Microgreen, Bertanam Sayuran Tanpa Lahan

BUKAN kebun microgreen saya 😀🙈(foto : scarlux.com)


Ketersediaan lahan sering menjadi hambatan untuk melakukan hobi bertanam sayuran. Apalagi bagi orang-orang yang tinggal di perkotaan. Menghuni rumah minimalis yang mengacu pada ukuran lahan dan bangunan adalah keniscayaan. Bagaimana mau bertanam sayuran kalau halaman luas dan terbuka hanya ada di angan-angan?

Rasanya familiar mendengar alasan ketersediaan halaman sebagai alasan tidak menanam. Saya pun dulu demikian. Selain lahan, saya beralasan sinar matahari yang kurang bersahabat. Saat di Medan, saya tinggal di rumah yang menghadap ke barat. Alhasil, teras tidak pernah mendapatkan sinar matahari pagi, tetapi sinar matahari siang-sore yang panas. Entah karena faktor itu atau sebab lainnya, sayuran yang saya tanam cenderung kutilang (kurus – tinggi- langsing).

Waktu itu, saya belum kenal microgreen sih...

Mungkin di antara pembaca sudah ada yang sudah kenal, bahkan kenal baiiik dan dekaaat, dengan si microgreen. Boleh nanti tambahkan pendapat atau koreksi atau pengalaman di kolom komentar yaaaa...

Apa sih microgreen itu?

Secara teknis microgreen adalah tanaman sayuran dalam fase di antara kecambah dan sayuran muda. Semisal usia kecambah suatu sayuran adalah dua –lima hari dan usia muda adalah tiga hingga empat minggu. Maka, microgreen merupakan fase tanaman yang tumbuh dalam kurun waktu 7-14 hari.

Note : umur sayuran bervariasi tergantung jenisnya. Angka-angka di atas diawali dengan kata “semisal”.

Intinya, kalau kita sering mendengar imbuhan “baby” pada sayuran yang dijual muda, maka usia microgreen lebih muda lagi dibandingkan sayuran baby. Salah satu patokan dalam panen microgreen adalah ketika daun sejati sudah tumbuh. Ini merupakan tahap lanjutan setelah perkecambahan dan terbentuknya dua daun pertama yang disebut kotiledon.

Ini berarti,  ukuran microgeen masih sangat mungil dibandingkan sayuran yang biasa kita konsumsi.

Tanpa Lahan

Microgreen adalah solusi bagi orang-orang yang ingin bertanam tapi tidak punya lahan/halaman terbuka. Dengan ukuran “mikro”, sayuran  ini bisa ditanam di tempat dan wadah yang berukuran “mikro” juga lhoo.

Jangan langsung terbayang ukuran mikro-ba yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop yaaa😂. Ukuran mikro di sini jelas untuk diperbandingkan dengan luasan lahan. Untuk skala rumah tangga, microgreen bisa ditanam di nampan-nampan kecil/nampan semai, bisa juga menggunakan berbagai macam wadah bekas (re-use). Di rumah, saya menggunakan styrofoam bekas wadah makanan, bekas wadah biskuit, kue, dan lain-lain.

pakai bekas wadah makanan dan sempat dikira brownies😀
beda jauh ya sama foto pertama😀😀 (foto pribadi)

Dengan wadah-wadah kecil ini, microgreen tidak membutuhkan tempat yang luas. Saya yang masih sangat pemula ini, meletakkan pot-pot microgreen di ruang cuci. Dalam beberapa video tentang microgreen yang saya tonton, microgreen ditanam di nampan-nampan khusus dan disusun di rak di dalam ruangan.

Sinar Matahari

Ini dulu salah satu alasan saya tidak bertanam sayuran. Tanpa sinar matahari yang cukup, tanaman sayuran jadi kutilang (kurus-tinggi-langsing). Kekurangan sinar matahari membuat hormon pertumbunan tanaman (auksin) leluasa bekerja sehingga tanaman terus meninggi dan bisa roboh.

Namun, dalam penanaman microgreen, justru ada fase “penggelapan” (black out), yakni menaruh semaian benih pada tempat gelap. Black out dilakukan pada awal-awal penanaman dengan tujuan supaya benih cepat berkecambah dan tumbuh tinggi. Selanjutnya, benih yang telah tumbuh cukup tinggi dikenakan bias sinar matahari (atau lampu) untuk mendapatkan warna hijau daun.

