Tujuh Plus Satu Kebaikan dari Rumah





Paket dari @demfarm.id








Pandemi Covid-19 memunculkan berbagai tren sehubungan dengan perubahan ritme kehidupan. Salah satunya adalah tren plant-demi, yakni bertanam di rumah akibat pandemi. Hihi, bisa aja ya si pencipta istilah itu... Kreatif.

Pandemi memang belum usai. Lalu, bagaimana kabar plantdemi? Apakah masih pada rajin bertanam?

Setahun terakhir, saya juga lumayan rajin bertanam. Penggeraknya bukan karena pandemi, melainkan keberadaan halaman di tempat tinggal baru kami😀. Saat tinggal di Medan, dua rumah yang kami tempati bisa dibilang tidak punya halaman terbuka. Kondisinya tidak memungkinkan untuk banyak bertanam.



Pindah ke Makassar, tempat tinggal kami berada di posisi hook. Jadi ada sepetak tanah di sisi rumah yang sebenarnya sudah berisi beberapa tanaman, seperti mangga, pisang, dan alpukat. Meski tak banyak, masih ada ruang untuk bertanam sayuran.

Nah, saat bulan Ramadhan lalu, saya mengikuti tantangan dari @berintani.id (sekarang di Instagram jadi @demfarm.id). Tantangannya adalah membuat post story seputar kegiatan bertanam di rumah dengan mencatumkan tagar #tanamkebaikan dan #pupukpahala.

Saya agak telat ikutan karena post story saya justru sudah menjelang lebaran. Pokoknya ikut dengan niat meramaikan, toh semua tantangan sudah biasa saya lakukan. Maunya sih ikut semua tantangan kegiatan, tapi ternyata hanya bisa posting satu story.

Namun, kalau sudah rezeki memang tak akan kemana. Puji Tuhan, saya dapat paket hampers dari @demfarm.id. Minggu lalu, paket hampers sampai di tempat tinggal saya. Isinya pot mungil, tray semai mungil, peralatan berkebun mungil, benih sayuran mungil, juga media tanam dalam kemasan mungil (fotonya di atas yaa...). Barang-barang serba mungil, tapi memberikan kegembiraan yang tidaklah mungil.

Terima kasih @demfarm.id.....

Buat temen-temen yang senang bertanam, atau lagi ingin bertanam, bisa nih kunjungi IG @demfarm.id. Di sana banyak info-info bertanam dan gaya hidup ramah lingkungan yang bisa kita adopsi dalam kehidupan sehari-hari.

Meski sudah lewat, saya tetap mau post challenge waktu itu. Toh, sebenarnya challenge hanyalah moment. Poin-poin dalam tantangan ini tetap bagus untuk dilakukan kapan saja. Kalau akhirnya dapat hampers, itu bonus ekstra J. List tantangan berikut saya ambil dari @demfarm. id:



challenge ramadhan @demfarm.id






Dan ini dia, tujuh plus satu langkah yang sudah saya lakukan sehari-hari :

1. Regrow sisa sayuran

Jujur sih, saya belum coba regrow (menanam kembali) macam-macam sayuran. Yang sudah saya lakukan beberapa kali adalah regrow pangkal batang daun bawang. Makanya, kalau beli daun bawang, saya akan memilih batang yang ada akarnya.

Dengan regrow, saya jadi bisa petik lebih cepat. Saya bandingkan dengan menanam sendiri daun bawang sedari biji, alamaaak lamanya. Tapi ya, tidak semua batang yang saya regrow, berhasil tumbuh. Ada juga yang membusuk. Mungkin dipengaruhi kondisi batang dan akarnya juga ya..

Oh ya, saya pernah juga mencoba regrow bawang bombay. Yang ini belum berhasil dan saya belum kembali mencoba.

Banyak orang regrow sayuran kangkung. Berhubung punya stok bji kangkung cukup banyak, saya nggak pernah lakukan ini. Yang saya lakukan adalah memperpanjang usia kangkung. Caranya dengan memanen tanpa mencabut. Petik kangkung saya lakukan dengan memotong sedikit di atas pangkal batang. Dengan demikian, batang masih bisa bertunas kembali.

