Pulau Samalona, Bukan Salmonella #EksploreSulsel





Foto : www.arsytour.com










Entah apa yang menghalangi otak saya untuk mengingat nama Samalona. Sebuah pulau kecil tak seberapa jauh dari Kota Makassar. Nama itu tak langsung melekat setelah kali pertama saya mendengarnya. Beberapa kali saya salah mengucapkannya sebagai Salmonela.

Ups...Salmonela. Kayaknya bukan deh. Salmonella typhi kan bakteri penyebab penyakit typhus. Masa namanya Pulau Salmonella? Sudah pasti bukan Salmonella, bukan juga Barcelona, tapi mirip-mirip itu. Duuuh opo seeeh??? (Kira-kira demikian kerja otak saya saat mengingat-ingat nama Samalona😀😀).



Lucunya, saya sering menantang diri untuk tidak “tanya google”. Self-challenge senam otak untuk tidak buka internet saat butuh mengingat -sesuatu-yang-pernah-saya-tahu-tapi-sedang-terlupa. Tantangan yang tidak selalu berhasil saya menangkan (terutama kalau sedang terburu-buru butuh jawabannya). Entah-lah, rasanya lebih puas kalau bisa mengingat sesuatu tanpa harus buka Google😀.

Jadilah, perlu beberapa waktu bagi saya untuk tidak selip otak antara Samalona dengan Salmonela.... Fiuuuuuh.

Jujur, saya baru tahu tentang Pulau Samalona setelah tinggal di (Gowa yang mepet ke) Makassar. Tahunya ketika usai bertandang ke benteng Fort Rotterdam, BJ-saya-dan anak-anak melipir sebentar ke seberang jalan. Kok banyak mobil parkir di situ? Dari jajaran mobil, kami menyusur lorong sempit yang diapit warung-warung dan pagar tembok. Hanya jalan sebentar, kami tiba di dermaga kecil.

Kami diikuti seorang bapak yang menawarkan jasa menyeberang ke pulau menggunakan perahu motor. Oh, di sana ada pulau? Tanya saya pada si bapak (nampak kali kalau orang asing dan kurang pengetahuan kepulauan). Bersyukurnya, si bapak baik-baik menjelaskan tentang Samalona dan pulau-pulau lain di sekitarnya. Tentu saja, ia kembali menawarkan jasa untuk membawa kami berempat ke sana.

Ah tapi, kami sama sekali tak ada persiapan. Juga tak ada bayangan sama sekali seperti apa itu Samalona. Yang pasti, namanya perjalanan (eh penyeberangan) ke pulau, masa sama sekali nggak persiapan. Mana si bapak bercerita tentang laut bening dan snorkeling. Ya di sana kan pasti nyebur-nyebur....At least bawa baju ganti dong.

Itulah perkenalan pertama saya dengan nama Samalona (yang kemudian selip beberapa saat dengan nama Salmonella). Jadi penasaran dong. Akhirnya, dalam perjalanan pulang, saya browsing informasi tentang pulau tersebut. Ya ampuun, ini pulau ternyata cukup famous sebagai destinasi piknik.

Inilah salah satu sisi baik dari pindah ke Sulawesi, jadi tambah pengetahuan seputar wisata bahari. Kalau dipikir-pikir, Indonesia katanya terdiri dari 17.000 pulau. Namun, pulau yang saya jejaki masih bisa dihitung dengan jari. Hhhm, baiklah, kapan-kapan mesti disempatkan ke Samalona.

***

Samalona adalah bagian dari gugus Kepulauan Spermonde yang terbentang di perairan sebelah barat Sulawesi Selatan. Ada lebih dari 120 pulau dalam gugusan ini. Saya baru tahu nama Kepulauan Spermonde setelah membaca informasi tentang Pulau Samalona. Saat pertama membaca nama Spermonde, saya langsung teringat merk biskuit dong. Namun, ternyata Spermonde tak ada hubungannya dengan makanan😅.

Salah satu versi menyebutkan, nama Spermonde adalah dikarenakan gugus pulau yang menyebar kecil-kecil berjajar laiknya sperma. Ups... Versi lain, nama Spermonde berawal dari kedatangan bangsa Portugis. Nama ini berhubungan dengan Kepulauan Sermon yang asal muasalnya dari mitologi Yunani. Spermonde merujuk pada cucu Apollo, yaitu dewi spermo yang bisa mengubah berbagai benda yang disentuhnya menjadi biji (grain).

Entah mana versi yang lebih mendekati kebenaran. Warga lokal sendiri menyebut kepulauan Spermonde dengan nama Sangkarang.

