Kondangan Dapat Saweran

 

Saweran yang sempat viral ^-^. Sumber gambar YT cumi-cumi

Umumnya datang ke hajatan alias kondangan, tamu memberikan sumbangan ke empunya pesta. Namun, saya pernah datang kondangan dan malah dapat uang saweran. Hingga saat ini, baru kali itu kondangan malah dapat saweran. Wajar jika tidak terlupakan.


Kejadiannya sudah cukup lama, jadi saya lupa waktu pastinya. Mungkin sekitar tujuh atau delapan tahun lalu. Sepertinya waktu itu Elo, si bungsu, belum lahir (hihi, saking lamanya, sampai patokan waktunya pun lupa). Lokasi persisnya saya juga lupa (ahaaa, lupa muluuu). Yang pasti, waktu itu kami rombongan gereja datang ke pesta pernikahan salah satu jemaat di Balige, Sumatera Utara. 

*Bali...ge. Ini sering jadi candaan waktu saya tinggal di sana, yakni kalau sedang ngomongin liburan. Bilangnya "kami mau ke Bali.........tapi Bali G" hihihi. Liburan ke Bali memang terasa jauh dari Sumatera. Dibandingkan ke Pulau Dewata, malah lebih dekat ke Singapura atau Malaysia ya kan?.*

Kalau tidak salah, kami pergi dengan dua mobil. Jarak Pematangsiantar – Balige bisa ditempuh dua hingga tiga jam. Sampai di tempat pesta, hari sudah menjelang siang dan masih berlangsung prosesi adat. Seperti saya tuliskan di sini, dalam pesta adat Batak biasanya tamu makan dalam waktu yang sama (di antara prosesi adat). Hingga beberapa lama sejak kami tiba, makan siang belum juga menampakkan tanda-tanda.

Gawat...sebagian dari kami mengajak anak-anak yang sebisa mungkin jangan telat makan. 

Dalam pesta pernikahan di sana, saat prosesi adat berlangsung, biasanya tamu memang hanya menunggu. Saat-saat pertama datang ke pesta, saya sempat gegar budaya. Sebab, tetamu yang tak terlibat prosesi adat bisa menunggu di mana saja, duduk ngopi di warung terdekat misalnya. Pemandangan penjual makanan kecil berkeliling menawarkan dagangan ke dalam lokasi pesta juga hal biasa.

Menunggu cukup lama, kami yang dewasa saja merasa bosan, apalagi anak-anak. Akhirnya, diputuskan ada jemaat yang tinggal di acara. Sementara yang lain pergi untuk makan dulu di luar (anak-anak jadi alasan, padahal aslinya yang dewasa pun sudah kelaparan😀😀).

Keluar dari lokasi pesta, kami langsung mencari warung makan. Usai makan, entah ide siapa, kami tak langsung kembali ke pesta. Kami malah pergi ke Museum TB Silalahi yang letaknya tak terlalu jauh dari warung makan. Bagi saya, kali itu adalah kunjungan kedua ke museum di tepi Danau Toba itu.

TB Silalahi....langsung ingat era SBY nggak?

Di kunjungan pertama, saya malah masih menyimpan foto-fotonya. Sedangkan di kedatangan kedua yang aslinya mampir saat kondangan, saya tak punya dokumentasinya. Entah sudah seperti apa sekarang Museum TB Silalahi ini. Mudah-mudahan lebih cantik dan menarik. Dibangun di tepi Danau Toba, museum ini adalah salah satu destinasi unggulan Balige.

Uhuuu, jadi terasa bener manfaat ngeblog itu. Setidaknya bisa untuk mengawetkan cerita dan gambar-gambar. Waktu itu sebenarnya saya sudah punya blog, tapi belum aktif menulis. Kejadian yang dulu pun baru terceritakan sekarang.

 

Salah satu bagian Museum TB Silalahi

Belum tuntas berkeliling di museum, kami ditelepon teman yang stand by di pesta. Dia meminta kami cepat kembali karena waktu makan sudah tiba. Sesampai di sana, tamu-tamu sudah siap makan (ah ya....di Sumut siap berarti selesai). Tak masalah sih, kan kami sudah makan.

