Pengalaman Membuat Paspor di Kantor Imigrasi Kelas 1 Medan

Kantor Imigrasi Medan di Jalan Gatot Subroto


Memang sudah lama ada angan-angan untuk bikin paspor buatku, Ale, dan Elo. BJ sih nggak perlu karena paspor dia masih aktif. Meski sudah lama berangan-angan, merealisasikannya masih saja nanti-nanti. Toh belum punya rencana pasti kapan dan kemana mau pergi. Paling juga ke Malaysia atau Singapura, dua destinasi yang relatif dekat dengan Medan. Dua negara yang walaupun statusnya luar negeri, tapi secara jarak malah lebih dekat daripada pulang kampung ke Jawa. Harga tiket pesawat Medan – Singapura atau Kualalumpur  juga lebih murah daripada Medan - Jogjakarta.  


Toh, kami tetap harus menabung untuk kesana. Bagaimanapun, pulang kampung itu butuh banyak dana. Aku mesti bikin pos tabungan khusus di reksadana untuk keperluan jalan-jalan. Sebelumya, bikin estimasi pengeluaran (estimasi kasar aja sih) lalu cicil menabung reksadana sesuai kemampuan.  Tapi sekarang ini memang belum tercapai target jumlahnya. Maka itu masih santai badai soal bikin paspor.


Tapi beberapa hari lalu BJ bilang, mumpung anak-anak libur  mending bikin paspor sekarang. Mana tahu ntar ada promo tiket Medan ke Changi atau KL. Kan bisa tuh transit di sana saat terbang ke Jogja. Oh iyes juga yes...saran yang masuk akal. Jadi, bisa dibilang bikin paspor di Juli 2019 ini adalah tindakan dadakan. Pokoknya mumpung ada waktu, juga lagi ada duitnya, bikin aja. Mending santai begini daripada buru-buru karena sudah dekat tanggal kepergian. Pun, kalau ternyata ada keperluan mendadak, setidaknya paspor sudah tersedia.

Jadi ingat tahun 2015. Elo  didiagnosa sakit hirschprung. Dokter bedah anak di Medan memutuskan untuk melakukan kolostomi (perut dilubangi sebagai jalan sementara bagi feses yang susah keluar karena kelainan saluran pembuangan).  Kami sempat mendapat saran dari beberapa orang untuk membawa Elo ke Penang. (Sepertinya ini destinasi favorit bagi warga Medan dan sekitarnya untuk “wisata kesehatan” :D). Tapi opsi itu tidak kami ambil karena hanya BJ yang punya paspor. Bikin paspor baru, tentu makan waktu. Jadi kami memutuskan terbang ke Jogja dan puji Tuhan Sumber Kesembuhan, oleh dokter di Jogja Elo dinyatakan tak perlu operasi.


Tentu saja aku nggak berharap butuh paspor mendadak untuk keperluan seperti ini. Siapa tahu dapat kesempatan emas seperti dua keponakanku (Icha dan Iel). Akhir tahun lalu, mereka mendapat tawaran untuk pergi ke Nigeria gratis tis tis untuk menggantikan anggota  rombongan kesenian yang tiba-tiba tak bisa berangkat. Sayang sekali, tawaran itu tak bisa diambil karena keduanya nggak punya paspor. Bikin paspor sudah tak mungkin karena waktunya sangat mepet.

Haha, kesempatan seperti itu sih jarang-jarang ya kan? Intinya, mau perginya mendadak atau terencana, yang penting paspor sudah ada.  Buat Ale dan Elo, ini paspor baru. Sementara buatku adalah penggantian paspor yang sudah kadaluwarsa. Paspor lamaku dibuat tahun 2007. Waktu itu, bikin paspor belum online seperti sekarang. Dengan KTP Temanggung, aku bikin paspor di imigrasi Bandung dengan surat keterangan kerja. Tapi itu kan pengalaman yang sudah lama sekali. Aku sudah lupa. Apalagi, sistem sekarang juga sudah berubah.  (Note : paspor lamaku itu cuma sekali terpakai buat jalan-jalan ke Singapura hingga akhirnya kadaluwarsa tahun 2012... info nggak penting ya hahaha)

Berdasarkan banyak artikel dan juga cerita teman, hari gini bikin paspor itu enggak rumit. Tapi biar mantap, aku cari informasi spesifik tentang kantor imigrasi Medan. Aku dapat alamat website imigrasi Medan dan langsung kirim email untuk menanyakan sesuatu. Setelah kirim email baru terpikir untuk cek IG, ketemu deh akun IG imigrasi Medan. Aku baca-baca, ternyata adminnya rajin dan cepat balas-balas komentar/pertanyaan pengunjung. Wiiih responsif!!  Idealnya memang begini nih akun media sosial institusi pemerintah. Jangan hanya ADA tapi kalau ada komentar atau pertanyaan nggak ada tanggapan sama sekali.