Secara administratif, gugus kepulauan Spermonde terbagi dalam beberapa wilayah pemerintahan tingkat dua. Samalona adalah salah satu pulau yang secara administratif masuk wilayah Kota Makassar. Buat saya, fakta ini terasa unik. Mungkin karena sebelumnya saya selalu mengasosiakan wilayah pulau dengan “daerah yang jauh”. Daerah yang secara administratif akan termasuk wilayah kabupaten. Nha, Samalona ini masuk wilayah kota Makassar dong...

Jarak dari kota Makassar memang hanya sekitar tujuh kilometer atau sekitar 25 menit pernyeberangan dengan perahu motor. Ada dua titik pemberangkatan yang biasa digunakan untuk jalur wisata, yakni dermaga Popsa di seberang benteng Fort Rotterdam dan dermaga Pulau Bangkoa di dekat Pantai Losari. (Pantai Losari dan Fort Rotterdam juga nggak terlalu jauh sih).

Tarif perahu Rp 300.-000- Rp 500.000 untuk pulang pergi. Besaran tarif dipengaruhi oleh kepandaian tawar-menawar. Hhhm, sejujurnya saya kurang suka dengan sistem tawar-menawar seperti ini. Walaupun dikata “harga standar”, tapi terasa lebih ribet. Saya lebih suka sistem sewa perahu dengan biaya yang jelas terpampang seperti di Ramang-ramang. Kecuali mau jalur/waktu berbeda dari standar, bisa deh dinego kelebihan tarifnya.

Baca : Selepas Siang di Rammang-rammang.

***

Meski sudah browsing serta mencari info langsung tentang Samalona, saya-BJ-Alelo tak segera ke sana. Ketika BJ ada libur agak panjang, prioritas malah jalan ke tempat yang lebih jauh dulu seperti Tana Toraja dan Tanjung Bira.

Kesempatan ke Samalona akhirnya tiba ketika Juni lalu dua keponakan saya datang liburan dari Jawa. Datangnya sebelum PPKM tapi pulangnya pas aturan terbang masa PPKM hendak diberlakukan. Mumpung mereka di Makassar, let's go to Samalona. Hari itu, kami berenam menyeberang dari dermaga Popsa.



menuju pulau






Pulau Samalona berukuran sekitar dua hektar. Pulau ini dihuni puluhan keluarga (duh, saya lupa jumlah tepatnya padahal sempat menanyakannya). Konon, di masa lalu, Samalona hanya bisa dikunjungi secara eksklusif oleh orang-orang Belanda. Jejaknya bisa terlihat dari sisa-sisa bangunan vila kuno. Coba bangunannya masih utuh, pasti jadi daya tarik tambahan Pulau Samalona.

Tidak ada tiket masuk ke Pulau Samalona. Juga tak ada jam operasional. Pulau ini buka 24 jam (kecuali ada perihal khusus seperti waktu COVID menggila tempo hari). Saat kami datang, cuaca cerah cenderung panas. Dari pantai Samalona yang berpasir putih, kami bisa melihat pemandangan kota Makassar di seberang. Mungkin, pemandangan kota akan terlihat bagus saat malam, berupa kerlap-kerlip di kejauhan.

Bagi yang berminat menghabiskan malam di Samalona, ada kok rumah penduduk yang difungsikan sebagai homestay. Kalau lebih suka camping, bisa kok mendirikan tenda di tepi pantai. Pengunjung tak harus ribet bawa bekal karena di sana ada beberapa pilihan tempat makan. Juga tersedia fasilitas MCK milik warga setempat.



sisi pulau








sisi pulau






Saya menyempatkan berjalan-jalan mengitari pulau. Dengan jalan santai, hanya butuh waktu sekitar 20 menit untuk berkeliling. Saat itu, saya melihat masalah klasik, yakni sampah yang masih berserakan di beberapa titik. Yah, ini memang problem klasik bagi wisata Indonesia yaaa...

Biar “sah” sampai ke Samalona, kami menyempatkan diri untuk snorkeling. Perairan seputar Samalona memang sudah terkenal sebagai salah satu spot snorkeling dan diving. Peralatan snorkeling tinggal sewa dengan harga (saat itu) @Rp 50.000. Ada pengalaman membekas dari snorkeling di Samalona yang berhubungan dengan minimnya gambar di postingan ini.

Apakah itu??

Ceritanya ada di tautan di bawah ini.....Saya menggabungkan cerita snorkeling di Samalona dan di Tanjung Bira.




Baca :

Menjajal snorkeling di Samalona dan Tanjung Bira

----------------------------------

Referensi :

https://www.mongabay.co.id/2013/07/24/ekosistem-laut-kepulauan-spermonde-rusak-parah/

https://mamminasata.com/2020/10/21/menengok-keindahan-kepulauan-spermonde/







"Terima kasih sudah berkunjung"

30 komentar untuk "Pulau Samalona, Bukan Salmonella #EksploreSulsel"

  1. Ini Pulau bukan ikan salmon, hehe bagus banget pulaunya jadi pengin liburan ke pulau-pulau sambil menikmati indahnya pantai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Nisa..bukan ikan salmon. Haha entah kenapa bisa ingatnya ke salmon(ella) looh..