Bias sinar matahari bisa diperoleh di bawah atap teras, dekat jendela, atau di manapun bagian rumah yang sekiranya mendapat terang matahari. Artinya, ketiadaan sinar matahari langsung bukan masalah untuk bertanam microgreen. Bahkan, seperti sudah tertulis tadi, sinar matahari juga bisa digantikan dengan lampu LED.

juga BUKAN kebun microgreen saya😀 (foto agrozine.id)

Kandungan Nutrisi

Microgreen dipanen saat tumbuh daun sejati. Itu berarti, ukuran microgreen sangat mungil jika dibandingkan sayuran pada umumnya. Meski demikian, microgreen diketahui memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Banyak kandungan nutrisi dalam microgreen yang justru tidak terdapat dalam sayuran pada umumnya. Hal ini dikarenakan zat-zat nutrisi tersebut belum sempat digunakan sayuran untuk bertumbuh besar.

Organik

Selain itu, microgreen diyakini lebih sehat karena dalam pertumbuhannya belum memerlukan pupuk dan pestisida. Nutrisi untuk pertumbuhan microgreen masih dipenuhi dari kandungan biji asalnya dengan dibantu air. Pengunaan media tanam pada penanaman microgreen lebih kepada fungsi tempat perakaran tanaman. Hingga panen, microgreen tidak perlu dipupuk maupun disemprot pestisida.

Potensi masalah pada microgreen adalah benih-benih sayuran yang mungkin dilapisi zat kimia (sebagai pelindung benih). Untuk menyiasati masalah ini, bisa dengan membeli benih khusus microgreen (tersedia di marketplace) atau menanam benih-benih yang ditujukan untuk bahan pangan (misal kacang hijau atau wijen). Sebagian orang memilih untuk mencuci benih sayuran untuk meminimalisasi keberadaan bahan kimia.

Media Tanam  

Berbagai jenis media tanam bisa digunakan untuk microgreen. Sebutlah tanah, cocopeat, rockwoll, bahkan untuk sayuran tertentu bisa menggunakan media air saja. Beberapa referensi juga menyebut kertas tissue sebagai alternatif media. Pilihan media bisa disesuaikan dengan ketersediaan, harga, dan kecocokan.

Penggunaan

garnish microgreen (foto metromicrogreens.com)

Microgreen bisa dimakan langsung (jika suka) atau dimasak lebih dulu. Dalam khazanah gastronomi, microgreen banyak digunakan untuk garnish (penghias makanan), side dish (makanan pelengkap), dan jus. Dalam grup bertanam  yang saya ikuti,  microgreen banyak digunakan untuk sayuran utama (dimasak pecel, misalnya). Rasa microgreen berbeda-beda tergantung jenis sayurannya.

mie instan dengan microgreen sawi (foto pribadi)


pecel microgreen kacang hijau (foto pribadi)



Belajar microgreen

Saya tergolong terlambat mengenal microgreen. Saya lupa kapan pertama tahu tentang microgreen. Yang pasti itu adalah suatu hari di paruh kedua tahun 2020, saat saya mulai rajin melihat video-video tutorial bertanam.  Perkenalan pertama saya adalah di salah satu video MGB Garden. Saya hanya menonton sekali, lalu langsung praktik menanam biji-biji melon dalam wadah kecil. Biji tersebut berasal dari melon yang buahnya kami makan. Seingat saya, rasanya lumayan segar, ada rasa-rasa manis khas seperti melon. Selanjutnya, saya mencoba menanam biji labu kuning, tapi ternyata ada rasa pahit.

Setelah itu, saya tidak menanam microgreen lagi. Saya juga tidak berusaha mencari informasi lebih banyak tentang microgreen ini. Sampai suatu hari, di beranda youtube saya muncul  satu video tentang microgreen dari channel Gani The Young. Saya kembali tertarik pada microgreen dan menelusuri berbagai video di channel tersebut. Waaah...jadi semangat untuk kembali mencoba menanam microgreen.