2. Re-use kemasan sekali pakai



re-use kemasan untuk plant-bag






Kalau ini, memang sudah jadi style saya dalam bertanam. Gaya hidup #emakirit yang ternyata punya value peduli lingkungan (haseeek). Ternyata kebiasaan ini jadi berpengaruh ke pemilihan produk-produk konsumsi. Misalnya saja, saya memilih untuk membeli beras dengan berat 5 kg karena ukuran kemasannya pas untuk saya bertanam.

Oh ya, favorit saya tetap-lah botol minuman soda warna hijau. Terlihat segar, senada dengan warna dedaunan.



3. Menanam sayur dan benih tumbuhan



si cabe dan si oren😀






Sayur favorit untuk saya tanam adalah sawi manis. Namun, di halaman tempat tinggal saat ini, saya juga menanam kacang panjang, timun, kangkung, cabai, dan tomat. Panennya memang belum maksimal. Tapi nggak masalah, hasil panen yang sedikit pun sudah bikin hati senang.

Oh ya, saya juga mulai rajin trial menanam microgreen (MG) di dalam rumah. Berbeda dengan sayuran biasa yang ditumbuhkan sampai besar, MG justru dipanen saat tanaman masih sangat muda. Untuk MG, saya sudah mencoba menanam kacang hijau, wijen, dan kangkung.



microgreen kacang hijau






4. Memanfaatkan cangkang telur menjadi pupuk

Saya sekeluarga adalah penggemar telur. Bahan pangan hewani ini memang memenuhi banyak aspek positif tentang makanan. Harga terjangkau, rasa enak, dan gampang dimasak. Favorit Ale – Elo adalah telur dadar keju, mereka sudah terampil membikin sendiri.

Nah, saya sudah rajin nih mengumpulkan cangkang telur untuk saya bikin jadi pupuk. Biasanya, cangkang telur saya taruh di wastafel. Jadi saat mencuci piring, sekalian deh cangkang telurnya terbilas. Setelah itu, kumpulan cangkang telur saya jemur, lalu nanti saya remukkan. So far, remukan cangkang telur saya campurkan dengan bahan organik untuk dibuat kompos.

5. Masak dari hasil kebun (tanam) sendiri



pecel microgreen






Halaman tempat bertanam saya tidak terlalu luas sebenarnya. Kuantitas, keragaman, juga penataan tanaman-nya juga masih jauh dari harapan. Belum seperti kebun-kebun rumahan di kanal-kanal youtube.

Saya juga masih tetap belanja sayuran karena hasil dari halaman belum memenuhi semua kebutuhan. Namun, hasil yang masih minimalis ini sudah sangat membantu dalam penyediaan makanan keluarga.

Dari halaman saya bisa memetik sedikit kacang panjang, sedikit kemangi, sedikit kenikir, sedikit sirih bumi. Dari sedikit-sedikit, sudah bisa jadi sepiring pecel segar. Apalagi sekarang dengan menanam microgreen yang masa petiknya lebih singkat. Makin sering deh memasak hasil tanam sendiri.

6. Membuat kompos sendiri



lubang biopori sederhana





Membuat kompos saya lakukan dengan beberapa lubang biopori di halaman. Jujur, ini tuh lubang biopori ala-ala. Nggak ada saya pakai pipa paralon dan tutupnya segala. Bener-bener lubang tanah yang hanya saya padatkan di bagian mulut lubang, lalu saya tutup dengan barang-barang bekas. Sempat terpikir, dengan enam lubang biopori, apakah bisa menampung semua sampah organik dari dapur saya?

Ternyata amazing. Saat lubang keenam penuh, saya sudah bisa panen kompos dari lubang pertama, dan seterusnya. Terberkatilah mahluk-mahluk tanah yang bekerja express dalam mengolah sampah. Oh ya, sebelum membuat lubang biopori, saya lebih dulu memanfaatkan sampah organik untuk pembuatan pupuk cair.

7. Mengurangi konsumsi plastik



ecobrick yang masih sendirian






Mengurangi konsumsi plastik sudah jadi concern saya sejak lama. Kebiasaan yang sudah menular ke anak-anak. Mereka selalu minta tas belanja setiap saya suruh ke warung dekat rumah.