Dalam buku Garis Batas, petualang asal Lumajang, Agustinus Wibowo berkisah tentang pernikahan di Kirgistan. Dalam acara pernikahan yang dia hadiri, kerabat dan teman-teman mempelai bergiliran memberikan pesan pada pengantin di depan suluruh undangan.

Tradisi yang sama juga ada di pesta pernikahan Batak. Kerabat dan tamu undangan bergiliran “berpidato”  lalu disambung pamitan. Satu keluarga/rombongan --> satu kesempatan memberi pesan-pesan. Kalau tamunya banyaaak, panjang juga antrean memberi pesannya.

Saya membayangkan jika menjadi pengantin yang mesti mendengar semua urutan pesan itu dengan berdiri!! Usai pesta, bisa gempor-lah kedua kaki (apalagi kalau pakai hak tinggi hihihi).

Rombongan kami tak panjang-panjang dalam berpesan. Sebagai gantinya, kami  spontanitas menyanyikan sebuah lagu untuk pengantin. Saya lupa  lagu apa yang waktu kami nyanyikan. Yang jadi kejutan, saat kami menyanyi, keluarga pengantin maju ke depan dan memberikan uang. Waaah, kami tak menyangka kalau mau dapat saweran! 

Sepanjang pengalaman saya, saweran saat pesta-pesta orang Batak adalah hal yang lazim.  Beberapa tahun lalu, pengacara Hotman Paris Hutapea pernah membuat heboh saat memberikan saweran ribuan dollar pada penyanyi Cita Citata. Kalau lihat pesta orang Batak di Youtube, banyak yang memuat adegan saweran.

Tak hanya dalam pesta pernikahan, dalam pesta kematian pun ada semacam saweran. Besar kecil uang tentu tergantung kemampuan. Di acara apapun yang ada penampilan, biasa ada saweran. Saat menari tor-tor di acara Natal sekolah dasar, Ale juga dapat uang saweran. Menari dapat uang, salah satu kenangan indah bagi Ale hehehehe.

Jadi harusnya bukan hal yang mengejutkan sih. Namun, saat itu, tetap saja saya terhuyung-huyung terkaget-kaget. Bahkan, teman-teman serombongan yang notabene suku Batak juga merasa surprised. Sama-sama Batak, beda sub-suku sudah beda adat-tradisinya. Buat saya yang orang luar sih nggak tau di mana bedanya hehehe. 

Hhhm, kok jadi penasaran tentang sejarah saweran. Sebab, tradisi saweran juga dimiliki etnis-etnis lain di Indonesia ya kan? Atau mungkin juga suku-bangsa lain di dunia?  

Tentang saweran, tidak bisa tidak, saya ingat Ronggeng Dukuh Paruk. Novel Ahmad Tohari yang bertahun lampau saya baca dan bukunya sekarang entah di mana. Seorang penari ronggeng, mendapatkan uang banyak dari saweran para penonton. Saat malam makin larut, cara memberikan saweran bisa jadi makin carut-marut alias melanggar norma-norma kesopanan. Alhasil, ronggeng sering dipandang sebagai pelacur. Saweran diterima para ronggeng dengan bibir tersenyum tetapi hati terluka.

Berbeda dengan siang itu, saweran membuat kami sungguh-sungguh tertawa, selaras antara bibir dan perasaan. Tertawa bukan bukan pada nominal uang, melainkan kejutan bagi kami yang “membolos” keluar makan dan bahkan sempat dolan (ke museum). Saya lupa, saat itu uangnya dipakai untuk apa. Mungkin untuk membeli bahan bakar kendaraan saat pulang.(*)

 

52 komentar untuk "Kondangan Dapat Saweran"

  1. saweran yaaa.. aku udah lama banget ngga denger istilah ini mba hehehe. Kalau kondangan atau hadir ke resepsi itu memang seru yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi..jd teringat istilah lama ya mbak.

