amiin.
Pelajaran Berharga
Buatku, kejadian kemarin harus banget diambil pelajarannya. Pelajaran yang aku inget banget adalah, jangan terlewat menyalin dokumen. Aku punya salinan (hardcopy maupun softcopy) segala-segala dokumen lain, kecuali SIM dan STNK!
Saat itu aku dapat surat kehilangan STNK karena terbantu foto STNK dan dokumen BPKB yang dikirim suami dan kakak iparku. Aku nggak ngerti deh, apa memang kebijakan surat kehilangan harus menyertakan data dari dokumen yang hilang? Intinya, salinan dokumen akan memudahkan pengurusan kembali ketika surat-surat itu hilang/rusak. Namanya hilang/rusak kan bisa karena sebab macem-macem toh.
Aku juga diingatkan lagi untuk lebih teliti dalam melakukan berbagai hal. Ini memang masih PR banget sih. Rasanya ya sudah berusaha, tapi masih suka bolong juga. Kejadian berulang kali ceroboh lupa soal dompet membuatku sering ceki-ceki sebelum pergi. Namun, pagi itu ternyata bolong…
Kata BJ, nggak apa-apa rada-rada OCD (obsesive compulsive dissorder) ketimbang suka lupa-lupa. Maksudnya, nggak apa-apa kalau sampai suka ngulang-ulang cek-cek ini itu seperti orang OCD. Ya ampuun… ya janganlah kalo sampai OCD.
Aku juga bersyukur banget dengan keputusanku untuk menaruh “surat cinta” berisi nomor teleponku di dompet. Itu memudahkan bagi orang yang menemukan dan punya itikad baik untuk mengembalikan. Kalau penemunya memang tidak punya itikad sih lain cerita yaaa… Setidaknya aku sudah berusaha mengantipasi. Terlebih KTP-ku masih Jawa Tengah. Ya kali orang mau effort lebih untuk mengembalikan dengan mengirim kartu-kartu itu sesuai alamat…
Tapi aku pernah sih punya pengalaman kehilangan dompet lalu kartu-kartunya dikembalikan. Waktu itu aku masih anak putih abu-abu. Dompetku hilang karena dicopet di bus. Tega bener itu deh pencopet, anak sekolah pun disikat wkwkw. Uangnya jelas nggak seberapa, kartu-kartunya pun sepertinya sebatas kartu OSIS dan entah yang lainnya (jelas belum ada KTP, STNK, SIM, kartu ATM, kartu kredit, kartu As, kartu wajik, kartu Joker…eh, ngacooo.
Uniknya, beberapa hari kemudian aku mendapat surat yang dialamatkan ke sekolah. Surat kaleng bermuatan isi dompet minus uangnya. Pengirimnya entah si copet, entah orang yang menemukan dompet itu setelah dibuang pencopet. Kebetulan waktu itu masih zaman surat-suratan (haha, oldies banget yaaa kan..), jadi aku selalu punya perangko yang belum terpakai di dompet. Jadi, perangko itu yang digunakan untuk mengirim isi dompet (minus uang) kepadaku.
Begitulah...dua kali diriku kehilangan dompet. Dua kali juga keduanya kembali dengan caranya masing-masing. Next, semoga aku dan siapapun yang baca ini tidak pernah (lagi) kehilangan dompet. (*)
Posting Komentar untuk "Kehilangan Dompet"
Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)