Tapi memang, hidup di masa kini, sulit untuk benar-benar tidak menggunakan plastik. Sebab, plastik sudah lazim menjadi kemasan berbagai barang kebutuhan sehari-hari. Selain itu, kadang juga terlupa membawa tas belanja atau belanja dadakan sehingga harus memakai kantong plastik dari toko.

Nah, untuk untuk plastik-plastik kering yang tidak terhindarkan, saya mulai membuat ecobrick. Inovasi berupa botol yang diisi limbah kering sepadat mungkin ini sudah diterapkan di banyak tempat.

Kemarin saya berhasil menyelesaikan botol pertama ecobrick. Entah kapan botol ecobrick ini akan jadi sebuah karya utuh, jadi meja atau kursi misalnya. Nggak apa-apa lama, justru kalau lama karena sampah plastiknya sedikit, harusnya senang dong. Lagipula tidak ada deadline.

Sejauh pengalaman, tantangan dalam membuat ecobrick ini memang kesabaran dan keadaan rumah. Dulu sewaktu tinggal di Medan, rumah kami sempit. Jadi ngumpulin sampah semacam ini bisa bikin rumah bersemak :D.

8. Meramban



kacang panjang dan sirih bumi






Ini satu poin tambahan dari list tantangan berintani. Ikut kelas meramban beberapa bulan lalu memberi pengetahuan baru dalam pemanfaatan tanaman-tanaman. Memang, tidak semua jenis tanaman yang dipaparkan dalam kelas bisa saya hafal. Namun, setidaknya beberapa rumput halaman yang semula saya anggap gulma, kini biasa saya manfaatkan untuk tambahan bahan masakan.

Gulma edible (bisa dimakan) yang biasa tumbuh di halaman dan saya manfaatkan adalah sirih bumi dan maman. Dulu, rumput-rumput ini hanya saya cabut lalu masuk tempat sampah. Kalau sekarang, rumput-rumput ini bisa saya cabut, cuci, lalu masuk ke dalam wajan.

***

Bagi temen-temen yang tahu background pendidikan formal saya, mungkin akan langsung bilang “pantes-lah, kamu kan sarjana pertanian.”

Rrrrrrrrrrrrr 🙊🙊🙊🙊🙊

Kira-kira begini sih ekspresi saya kalau dibilang demikian😀

Soalnya, saya sering merasa sebagai “sarjana pertanian tersesat”sih. Saya yakin, kalian pasti bisa menafsir sendiri apa arti kata “tersesat” di sini. Kalaupun tidak pas dengan maksud saya, sepertinya nggak akan melenceng jauh.

Memang, sesekali saya membagikan aktifitas bertanam rumahan ini di grup WA teman-teman kuliah. Tak lupa dengan keterangan “biar pantes sebagai lulusan pertanian.”😁

Intinya, untuk melakukan kegiatan di atas sih nggak harus punya latar belakang pertanian. Siapa saja, asal punya minat dan niat, bisa melakukan. Menanam microgreen misalnya, bisa lho dilakukan di sudut dapur saja (artinya nggak perlu punya halaman).

Apalagi di era sekarang, panduan bertanam bertebaran di mana-mana, salah satunya @demfarm.id yang sudah disebut pertama tadi. Bertanam bisa kapan saja, tidak hanya saat tren plant-demi.(*)







38 komentar untuk "Tujuh Plus Satu Kebaikan dari Rumah"

  1. Jadi pengen ikut nyoba. Terutama daun bawang itu lho. Eh, nek ecobrik tuh diisi kain bisa ga Yo? Jarene kan kain juga susah diuraikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai mbaaa..aku belum pernah lihat sih ecobrick diisi perca kain. Tapi harusnya bisa juga ya kan...Kan sama2 sampah yang ga membusuk.