      Hapus
  2. Sudah jauh banget penyusuran Mbak Lisdha selama di Makassar.
    Btw, kalo lihat pulau yang kelihatan dari Pantai Losari, itu sewaktu saya kecil dulu letaknya jauh lho. Awalnya mungil. Eh makin lama makin besar, yang tandanya makin dekat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaah...itu karena reklamasi pantai kah? pantainya yg makin menjorok ke laut. atau karena apa ya? baca2 berbagai artikel, beberapa pulau kecil malah terancam tenggelam/hilang karena abrasi.

      Hapus
  3. Sekilas aku juga baca salmonella duh..ya ampun. Ternyata nama pulau ya...Memang menantang ya, jumlah pulau 17 ribu, coba tebak berapa biji pulau yang kita tahu...
    Senangnya bisa bertandang ke salah satunya ya, Mbak Lisdha. Dan setuju kalau sewa perahu gitu aturan standar. Ku pernah di Terunyan, Bali. Kena biaya sewa perahu tinggi banget, kata teman, kadang dilihat kita naik motor atau mobil, bakal dikasih harga berbeda...hhh

    BalasHapus
  4. Samalona sungguh menawan hati. Iya dong cocok sekali untuk piknik keluarga maupun pasangan muda untuk berbulan madu :D Banyak banget jumlah pulaunya sampai 17 ribu :) Enaknya naik perahu mengitari sampai puas. Apalagi kalau malam ada kerlap-kerlip lampu, pemandangannya pasti lebih ketjeh.

    BalasHapus
  5. Cantik bangeeeet ya ampun. Beruntungnya bisa berkunjung ke pulau yang cantik kaya Samalona ini, mbak.
    Ngebayangin ngecamp di situ. Bangun pagi ada suara ombak, bikin api unggun malam-malam.
    Kalau di Jogja sini pantainya ombaknya serem, nggak bisa buat berenang. Boro-boro snorkeling dah, haha.

    BalasHapus
  6. Samalona emang indah ya mbak
    pastinya bikin hati bahagia saat bisa berkeliling pulau naik perahu
    cocok untuk destinasi wisata keluarga

    BalasHapus
  7. Jadi kangen jalan-jalan ke pulau.. Pulau Samalona namanya unik ya...pulaunya secuil tapi banyak aktivitas yang bisa dilakukan wisatawan di pulau itu yak

    BalasHapus
  8. Hahaha.. saya juga sering menyebut pulau Samalona dengan salmonella. Habis ucapannya mirip dan terkadang kalau tidak tanpa pikir panjang kepleset begitu saja lidahnya. Tapi salmonella dan salmonella jauh berbeda. Yang pertama pengen didatangi karena keindahannya sementara yang kedua harus dihindari karena bahayanya 😍

    BalasHapus
  9. Saya termasuk orang yang tahu kalau Indonesia itu terdiri dari 17ribu pulau tapi main-main ke pulaunya masih bisa dihitung jari :)) Bahkan tahu ada pulau bernama Samalona pun baru kali ini pas baca tulisan ini. Terima kasih info dan pengalamannya ke sana mbak. Jadi tahu dan mau tambah tahu dengan membaca artikel lanjutannya :D

    BalasHapus
  10. Ehm, saya jadi ikutan bilang pulau salmonella,dong wkwkwk
    Mungkin karena pengucapannya lebih mudah, ya, Mbak ..
    Main ke Samalona jadi tempat wisata yang komplit, dari wisata budaya sampai wisata kuliner. Manteep!

    BalasHapus
  11. Saya pun bacanya salmonella typhi.. Hahaha.. Soalnya habis buat tulisan tentang bakteri penyebab tipes itu... Xixixi.. Baca ceerita mba Lisdha jadi penasaran mau main kesana. Kapan yaa?

    BalasHapus
  12. Indah sekali pulau Samalona. Selalu excited kalo mau explore pulau, pantai dan laut. Tarif sewa perahu ya lunayan juga ya, tapi kalo sewa bareng bareng dan orang banyak lumayan murah ya, karena patungan hehe

    BalasHapus
  13. hehe ternyata otak kita menangkapnya sama, mungkin karena lebih sering mendengar istilah salmonella mbak hihihi btw pulaunya cantik ya, laut di sekitarnya juga jernih jadi pengen jalan traveling ke sana deh.

    BalasHapus
  14. Aku mupeng ke siniii klo malaaaammm
    pasti seruuu bisa staycation sejenak di pulau ini bareng keluarga
    duh, mupeng sangat!