Beberapa waktu kemudian, saya juga bergabung dengan grup tentang microgreen di Facebook. Eh ternyata, ini juga grup yang sepertinya diinisiasi Pak Gani (atas permintaan dari pemirsa channelnya??) Di grup, saya bisa melihat bermacam “kebun microgreen”, juga menimba ilmu dari postingan para anggota.

microgreen kangkung, tumbuh sangat tidak merata (foto pribadi)

Tentunya, channel dan grup itu hanya salah satu dari sekian sumber untuk belajar tentang microgreen. Di rumah, saya baru mencoba menanam microgreen kacang hijau (jadi mirip praktikum IPA pas sekolah dasar😀), kangkung, sawi, dan wijen. Kalau di grup, banyak deh jenis-jenis microgreen yang belum saya coba, seperti bunga matahari, gandum, alfalfa, dan lain-lain. Oh iya, saya pernah mencoba menanam biji-biji pepaya. Namun, seperti halnya sayuran daun pepaya, microgreen biji pepaya juga pahit😅

Saya benar-benar masih tahap belajar, masih banyak mengalami error dari sekian trial. Namanya juga belajar yaaa...gagal tumbuh, kecambah berjamur, dan sebagainya adalah bagian dari pengalaman. Setidaknya, dari keterbatasan lahan dan proses belajar ini ada sayuran yang bisa dipetik dan digunakan. Lebih hemat dan lebih sehat😀 (LSD)


Previous Post : Ingatan tentang Cokelat


52 komentar untuk "Microgreen, Bertanam Sayuran Tanpa Lahan"

  1. Ini solusi jitu banget untuk kaum urban, mbaaa
    Sip, sip!
    Aku juga mau banget praktekin teknik microgreen ini ahhh

    Kan seru yha kalo panen kangkung, melon, dll dari kebun sendiri yaakk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yuk mbak nurul, sama2 belajar menyediakan pangan dari rumah :)

      Hapus
  2. Seneng banget liat kebun microgreen yang ternyata udah bisa dikonsumsi ya meski ukurannya masih mini banget.. Boleh dicoba deh pan kapan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup mbak diane. mini tapi mingini (bikin pingin-bhs jawa) hihihi

      Hapus
  3. Wah, keren banget mbak punya niat dan bisa mewujudkan kreativitas menanam sayuran tanpa lahan seperti ini. Teknik microgreen cocok nih buat masyarakat perkotaan yang ingin punya hasil tanaman sendiri lalu dikonsumsi. Bangga pasti ya bila hasilnya bagus sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. punya saya belum bagus tapi gitu pun udah bangga hahaha...

      Hapus
  4. niat sih udah ada nih mba buat bikin microgreen di rumah tapi apa ada belum juga dilaksanakan padahal gak perlu lahan luas ya, hasilnya tetap oke banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi saya juga suka gitu. punya niat tp entah kapan eksekusinya

      Hapus
  5. Saat sedang ndeder (menanam biji) dan lihat pohon-pohon kecil yang belum punya daun sejati, saya sering kepikiran jadiin micro green. Saya suka makan kecambah, jadi pasti suka. Tapi kadang rasanya gimana gitu, ada rasa eman-eman. Memang harus sengaja diniatkan menanam untuk micro green.

    BalasHapus
    Balasan
    1. soalnya mb susi punya lahan. jadi terbayang ini bisa ditanem di sini di sana. kalau ga da lahan ya otomatis tega hehehe

      Hapus
  6. kereen ilmu pertanian kepake

    BalasHapus
  7. Mba Lisdhaaa, aku langsung cek2 yucupnya. Aku nggak punya lahan luas nih, mau nyobain deh, tertarikkkk..micro green iniii
    dan bisa dicoba sekalian ngisi liburan anak2 nih.. duh itu enak bgt langsung dimamam sama mie. Aku pernah punya lahan dikit di belakang dan ditanam bayam, cabe, dulu tinggal petik.. skrg udah punah euy. Mau cobaaak aaah mba, makasih yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama2 mbak uci. anak saya nomor 2 ogah banget makan sayur. Tp dia suka juice. nah juice-nya saya kasih microgreen. Meski masih anti makan sayur, at least dia tetep ada asupan sayur dari MG:)

      Hapus
  8. Mba aku malahan baru tahu detail soal microgreen nih...
    selama ini tahunya cuma hidroponik aja
    buat yang suka sayuran tapi gak punya lahan bisa banget ini ya dicoba.
    tapi kelihatannya harus telaten ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe..masing2 ada "harus telatennya" mbak, yg hidro harus telaten cek kondisi air dan bersih perangkat juga kayaknya ya..