      Hapus
  2. aku sampai sekarang belum pernah merasakan saweran mak, hehehe pasti rasanya bahagia banget kalo disawer dengan nominal yang wow

    BalasHapus
    Balasan
    1. makanya aku juga surprise mak. karena kalau sepengalaman aku sebelumnya, yg disawer biasanya mmg penyanyi atau setidaknya orang yg nyanyi sendirian..Na ini serombongan :)

      Hapus
  3. Aku jadi kangen ke pesta nikahan Batak...pernah dua tiga kali full ikutan dari awal sampai akhir acara
    Tapi saweran bukan gegar budayaku.
    Pengalaman di kampung banget acaranya, tepatnya lupa yang jelas Batak Toba, teman kuliah suami baru nikah, jadi dibela-belian datang bertiga sama anak bayi kami. Pas baru datang di depan petugas buku tamu langsung ditanya,
    Nama siapa?
    Asal?
    Berapa?
    Aku bingung sesaat? Maksudnya? Aku tanya
    Itu berapa, dia tanya dong amplopnya isi berapa
    Duh, akhirnya aslinya mau kasih berapa jadi ditambah..soalnya ada beberapa keluarga pengantin di sekitar situ dan ada antrian tamu di belakangku. Kalau ingat berdua sama suami ngakak ga ada habisnya hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soal catat mencatat sumbangan ini sepertinya aku pernahnya pas melayat. lupa deh kalau di pernikahan pernah atau tidak.

      Di luar acara pesta, kalau aku seringnya ditanya boru apa, dan pas pwrtama aku bingung banget mesti jawab gmn..Rupanya jawab aka boru Jawa hehehe

      Hapus
  4. Sama-sama Batak, beda sub-suku sudah beda adat-tradisinya.
    INDONESIA memang kayaaaa
    keren banget ya, budaya saweran aja seunik ini lho mbaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. soalnya bukan penyanyi tp disawer...itu yg bikin berasa unik :)

      Hapus
  5. Seru banget ya, Mbak. Niatnya datang kondangan menghibur pengantin eh dapat saweran. Rezekiii hehehe. Adat pernikahan itu selalu seru ya, banyak hal-hal baru yang bisa kita nikmati.

    BalasHapus
  6. Meski punya sodara Batak aku kurang pengetahuan nih tentang tradisi2 batak, termasuk saweran ini.. Kalo disini ya sprti umumnya saweran ..yang disawer penyanyi yang menghibur di kondangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku jg sekali itu mbak nyanyi bareng di acara nikah dan disawer. Kalo dr rombongan gereja kan biasa nyanyi buat pengantn di acara nikah, tp ya sekali itu pengalaman disawer ;)

      Hapus
  7. Hallo, salam kenal mbak

    Seru banget bacanya juga. Di adat pernikahan sunda juga ada sawerannya mba.

    Istilahnya sawer panganten, tapi nominalnya ga sampai wow gitu. Malah sawernya pakai uang recehan/ logam pecahan 100, 200, 500, dan 1000 ditambah beras dan permen ��

    Indonesia memang kaya ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal jg mb pipit. Tradisi sawer mmg ada di berbagai etnis kayaknya ya mbak..selain di ronggeng, saya ingat istilah sawer di seni tayub

      Hapus
  8. Saya juga mendengarnya agak aneh ya mbak,karena biasanya kita yang "nyawer" ke pengantin. Tapi ya begitulah budaya Indonesia memang kaya, sebagai blogger memang bagus lho mbak nulis soal budaya begini biar banyak yang tau ☺

    BalasHapus
    Balasan
    1. buat kita unik, padahal bagi mereka mungkin biasa ya mbak..dan kita jd diperkaya oleh berbagai adat budaya

      Hapus
  9. wah...asiiik juga....

    thank you for sharing unique and nice story

    BalasHapus
  10. Saya belum pernah sih ke kondangan trus lihat tradisi saweran. Ini ceritanya unik juga, ya. Datang ke kondangan malah dapat saweran

