Gendongan Anti Pegal (2)


pic : Nest-Batik (www.bukalapak.com)


Nyambung postingan sebelumnya tentang gendongan. Kali ini aku mau menulis tentang gendongan sepanjang masa, yakni jarit. Semua emak-emak di Indonesia Raya ini pasti tahu apa itu jarit. Kalaupun tidak “semua”, sebagian besar emak-emak pasti tahu apa itu jarit. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jarit adalah kain batik panjang. Dalam dunia emak-emak, jarit biasa digunakan untuk menggendong bayi/anak.


Adakah varian istilah lokal untuk jarit? Sungguh aku senang sekali kalau ada yang mau berbagi pengetahuan di kolom komentar. Yang aku tahu cuma sedikit. Yakni, sebagian orang menyebut jarit sebagai jarik (beda huruf t dengan k).  Di sini, aku pilih pakai istilah jarit yang sesuai dengan KBBI. Padahal, kalau di Bahasa Jawa, konon jarik itu salah satu kerata basa/jarwa dhosok, yakni jarik = aja gampang serik (jangan mudah sakit hati). Hhhmh..bertahun-tahun pakai, aku baru tahu kalau kata jarik itu bisa punya makna bijak begini hihihi.

Beda lagi saat lahiran Ale di Karo, Sumatera Utara, aku mengenal istilah “kain panjang.” Saat itu, aku mendapat cukup banyak bingkisan kain panjang. Sebab, nyaris semua orang yang datang menengok bayi Ale membawa bingkisan kain panjang. Sepertinya, kain panjang adalah benda wajib untuk dibawa saat menengok bayi. Aku yang warga pendatang baru saja dapat setumpuk kain panjang. Bagaimana kalau warga asli yaaa?

Tapi, kain-kain panjang bingkisan tersebut rupanya kalah panjang dengan jarit dari emak dan ibu mertua dari Jawa. Alih-alih untuk menggendong, kain-kain panjang bingkisan itu jadinya malah terpakai untuk fungsi lain, yakni aku jahit jadi taplak meja, celemek masak, dan lain sebagainya.

Yuhuu, jarit memang multi fungsi. Buat si bayi, kalau lagi nggak dipakai menggendong, jarit bisa jadi selimut. Buat emaknya, jarit bisa diikatkan di pinggang sebagai pelapis bawahan, atau penutup kaki saat posisi selonjor (kalau pas ada acara yang lesehan), atau dililitkan di kepala saat cuaca panas. Mencuci, mengeringkan, dan menyetrikanya juga gampang.

Maka itu, dua kali punya bayi, aku lebih sering menggunakan jarit daripada gendongan lain. Tapi masalahnya satu : gendongan jarit itu bikin pegel punggung. Penyebabnya adalah cara pakai gendongan yang mesti dibundel-undel di bagian punggung. Cuma itu cara pakai jarit yang aku tahu dari zaman dulu. Kalau durasi menggendongnya sebentar sih nyaman-nyaman saja. