THR Buat Apa?


pic by pixabay (edited)


Lebaran tinggal beberapa hari lagi. Para pekerja sudah pada terima tunjangan hari raya alias THR dong ya? Yang tidak terima THR, semoga dapat tambahan biaya lebaran dari saluran yang lain. Apalagi kalau tidak terima THR karena sekarang justru jatahnya harus kasih THR. Semoga digantikan berkali lipat dari yang diberikan. Amiin.


Tulisan ini nggak akan kasih tips tentang pengelolaan THR. Justru tulisan ini adalah hasil dari baca-baca tips mengelola THR. Tips umum yang saya baca dalam alokasi dana THR  adalah : (1) zakat/infaq, (2) konsumsi (tak harus berarti makanan, tapi benda/kegiatan apapun yang sifatnya menghabiskan uang misalnya untuk biaya rekreasi), dan (3) investasi.  

Temen-temen sudah bikin alokasi dana THR belum? Atau malah sudah habis buat belanja persiapan Lebaran? ^-^

Sebagai emak-emak rumah tangga, saya nggak dapat THR dari perusahaan. THR-nya ya dari suami (BJ) yang dapat dari perusahaan tempat doski bekerja. Di tempat BJ kerja, seperti lazimnya perusahaan-perusahaan lain di Indonesia, pemberian THR adalah menjelang hari raya Idul Fitri. 

Tapi pemberian THR itu nggak melulu saat Idul Fitri lho. Saat tinggal di Pematangsiantar, saya punya tetangga yang THR-nya diberikan berdasarkan agama. THR untuk karyawan muslim diberikan menjelang Lebaran. Sementara, untuk karyawan Kristiani, THR diberikan menjelang Natal. Entah deh kalau karyawan yang agama selain Islam dan Kristen/Katolik. Apakah diberikan sesuai hari rayanya atau dipersilakan memilih antara Lebaran atau Natal. 

Beda lagi tempat kerja saya dulu. Karena banyak juga karyawan yang kristiani, THR diberikan dua kali yakni menjelang Idul Fitri dan sebelum Natal. Semua karyawan diberi THR dua kali tanpa membedakan agama. Wiiii...terdengar sedap ya kan? Tapi seingat saya sih, bukan berarti dua kali THR penuh. Melainkan besaran THR yang sudah ditetapkan perusahaan dibagi dalam dua kali pemberian.


Tiap kali terima THR yang hanya setahun sekali ini, pak suami nyaris selalu "mengeluh" soal potongan pajaknya. Haha, "keluhan" itu seperti sudah auto karena persentase potongan pajaknya memang terasa. Tapi balik lagi, sudah bersyukur banget dapat THR (makanya kata mengeluh pakai tanda kutip). Lupakan jumlah potongan pajak. Semoga, si pajak benar-benar bisa memberikan manfaat bagi pembangunan. (Eaaaaa kayak bayar pajak miliaran aja ya kan).

Berhubung nggak merayakan Idul Fitri (lebih tepatnya karena tak lagi tinggal di kampung halaman), jadi memang nggak merasa wajib butuh belanja ini-itu buat persiapan Lebaran. Baju-baju, kue-kue, bahan masakan, pernik-pernik dekorasi rumah.... itu semua nggak ada di daftar rencana. Apalagi sebagai warga pendatang dan tinggal di kompleks yang masih baru, kayaknya juga bakalan nggak ada yang datang ke rumah. Malahan kami yang bakalan datang silaturahmi ke rumah-rumah orang :)

THR aman dong, bisa buat hepi-hepi atau investasi. 

Ihiiiiirr.. maunyaaa siih. Tapi ternyata tidak bisa demikian. Alih-alih  THR aman sentosa, ternyata kami harus benar-benar harus menyusun skala prioritas, bahkan tutup mata untuk beberapa keinginan. Kalau tanpa prioritas, bisa-bisa THR habis begitu saja. Saat dapat uang dalam jumlah yang lebih dari biasanya, memang gampang jadi tergoda menggunakannya untuk ini-itu. Lalu, tahu-tahu uang amblas seolah tak berbekas.

Nah, berikut rancangan penggunaan THR kami tahun ini. Nggak bakalan panjang sih list-nya hahaha.