Ini tabel persyaratan pembuatan/perpanjangan paspor yang aku culik dari @imigrasi-medan :


Untuk pendaftaran online, bisa dilakukan lewat website, aplikasi, atau WA. Aku pilih mengunduh aplikasi di Play Store. 

Haha, ga jelas ya gambar alurnya. Tapi kalau sudah unduh aplikasinya, mudah kok mengikuti langkah-langkahnya

  
Jumat (31 Juni), aku mengunduh aplikasi pendaftaran paspor online. Puji Tuhan, banyak tanggal yang berwarna hijau (kuota tersedia). Aku memilih Rabu 3 Juli pagi dan langsung mendaftar untuk aku, Ale, dan Elo (satu akun bisa mendaftar sampai lima orang yang masih satu kartu keluarga). Dari tiga kantor imigrasi di Medan, aku pilih kantor di Jalan Gatot Subroto. Pendaftaranku lancar banget ya, langsung dapat jadwal. Nggak perlu antre hari seperti dialami sebagian orang yang mau urus pasport. Baca dari sebuah blog, ternyata ini hari Jumat memang jadwal antrean online dibuka. CMIIW yaaa...

Sempat berpikir kalau kami bakalan pergi bertiga aja karena Rabu kan  BJ mesti kerja. Tapi rupanya BJ mau mengantar dulu baru ke kantor (thanks ya dear ^-^). Selasa malam, aku baru menyiapkan dokumen-dokumen. BJ sudah bilang tentang akta lahir dan ijazah. Tapi aku ngeyel bilang nggak usah soalnya kedua dokumen itu ada di Temanggung. Toh di email balasan maupun IG imigrasi Medan ditulis garis miring alias salah satu saja dari akta lahir/ijazah/surat nikah/surat baptis. Kan aku sudah bawa akta nikah, baik dari sipil maupun gereja.

Rabu (3 Juli). Pukul 06.30 kami sudah pergi dari rumah. Sampai di sana, jarum jam sudah melewati angka tujuh. Kantor imigrasi belum buka tapi para pegawai sudah datang dan bersiap-siap. Orang-orang yang hendak bikin paspor sudah menunggu di bangku-bangku yang disediakan di koridor. Aku ngobrol dengan seorang ibu yang hendak membuat paspor bagi dua anak gadisnya. Ternyata, dia sudah cukup lama mengantre online. Jadi aku tuh beneran beruntung langsung dapat jadwal.

Sekitar pukul 07.30, petugas mempersilakan buat pemohon paspor untuk antre masuk ruangan. Tapi hanya pemohon yang mendaftar online yang dilayani. Itu pun pendaftar yang memilih waktu pagi hari. Kasihan pemohon paspor yang belum mendaftar online. Mereka dipersilakan untuk lebih dulu mendaftar online. Jelas saja nggak bakalan dapat kuota untuk hari itu. Entah ini karena sosialisasinya yang kurang atau mereka sudah tahu tapi tetap nekat datang.

Kata BJ, tahun lalu pendaftar manual memang masih dilayani. Jadi ada dua antrean, yakni untuk pendaftar manual dan pendaftar online. Tapi sekarang pendaftar manual sudah tidak dilayani. Ada sekelompok ibu-ibu berusia paruh baya yang terpaksa balik badan karena mereka belum daftar online. Ada juga sepasang bapak-ibu yang tampak tak juga paham tentang pendaftaran online ini sampai petugasnya terlihat agak gemas :D. (Hehehe, sabar ya Pak...)

Dengan dokumen (yang kurasa) lengkap,kami dapat antrean kedua. Begitu masuk, kami dapat formulir, dan langsung mengisikan data. Bersyukur banget ditemani BJ. Kalau nggak ditemani, konsentrasiku pasti pecah antara mengisi data dengan mengawasi bocils yang, seperti biasa, tak bisa duduk tenang. Mana aku sering ceroboh soal isi-isi data :D. Berkebalikan sama BJ yang serba perfect soal beginian. Dari sekian pertanyaan di formulir, nggak semuanya perlu diisi. Seorang petugas tak henti-henti menjelaskan tentang poin-poin yang mesti diisi.

Selesai mengisi formulir, kami langsung masuk ruang untuk foto dan wawancara. Bukan wawancara detail dan dilakukan sembari cek dokumen. Berkas dokumen Ale dan Elo beres. Mereka langsung difoto dan dapat lembar bukti pengantar pembayaran/pemgambilan. Eh ya, sempat drama singkat karena Elo menolak difoto. Setelah dibujuk-bujuk dan dikasih permen, baru deh dia mau menghadap kamera (sigh...permeeeen :D). Sementara Ale, dia takjub dengan proses pemindaian sidik jari dan terus membahasnya dalam perjalanan pulang. Bersyukur Elo nggak drama kepengin diambil sidik jarinya juga. Karena dia masih balita, jadi nggak perlu dipindai sidik jarinya.