    BalasHapus
  15. Belum pernah ke Samalona nih mba. Tapi berharap bisa ke sini dan juga snorkling karena pemandangannya indah. Harga sewa peralatan snorkeling juga terjangkau yakni Rp 50 ribu saja

    BalasHapus
  16. Saya jadi ikutan mencoba mengucapkan Samalona nih. Tapi ya gitu, sering kepleset ke Salmonella. Aduuh, padahal udah jelas beda, ya.

    Btw, itu Samalona cantik banget ya. Perairannya masih bersih dan cocok untuk snorkeling. Semoga deh, ada kesempatan main liburan ke sana.

    BalasHapus
  17. Ini tuh ibarat kalau ditanya "mau kemana" terus jawabnya "SAMALONA" yang nanya "iya kemana sama Lona?" heheheheee... Emang agak-agak mirip sih ya kalau sekilas pengucapan Samalona dan Salmonella. Aku rasanya juga sudah butuh liburan tipis-tipis deh nih.

    BalasHapus
  18. Masalah nama ini bisa jadi keyword yaa, kak.
    Heheh..kalo lupa, inget-inget sama nama nama penyebab penyakit tipus gitu... apa ya... Oh iyaa, Pulau Samalona.

    Btw, di Sulawesi memang banyak sekali kepulauan yaa..kalau liat di peta, amazing banget.
    Apakah ini yang membuat penjajah dulu betah di Kepulauan Sulawesi?
    Keindahan alam bagaikan di surga..

    BalasHapus
  19. Makin sering aku mampir ke blog ini, makin kepengen eksplor Sulawesi rasanya. Serius, kayaknya asyik. Btw, kenapa namanya samalona sih mbak? Berbau-bau nama eropa gitu ya

    BalasHapus
  20. Hehe aku tipe yang mau nawar tapi akhirnya bilang, harga pas nya aja berapa Bang? Biar cepet gitu proses tawar menawar nya. Jadi kepo kenapa foto snorkling nya minim.

    BalasHapus
  21. Terima kasih atas ulasannya mak, aku jadi dapat gambaran, seumur saya belum pernah liburan atau perjalanan dinas ke Makasar, hehehe. semoga ke depan foto-fotonya ditambah lagi jadi makin tergambar lebih jelas lagi

    BalasHapus
  22. Wah asyik banget kalau di sana udah bisa menginap di penginapan atau rumah penduduk atau bahkan camping ya mbak.
    Seru banget ya eksplor Sulawesi banyak lokasi2 yang tidak terlalu terkenal namun sebenarnya menarik untuk dikunjungi buat liburan :D
    Bisa snorkeling jg, biaya sewa perlengkapannya msh termasuk miring yaa

    BalasHapus
  23. Aku ikutan salah baca, jadi salmonela, hahahaa. Iya juga ya banyak pulau yang dimiliki negeri ini tapi bisa dihitung dengan jari udah berkunjung ke pulau mana aja. Cantik ya Samalona, pantainya kirain bersih. Ternyata banyak sampah ya, jadi kayak kebiasaan buruk wisatawan kita nih buang sampah suka suka, hikss

    BalasHapus
  24. Suka sedih memang kalau kemana saja ke tempat wisata umum yang nggak dikelola secara privat pasti sampah berserakan. Sungguh PR kita bersama memberantas kebiasaan buruk ini.

    BalasHapus
  25. wah mbak , apa airnya bergelombang ya. perahunya kecil

    BalasHapus
  26. Waah aku 6 tahunan di Makassar malah belum pernah ke sini mba. Bahkan baru ini tahu namanya. Kuper yak. Sedih baca tentang sampahnya, masalah klasik emang masa ga bisa diatasi ya, hiks.

    BalasHapus
  27. Ini semacam pulau-pulau kecil yang ada di Kepulauan Karimujawa ya mba. Pulau kecil yang dikitari sekitar 20 menitan gitu. Tapi klo Samalona kayaknya lebih gede karena ada penduduknya.

    Jadi penasaran loh pengin baca artikel satunya lagi karena yang ini minim foto. Hahaha... bisa aja nih Mb Lisdha bikin orang kepo. :))

    BalasHapus
  28. Aku bangeeettttt yg susah ingat nama Samalona iniiii 🤣. Aku hrs mikir dulu kalo udah denger nama pulai ini. Dulu aku kesana pas Ama kantor mba. Sewa boat ke pulaunya. Suka sih, walonga tahan panasnya 🤣.

    Nah urusan inget nama nih pulau suka ngeblank. Kadang ingetnya salmonella, Salsabila, salmanola, samolana, ntah apa2 🤣🤣.ini diliat gampang, tapi kok ya belibet Mulu namanya di pikiran 😅..

    Aku ga ikutan snorkeling waktu itu. Yg pertama Krn lagi hamil. yg kedua, ga suka basah2an hahahaha.

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)