      Hapus
  2. Masya Allaaaah... takjub bacanya dan langsung aku save di file
    cangkang telur jadi pupuk, noted. Nah kalo ecobrick aku ga paham, coba nanti tak google dulu yaaah

    Makasih banyak sharingnya! Keren banget!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hailo mak neng...hehe selamat gogling yaaa. Memang di sini cuman info2 sekilas aja. Soalnya kalau dijembreng satu persatu, bakal panjang banget tulisannya.ntar bosen deh bacanya heheheh

      Hapus
  3. Aku ikut juga mba Beritani Challenge ini mba. Senangnya makin termotivasi untuk menjaga lingkungan menjadi lebih baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mb Alida,..itu semua yg ikutan challenge dapat hampers ga sih?
      soalnya aku ga perhatikan, apa cua "yang beruntung" apa semua peserta hahaha

      Hapus
  4. Ahaa, enaknya yang punya tanah hook itu lebih leluasa buat ikutan beritani challenge ini yaa, hahha alesyaan deh si nchiee karena di rumahnya ga punya lahan tanah.
    Aku gaptek banget soal tanam menanam ini, suka mati ajaa kaloaku yang nanem (alesyan lagi)
    Btw makasih loh sharingyaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha...gapapa mak
      biar tukang sayur juga masih punya langganan :)
      etapi kalau soal lahan sih, bisa nanem microgreen yang bahkan bisa dilakukan di daam rumah

      Hapus
  5. Masyaallah keren dirimu mbak. Selama ni aku baru re use aja sih. Bungkus2 sabun atau minyak jadikan pot. Pemgen si re grow ntar deh nyobain daun bawang. Thanks sharingnya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. coba microgreen mom...kalau berhasil panen, bisa jadi ketagihan :)

      Hapus
  6. bisa dibilang aku termasuk yg kena trend-plant-demi nih mba... tapi utamanya tanaman hias gitu sih. untuk sayur2an aku blom telaten buat ngurusinnya meski sempat untuk rimpsng2an aku replant dr rimpang bumbu di rumah kayak jahe sama kencur, sekarang tinggal perkencuran yg masih bertahan..soale aku ga punya lahan mba depan rumah sakipretpun dipasang konblok krn jenis tanahnya ga bagus buat nanam langsung jd semua pakai pot.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin karena aku orangnya kurang artistik yaa..jd lebih ke sayur drpd tanaman hias yang cantik2 hihihu
      (emakirit sih ini sebabnya hahaha)

      Hapus
  7. Kalo soal background ilmu , banyak juga loh yang basiccly tapi malah gak berkebun di rumahnya, hehehe. temenku adalah malah milih kuliah jurusan lain. Btw untuk re use sampah ini, saya sedang menerapkan ke anak-anak, karena ini bermanfaat sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah betuuu banget mbak...banyak orang tanpa bekgrond pertanian malah berhasil di bidang ini. Jadi suka maluuuu hiihihi

      Hapus
  8. Wah, inspiratif banget buat mengelola sisa sayuran atau bungkus plastik jadi ramah lingkungan. Kebiasaan baik dimulai dari rumah, ya, Mba. Rasanya saya harus banyak belajar seperti ini deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya saya juga menantang diri sendiri sih, bisa nggak konsisten melakukan ini. Puji Tuhan, so far masih berjalan meski memang masih dalam tahap mengurangi. Belum total gituu

      Hapus
  9. masih jadi cita-citaku nih mba bisa menanam banyak tanaman di rumah dan bisa dikonsumsi atau diolah lagi juga, pasti rasanya menyenangkan bisa menikmati tanaman hasil kebun sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuuk mainkan mb aie :)
      Saya juga belum full memenuhi kebutuhan sih, masih sebagian, tapi itu pun sudah senaaang :)

      Hapus
  10. Jadi sarjana pertania karena ada ketertarikan di sana. Gapapa sih. Saya juga suka banget berkebun dan bercita-cita jadi urban farmer.
    Ah iya, saya nyesel ga ikut berintani challenge. Tapi memang saat itu ga bisa ikut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aaaah..mb susi malah sudah many steps ahead yaaa. Sudah punya usaha dari tanaman. Eh iya kan?