      Hapus
  9. mamaku nih hobi bertanam-tanaman. jadi kalo mau masak tinggal metik sendiri bahan-bahannya di pekarangan rumah. so far yang ditanam kayak daun-daunan sih kayak daun salam, daun pandan, dll. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya malah ga punya pohon salam sama tanaman pandan.. :)

      Hapus
  10. Huaaa cakep banget ilmua. Cocok nih buat mamaku yang lagi seneng bercocok tanam dam kebetulan juga lahan di rumah terbatas. Nanti mau rayu mamaku praktekin ini ah, biar bisa lebih sering bikin jus sayuran hahaha... anak macam apa sih aku tuh, ya? btw ngomongin auksin, ini koa kata yang nempel banget di memoriku. Waktu smp dulu kan pernah dikasih tugas nanam biji akcang ijo di tempat terang dan gelap terus nanti dikasih liat sama dia. Kata guru biologiku waktu itu becanda, kalian yang badannya mungil-mungil butuh hormon auksin nih. So memorable nih guru. Ya asik ngajarnya, ya cakep dan manis khas cowok sunda pula. Laaaah malah baper nostalgiaan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. nanem Microgreen kacang ijo ini memang kayak ngulangi praktikum IPA zaman dulu mbak Efi hihihi

      Hapus
  11. Aku pernah nyoba begini pakai gelas bekas air mineral. Dikira mainan tanah enggak diberesin. Hahaha .. Moga berhasil, ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihih...emang kayak mainan ya mbak ida.

      Hapus
  12. Keren banget sih mbak akhirnya bisa m menikmati sayuran dari kebun sendiri, lezatnya..aku cuma tanam tanaman hias, pohon buahnya mangga dan jambu yang sering berbuah

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku justru sering merasa "kurang inda" karena kurang menikmati menanam tanaman hias mbak hehehe

      Hapus
    2. ralat : kurang indah hehehe

      Hapus
  13. wah makin lama cara menanam makin variatif ya mbak
    nggak ada lahan, nggak jadi hambatan buat bisa bertanam
    kapan kapan mau coba ah,

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup mbak..tentunya dengan kekurangan dan kelebihan masing2 ya..

      Hapus
  14. Baru dengar microgreen ini mbak. Rumahku minimalist, mau nanam kacang hijau aja jadinya kutilang sampai mati. Ah ga paham deh. Perlu belajar microgreen ini supaya tetap bisa berkebun di rumah

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo di microgreen memang malah digelapkan beberapa saat supaya tinggi, setelah itu jemur/paparkan sinar biar hijau..lalu masak deh

      Hapus
  15. Mantap ini mba saya bercocok tan daun bawang di dapur loh dekat tempat cuci piring pakai wadah bekas minuman instan. Berhasil loh

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah..regrow ya mbak...saya juga regrow daun bawang, kadang berhasil tumbuh kadang enggak hehee

      Hapus
  16. Lumayan agak familiar sama microgreen, ini cocok banget buat yang suka bercocok tanam tapi lahannya minim. Bisa coba microgreen, lumayan praktis juga ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. juga bisa buat yang pengen rutin sayur organik tapi terkendala harga hehehe

      Hapus
  17. wohoo dengan rekayasa teknologi jadi makin banyak inovasi yang memudahkan ya mba termasuk di bidang pertanian dan cocok tanam seperti microgreen ini. Jadi bisa siasati lahan terbatas seperti kebanyakan rumah di jabodetbek ya.. Intinya di mana ada kemauan selalu ada jalan... Aniwei mba rajin dan telaten juga ya bisa menekuni microgreen ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setiap orang pasti punya ketelatenan masing-masing ya mbak hehehe
      Memasak misalnya, saya kurang telaten nih di hal ini :)

      Hapus
  18. wah bener mbak, jadi terinspirasi aku karena nanem nanem kalau udah agak besar gak jadi, mendingan dipanen jadi microgreen yaa, gak perlu jadi besar, kecil juga nutrisinya sama khasiatnya yaa dengan sayuran besar. dan lebih praktis malahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. dan belum kenal pupuk sama pestisida mbak :)

      Hapus
  19. Mbak aku kok pas banget sih aku butuh info ini. Aku barusan dapet kirimam bibit microgreen ini dari locknlock. Duuh jadi ga sabar mau nyebar benih

    BalasHapus
    Balasan
    1. waah...kok asik banget mbak dapat kiriman benih?