    BalasHapus
    Balasan
    1. padahal sebelumnya sudah kabur segala, msh dapat rezeki hihihi

      Hapus
  11. Wow seruuu sekali acaranya. Pengalaman tak terlupakan pastinya, pergi ke kondangan malah dapat saweran karena menyanyikan lagu untuk pengantin. Seru! Mana sudah makan di luar, masih sempat pergi ke museum ya haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah itu mbak liany..berasa bukan tamu yg baik :D

      Hapus
  12. Kalau ttangga aku masi menganut sawer menyawer mba saat anak bisa jalan 😁
    Aku ke kondangan belum pernah dpt saweran, jadi beragam ya.. uniiik gitu. Biasanya kan kita yg kasih amplop, eh ini jadinya udah ngasi amplop, dpt amplop jugaak yaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh daerah mana tuh mbak? yg dikasih sawer si anak kah?

      Hapus
  13. Hua asyiknya kalo nyanyinya di tempat pejabat yang hajatan ya, Mbak ... sawerannya gede. 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. di pesta hotman paris gitu kali ya (walaupun mgkin bkn pejabat)...haluu wkwkkww..

      Hapus
  14. Wah, baru tahu tamu undangan dapat saweran saat menyanyi. Kan lumayan hehe..Adat Batak memang unik ya. Sangat kaya budayanya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin memang ada persediaan khusus buat nyawer undangan yg nyanyi ya mbak :)

      Hapus
  15. Oalaaah kalo di adat Batak memang sering sih mba :D. Aku kan Batak juga, tp di keluargaku sendiri ga ad LG kebiasaan gitu. Apalagi pas aku nikah, walo pake adat Batak, tp bukan yg beneran Batak. Secara suamiku solo, bisa semaput ntr mertua di suruh pesta 5 hari 5 malam wkwkwkwkwk . Jd cukup 5 jam, dan itupun penyanyinya udah dipesen. Cm kalo ada keluarga mau nyanyi, boleh, cm ga disawer biasanya :D

    Palingan nikahan yg bikin aku teringat trus, pas hadir ke nikahan temen sekolah, yg menikah Ama anaknya keluarga Megawati :D. Di situ, pas mau masukin amplop angpow, lgs dilarang :D. Krn msh keluarga dengan ibu Megawati yg aktif dlm politik, jd semua tamu dilarang ksh hadiah dlm bntuk apapun. Ga jd deh :p. Amplopnya terpaksa aku ambil lagi hahahaha. Cm pulangnya ttp diksh souvenir.

    Eh baca ttg kata2 'siap' di Sumatra Utara, aku jd inget pas baru pacaran Ama pak suami. Secara dia solo, dan udh lama di JKT, sementara aku baru kerja di JKT. Jd pas awal pacaran, kami mau nonton, dia SMS tuh, nanya udh selesai belum, dia udh nunggu di parkiran kos ku. Aku jawabnya, "oke, aku udh siap mandi"

    Lgs ngomel dong diaaaa hahahahahaha. "Hahhh, yg bener aja, baru mau mandi kamu? Ini filmnya udh mau mulai"

    Dari situ aku baru tahu kami miskomunikasi. Krn maksudku dgn siap, artinya udh selesai :p.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nikah beda suku pasti perlu penyesuaian ya mbak fanny hehehe. Seru juga tuh kalau batak dan solonya sama2 diadatin betuul. Pengantennya gemporrr pesta berhari2 hihihi

      kebiasaan ngomong antar suku di indo mmg potensial bikin miskom ya mbak..aku awalnya juga bengong dengan kata siap ini hihihi

      Hapus
  16. Wah meriah sekali yaa ada acara saweran ternyata ada juga di tradisional Batak.. Ingat dulu kalau kondangan ada saweran pasti jadi heboh banget dan bikin suasana makin meriah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hiya...mau uangnya 2000an pun tetap bikin heboh. Apalagi kalau sampai lembaran biru atau merah hahaha