Berkas dua bocah beres, tapi emaknya belum. Apa yang diperkirakan BJ terjadi. Butuh akta lahir atau ijazah terakhir, atau lebih baik lagi bila ada keduanya. Kata ibu petugas, di akta pernikahan sipilku, nggak tercantum keterangan tempat tanggal lahir (TTL). Lha padahal di akta nikah dari gereja tercantum TTL-nya. Toh, ibu petugas tetap mensyaratkan akta/ijazah. Kalau mau lanjut urus hari itu, kopi akta dan atau ijazah ditunggu maksimal pukul 11.00.

Wedewwww.... BJ tampak kesel (ya wajar lah hahaha). Tapi dia langsung gercep telepon emak. Minta tolong dicarikan berkas akta dan ijazahku. Sementara aku telepon bulikku, minta tolong supaya anaknya (sepupuku) scan/foto berkas dan kirim via WA ke aku. Bersyukur,  tak lama scan akta lahir dan ijazah sampai di nomor WA-ku. Keajaiban internet deeeh. Coba ini terjadi zaman dulu. Mesti nunggu beberapa hari (atau bahkan minggu) menunggu dokumen dikirim lewat pos :D.  (Trimakasih emak, bulik, paklik, sepupu-sepupu, dan....internet ^-^).

Dengan wajah yang masih kesel, BJ memindahkan dokumen dari HP ke laptop lalu ke flashdisk. Coba kalau daku, pasti langsung saja dari WA ke tempat cetak (lewat bluetooth). Menurut BJ, dengan menggunakan flashdisk, dokumenku tidak akan tersimpan di komputer tempat cetak (kecuali mereka niat banget menyalin dokumen-ku :D). Ya sih, hari gini, dokumen penting bisa saja disalahgunakan orang. Beres cetak akta dan ijazah, aku langsung kembali ke ruang pengurusan data. Hanya perlu sedikit bicara-bicara dengan petugas, lalu foto dan pindai sidik jari. Beressss.

Jam di telepon genggamku sudah lewat angka 09.00. Hmmh, coba nggak pakai drama dokumen akta dan ijazah. Jelas sudah selesai dari tadi. Ketika berkas Ale dan Elo beres, jam baru  menunjukkan angka 08.10. Kalau sesuai prosedur, urus paspor itu memang mudah.



Langkah selanjutnya adalah membayar. Saat keluar dari ruang wawancara aku melihat poster bertuliskan nama-nama bank yang menerima pembayaran paspor (bank persepsi). Aku nggak ingat jumlah nama bank yang tertera di poster. Tapi dari google, aku dapat angka 78 bank persepsi. Waaah... banyak pilihannya yaa. Tinggal sesuaikan dengan rekening yang kita punya. Batas pembayaran paspor adalah tujuh hari setelah pengurusan berkas.  Malamnya aku browsing cara pembayaran paspor via klikBCA dan langsung aku kerjakan. Hhhm...nggak perlu bawa-bawa uang cash dan antre di bank.

bayar paspor via ATM dan klik-BCA


Sekarang ini, tinggal menunggu paspor kami jadi. Semoga pengambilan paspor lancar jaya tanpa kendala. Saat ini pembuatan paspor sedang terkendala sistem error. Nggak mungkin paspor selesai tiga hari setelah pembayaran. Info ini sudah aku baca di IG sih. Jadi, ibu staf kemarin bilang untuk amannya, ambil paspor setelah tanggal 20 Juli. Fiuuh, lama juga yaaaa... Bersyukurnya nggak buru-buru mau pergi. Coba kalau dikejar waktu, pasti harap-harap cemas. Semoga sistemnya segera beres.

29 komentar untuk "Pengalaman Membuat Paspor di Kantor Imigrasi Kelas 1 Medan"

  1. Aku juga baru saja nemani anakku bikin paspor tgl 27 juni, dan memang katanya jadinya lama karena sistem error, 2 minggu lagi baru diminta datang lagi.
    Bikin paspor sekarang nggak ribet ya, dan aku baru tau kalo udah nggak boleh daftar manual, harus online dulu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi mungkin kebijakan tiap kantor beda-beda (atau belum serempak) ya mbak? baca2 pengalaman orang, masih ada kantor yang melayani manual

      Hapus
  2. Sekarang daftar paspor gampil ya Mak.
    Aku juga pengin daftarin anakku.
    Siapa tahu habis gini dapat rezeki ngetrip sekeluarga aaamiiiin
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
    Balasan
    1. ikut meng-AMIN-kan sepenuh hati mbak nurul :)

      Hapus
  3. Ini warning buatku dan suami yang hobi banget nunda di detik terakhir. Padahal kalau sesuai prosedur kan lumayan lama ya .. ngurus ini itu, belum seandainya ada data yang ketinggalan.. wedeeww...