1. Persembahan 

Kalau dalam agama Islam ada istilah zakat, infaq, dan sadaqah, maka di Kristen ada persembahan. Kalau spesifik menyebut jumlah, ada namanya persembahan persepuluhan. Selaras makna harfiahnya berarti sepersepuluh dari jumlah keseluruhan. Tapi jujur, saya tidak punya cukup kapasitas untuk secara detail menjelaskan tentang persepuluhan ini. Apalagi soal persembahan/menyisihkan berkat itu buat saya adalah perkara yang sangat pribadi. Intinya adalah menyisihkan sebagian berkat untuk tidak dipakai sendiri. Sebenernya nggak kepengin menuliskan poin ini dengan alasan cukup diri sendiri dan Tuhan yang tahu urusan ini. Tapi setelah menimbang-nimbang akhirnya tetap saya tuliskan. 

2. Biaya mudik

Alokasi utama THR tahun ini adalah untuk biaya mudik. Tapi bukan mudik Lebaran ini, melainkan mudik Natal, Desember nanti. Memang masih relatif lama. Tapi dari kemarin-kemarin sudah intip-intip harga tiket pesawat Medan - Jogja (yang meski sudah turun tetap terasa mahal). Masih berharap dapat harga tiket yang lebih murah lagi ^-^.

Karena kami beragama Kristen, mungkin orang juga akan maklum kalau kami nggak mudik Lebaran. Tapi sesungguhnya, kami pengen loh bisa mudik saat Lebaran. Kami memang nggak merayakan Idul Fitri dalam dimensi religiusitas. Tapi kami sudah biasa turut merayakan Idul Fitri dalam dimensi sosial. Di kampung saya di Temanggung sana, adalah hal biasa bagi jemaat Kristen untuk ikut serta dalam kebiasaan Lebaran, seperti menyediakan masakan khusus juga kue-kue, berkunjung ke tempat saudara/tetangga, dan sebaliknya menerima kunjungan dari keluarga/tetangga. Intinya kami turut dalam kebiasaan-kebiasaan Lebaran kecuali shalat Ied. Makanya kalau masih tinggal di kampung, THR pasti beneran bakalan terpakai untuk persiapan Lebaran.

Lebaran adalah moment yang tepat untuk bertemu keluarga dalam sekup yang lebih besar. Di keluarga besar saya memang banyak yang kristiani, tapi banyak juga yang beragama Islam. Karena berkunjung-kunjung (atau dikunjungi) saat suasana lebaran itu beda dengan hari biasa. Makanya, nggak bisa mudik saat Lebaran itu sebenernya agak sedih juga.  

Tapi bagaimana lagi, mudik lintas pulau itu enggak murah. Apalagi setelah belakangan harga tiket pesawat melambung tinggi. Padahal, cuti BJ terbatas sehingga satu-satunya moda transportasi yang memungkinkan adalah naik pesawat (dengan kebutuhan dua tiket dewasa dan dua tiket anak PP). Menilik kemampuan finansial, kami harus memilih, mudik Lebaran atau Natal. Kalau pilih mudik Lebaran, berarti Natal nggak pulang. Sebaliknya kalau  Lebaran mudik, Natal tetap di Medan. Pernah suatu kali, dalam setahun kami pulang lebaran dan natal. Coba saat itu sudah bikin APBK (Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga), pasti langsung nampak babak belurnya keuangan wkwkwkwk.


3. Investasi

Poin ini juga wajib saya alokasikan. Caranya ya dengan tutup mata untuk keinginan-keinginan konsumtif. Misalnya, dari lama sudah sering intip-intip tipi layar datar buat menggantikan tipi tabung yang kami beli di tahun pertama pernikahan (jadi usia tipi bodi gemuk ini udah mau satu dekade). Dari kemarin-kemarin juga sudah mengandai-andai THR buat beli tivi. Eh tapi si tivi tabung masih bisa dipakai kok. 

Untuk investasi, sudah beberapa waktu ini saya menjadikan saham sebagai sarana investasi keluarga. Dan beberapa waktu belakangan ini, banyak harga saham kualitas bagus yang harganya masih terhitung "diskon". Uwuwuuuu, sangat menggoda buat dibeli. Tapi karena dana terbatas, bisanya beli satu lot dua lot. Yang penting, ada yang disisihkan untuk menabung.

Udah segitu aja list penggunaan dana THR kami. Bener kan, list-nya enggak panjang hehehe. Bahkan singkat sekale. Maunya sih bisa bikin list yang panjang kali lebar kali tinggi. Tapi kemauan dibatasi persediaan. Ini pun sudah bersyukurrrr banget daripada nggak ada sama sekali.

Salam

  

  















1 komentar untuk "THR Buat Apa?"

  1. Di kantor cabang Manado yang mayoritas non muslim THR-nya dikasih pas natalan tapi kalau yang cabang Bali pas galungan apa ya aku lupa hahaha kalau aku di Cimahi ya pas lebaran mba jadi kantorku sih fleksibel gitu kasih THR-nya :)

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)