      Hapus
  11. Ternyata dari rumah aja banyak banget yang bisa kita lakukan untuk mengurangi sampah ya.. Aku pengen coba tuh yang bikin kompos sendiri pake lubang pori..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lihat beberapa tutorial biopori, kok seperti ribet gitu harus pakai paralon dan tutup2 segala. Ternyata, tanpa itu semua bisa juga mba diane :)

      Hapus
  12. Mbaaaa keren banget telaten plastik yg beras ya itu, eh aku penasaran rasa pecelnyaa..
    Sarjana apa aja ttp bisa ya mbaa.. walau bkn anak pertanian, aku interest jg kayak nanem2. 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. justru titel sarjana ini kadang jadi beban hehehe
      Karena ketika tanemannya enggak bagus, potensi dipertanyakan orang :)

      Hapus
  13. Keren banget mam. Konsistensinya dalam merawat bumi mulai dari rumahbluar biasa. Aku dan suami coba regrow nanas, belimbing, durian tp akhirnya mandeg krn keterbatasan lahan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum genap setahun melakukan berbagai hal ini mam.
      Mudah2an terus berlanjut :)

      Hapus
  14. Inspiratif Mbak Lisdha...dan aku ga bakal ngomong pantesan sarjana pertanian kan? hahah
    Karena siapa saja asal ada niat dan tekad pasti bisa...dan yang utama juga konsistensi, karena kalau kayak aku moody begini mana dapat hasil terbaik nanti
    Siap, aku mesti coba nih satu-satu dan senang dapat rekomendasi dari akun dan web seputar tanam-mananam

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha..makasiih mb dian.
      Saking aku merasa tersesat, aku sampai nggak mau mencantumkan gelar dalam dalam undangan pernikahan
      berasa gak pantes wkwkwkwk

      Hapus
  15. jadi inget dulu di sekolah anakku juga rutin bikin ecobrick.. sayang bnaget terhenti karena pandemi, abis baca ini jadi pengen mulai lagi nih bikin ecobrick

    BalasHapus
  16. Dari 8 kebaikan yang mba Lisdha tulis itu, Ecobrick yang belum aku lakukan. Padahal ada banyak bekas galon cat 5 liter yang nganggur. Biasanya diminta tetangga untuk tempat wadah air. Yang lainnya udah aku lakukan, terutama regrow sayuran. Udah lama sih melakukannya sebelum pandemi itu udah regrow daun bawang. Tapi untuk kangkung, ketela rambat, sama bawang bombai dan bawang merah baru setelah pandemi.

    BalasHapus
  17. Masya Allah seru banget kegiatan menanamnya Mbak. Aku setuju sih untuk melakukannya nggak harus sarjana pertanian, tapi siapa pun bisa mulai menanam. Btw aku belum pernah nih bikin ecobrick, jadi pengin coba.

    BalasHapus
  18. Tahun kemarin anak saya bikin ecobrick buat tugas sekolah... Sampai sekarang masih satu itu aja, belum nambah-nambah lagi, huhu...

    BalasHapus
  19. Wah, soal meramban ini juga saya baru tau. padahal di rumah banyak nih gulma tanaman. masih agak kagok mungkin karena belum terbiasa ya

    BalasHapus
  20. wah makasih inspirasinya mbak. saya banyak nih biji kacang hijau tapi udah diulatin. jadi kepikiran untuk didaur ulang dengan ditana, jadi microgreen. thanks mbak

    BalasHapus
  21. Regrow sisa sayuran yang pernah aku lakukan bawang dan kangkung. Paling mudah tumbuh ya kangkung, Kalau bawang mati mulu haha. Oh ada lagi, daun seledri. Nah ini pernah beberapa kali tumbuh dan hidup, tapi lebih banyak matinya :))

    BalasHapus
  22. Aah....ternyata dulu kuliahnya ada hubungannya sama pertanian yaa..
    Aku dulu pas SMA pengen banget, kak...kuliah di bidang pertanian. Tapi kalau di Surabaya kan gak ada.
    Jadi kudu ke Bogor. Ibuku gak ngebolehin anaknya kuliah keluar kota.
    Hiiks~

    Seru yaa..
    Bisa bermain di alam. Hehehe..."main" doonk...katan-katanya..

    BalasHapus
  23. Meramban nih yang seru. Soalnya tempatku masih di kampung. Kiri kanan ada kebon. Seringnya nemu jamur kuping sama jamur tiram liar di pohon kayu lapuk.

    BalasHapus
  24. Asik banget bisa makan pakai sayur hasil kebun sendiri. Rasanya oasti semakin nikmat. Eeehh cangkang telur bisa dijadiin pupuk juga? Baru tau aku

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)