    Ini canggih loh, kalah dengan Tangerang yang kadang masih suka delay entah karena apa. Semoga sekarang semua udah kayak gini ya.

    Usul buat pemerintah, sediakan warnet di dekat situ untuk para manula yang jarang ngerti prosedur online. Kasihan kalo kudu balik lagi ke rumah kan?

    Daftar online memudahkan memang, tapi sayang ga semua ngerti

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau di sini, di sekitar kantor memang ada warnet. tapi pasti akan lebih baik kalau ada komputer imigrasi yang bisa diakses pengunjung ya mbak tanti

      Hapus
  4. Sekarang udah mudah ya ngurus kayak gini. Mdh2an semua urusannya lancar ya mbaaa. Medan Jogja malah lebih mahal ya tiketnya.. hmm >.<

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mbak ucig. hiya, tiketnya lebih mahal ke jogja drpd ke KL/Sing..tapi makannya ya lebih murah di jogja lah hahaha

      Hapus
  5. Berkat internet memang jadi lebih mudah ya, Mbak. Bisa daftar online dulu sebelum buat pasport. Bahkan bisa memudahkan bila ada kekurangan dokumen, tinggal di foto lalu dikirmkan lewat WA, deh!

    BalasHapus
    Balasan
    1. makanya nggak lupa : terima kasih internet hahaha

      Hapus
  6. Pengen perpanjanng paspor yang sudah lama mati, siapa tahu ada rezeki bisa ke luar negeri, semoga ada rezekinya aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. ikut mengaminkan dengan sungguh-sungguh mbak dew-dew :)

      Hapus
  7. Tak ingat-ingat nih, Mbak. Harus bawa akte kelahiran dan ijasah kalau mau urus paspor. Tak pikir ya bisa salah satu diantara akte, ijasah atau surat nikah. Terima kasih sudah berbagi pengalamannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya pun mikirnya begitu mbak ugik. tp mungkin kalau muslim mmg bisa pakai buku nikah aja kali ya, karena TTLnya tercantum di situ:)

      Hapus
  8. Abis ini kufu perpanjang paspor nih aku sekeluarga. Cuma ya gitu kalau di sini lebih cepet daftar lewat wa itupun hari minggu buat daftar senin (seminggu ke depan). Entah kenapa

    Kalau lewat aplikasi lamaaaaaa dapetnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. ternyata memang beda-beda ya mak echa . selamat memperpanjang :)

      Hapus
  9. Jd keinget belum nulis pengalaman bikin paspor haha. Kami bikin tahun lalu dan betul sama blm tau mau ke mana. Kali tiba2 ada rezeki bisa jalan ke negeri seberang jauh hihihi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadi belum dipakai buat melancong mbak? haha pokoknya bikin aja dulu..itu salah satu affirmasi dari keinginan jalan-jalan ya kan?

      Hapus
  10. Ternyata nggak ribet ya prosesnya. Jadi pengen bikin paspor juga, walau belum tahu kapan ke luar negerinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga belum tahu mbak..pokoknya bikin aja dulu. mana tau ada berkat dadakan kayak ponakan saya ya kan (ngarep hahaha)

      Hapus
  11. Kemarin April aku perpanjang paspor anak2 dan smaa ribetnya kayak bikin baru. Soalnya kudu bawa akte asli padahal akte anak ku yg nomor dua di sekolh huhuhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah...padahal ada dokumen lainnya mak?

      Hapus
  12. wah aku baru tahu sekarang ada antrian online. Moga nggak ribet pas mau perpanjangan besok

    BalasHapus
  13. Lengkap nih pembahasannya bakalan berguna banget buat warga Medan yang mau bikin passport. Semoga kesempatan jalan-jalan ke LN segera terwujud ya kak

    BalasHapus
  14. Internet bikin segalanya jadi lebih mudah termasuk bikin paspor ya Mbak. Setelah paspornya jadi, udah punya list mau kemana aja Mbak ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. listnya yang deket dulu aja mbak..Mal atau Sing hihihi..selanjutnya atur nanti hihihi

      Hapus
  15. Sistem.migrasi tuh up and down terus sering gonta ganti pula.. Sesuai namanya sering migrasi data wkwkw.. Makanya kudu ditanya langsung ke kanim terkait untuk syarat terkini pembuatan paspor

    BalasHapus
    Balasan
    1. jdnya enak kalau media sosial mereka berfungsi ya..ga harus datang, bisa tanya via medsos :)

      Hapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)