      Hapus
  20. waaaah makkk seru juga kangsung makan makanan hasil dari berkebun ya
    aku biasa tanem biasa aja di tanah karena kebetulan ada lahan buat tanem cem macem
    tapi seru juga ya mak, jadi pengen nambah tanaman semua biar tambah banyak hasil kebunnya jadi semangat liatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah asik dong mak ada lahan. Di halaman aku juga nanem sayuran, tapi aku padu MG biar bisa lebih sering panen hiihi

      Hapus
  21. Cakeep bener, kak Lis...
    Aku kalau sekalinya gagal, kenapa gak keukeuh nyoba lagi dan lagi yaa...?
    Metode yang patut dicoba, Micro Green.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin karena ga hobi di situ mak lend hehehe

      Hapus
  22. Oalaah...malah baru tau aku loh mba bertanam microgreen gini. Ternyata ditumbuhkan dalam ukuran kecil gini ya. Kayak kalau lihat di masterchef itu, biasanya ada garnis tanaman kecil-kecil gitu. Ternyata microgreen ini yaaa... Wah kemana aja dakuuu... :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang manis tanaman kecil2 ini buat garnish mbak Unik :)

      Hapus
  23. Mbak, maaf, pertama aku pingin ngikik dulu pas baca istilah kutilang darat. Auto keinget zaman SMP. Aku pernah dibilang kutilang darat, gara2 kurus langsing dada rata, tapi gak pake tinggi karena aku pendek wkwkwk

    Ok soal Microgreen ini jujur aku baru baca kali ini, belum pernah dengar namanya juga. Sesuai namanya micro, jadi ukurannya kecil ya. Kalau dilihat dari foto paling akhir, berarti seukuran kecambah lah ya. Nah, tadinya aku mau tanya, sayur apa saja yang bisa untuk microgreen. Setelah lihat foto microgreen sawi, oh ternyata selain dari jenis biji2an kayak kedele, kacang hijau, jenis sawi2an juga bisa.

    Ohya aku tuh kalau liat tanaman kecil2 dan muda kayak gitu, bawaannya pingin dilalap mbak. Ditemani sambal aja paling ya. Udah gitu aja, jangan diapa-apain lagi :))

    Sejujurnya abis baca tulisan ini aku terinspirasi untuk bertanam microgreen juga. Karena dilihat dari rumahku yang ngadep barat ga dapat matahari pagi plus punya lahan sangat kecil sekali, udah paling cocok lah buat aku praktekkan. Selama ini lahan super mungilku berisi tanaman hias doang. Rugi amat ga bisa dimakan :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenernya ga bisa juga dibilang rugi nanem tanaman hias, dapat indahnya hahaha
      Kalau aku, kata kutilang darat itu selalu ngingetin sama dian nitami. Duluuuu banget kalau ga salah ketemu istilah ini pas baca artikel ttg Dian Nitami yg saat itu host acara video music indonesia, lupa nama persis acaranya yang pasti fokus bahas video musicnya gitu (hahahaha.....jadul amat ya..). Nah si Mbak DN ini konon sering dibully "kutilang darat" karena postur tubuhnya waktu itu :)

      Hapus
  24. aku sih ada lahan tapi malas nanamnya, hahaha. yang aku tanam biasanya sisa-sisa dari bahan dapur mbak.

    BalasHapus
  25. Bicara microgreen, aku jadi ingat drama Devilish Charm yang juga pakai sistem ini buat bercocok tanam. Lucu, tapi bagus banget karena menghemat lahan

    BalasHapus
  26. Microgreen ini cocok kayaknya buat yang malas makan sayur seperti saya nih Mbak Lisdha. Ukurannya mungil, nutrisinya tinggi hihi.

    BalasHapus
  27. Jadi pingin mencoba microgreen juga. Meski ukurannya mungil, tapi kaya nutrisi. Bisa tuh, menanam sayuran sendiri, untuk dikonsumsi sendiri 😃👍

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)