      Hapus
  17. whahahha lucu juga ya tamunyayg dikasih saweran mba... aku beberapa kali datang ke undangan oarng batak dna memang khas banget yaa. aku sih enjoy klo datang ke acara yang masih ekntal adat gt jadi tahu soal tradisi2 banyak daerah

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku jg senang melihat acara kawinan dengan adat mbak. Cuma pas aku nikah, males ribet sama tatacara adat :D

      Hapus
  18. pernikahan adat selalu menarik ya mbak, tiap suku punya tradisinya masing masing
    aku belum pernah ke nikahan adat batak, soalnya meski banyak teman-teman yg batak, mereka buat resepsi ala modern, nggak pakai ala adat.
    jadi belum pernah lihat saweran di pernikahan,

    BalasHapus
    Balasan
    1. dari sekian kali datang ke acara pernikahan batak, saya juga baru sekali itu nyanyi dapat saweran :)

      Hapus
  19. Rejeki itu mbak, kondangan malah dapat saweran. Bisa "kabur" makan di warung dan mampir museum pula.
    Eh tapi kasihan sama yang di kasih jatah nungguin di lokasi, pamitnya makan sebentar, eh malah jalan-jalan ke museum pula

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu dia..satu sisi kami "merasa jahat", Mbak Nanik ^_^

      Hapus
  20. Hihihi kadang memang anak dijadikan alasan ya, tapi kasihan juga sih kalau menunggu kelamaan, mending anak-anak makan dluan ya.
    Surprisd banget dikasih saweran sama pengantin ya, aku juga baru dengan ceritanya di sini nih mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga bawa bekal soalnya mbak..mana "hilal" makanan datang belum juga tampak wkwkwk

      Hapus
  21. Saya jadi penasaran mau saksikan sendiri pernikahan di sana
    Soalnya di adatku Jawa-Sulawesi justru kita yang ngasih dan kalau bisa nominalnya jangan rendah

    BalasHapus
    Balasan
    1. biasanya jg yg nyanyi solo/duet yg dikasih sawer kan mbak..ini kami nyanyi rame2 :)

      Hapus
  22. Seneg dong mba jadinya dapet saweran biasanya kalau d sini sinden yg biasanya dpt sawean tapi ini yg kondangan ya saweran juga mungkin menghargai Kali y krn nyanyi

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa jadi demikian mbak uti. mungkin uda biasa buat mereka, unik buat saya :)

      Hapus
  23. Hhhaaaa beneran itu mbayangin kalo tamunya datang satu rombongan banyak juga yang ngasih pesen2, bisa antrian puanjaang.

    Aiih seru pisan yaa kalo dapet saweran tuhh, kek dapet harta yg berharga .

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya belum pernah ikutan acara adat yang lengkaaaap. Katanya bisa sampai malam tuh acara pesan2 ^_^

      Hapus
  24. Di adat sunda juga ada mba saweran aku duku kalau kecil adalah anak paling rajin kalau ada saweran hahaha seru dapetinnya krn rebutan

    BalasHapus
    Balasan
    1. adat saweran ini mmg ada di banyak suku ya mbak..saya jg jadi penasaran sama jejak sejarahnya

      Hapus
  25. Jarang tahu sih kalau saweran ada di kondangan, taunya di pesta yg ada dangdutannya haha, gak tau sih :P
    Baru tahu pernikahan adat Batak banyak banget kerabat yang memberi pesan ttg pernikahan ya? kebayang kalau keluarga besar gak selesai2 sambutannya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. dan ini bukan lagu dangdut atau daerah atau apalah yg rame2 gitu. ini lagu gereja hahaja

      Hapus
  26. Wahahaaa udahlah mbolos ga ikut prosesi, malah dapat saweran ya mba. Untung besar tuh. :))
    aku belum pernah nih mengalami ikut kondangan malah dapat saweran gini.

    BalasHapus
  27. Wah meriah banget yaa upacara pernikahan juga ada acara saweran kayak di beberapa tempat saat undang penyanyi yang nyanyi disawer

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)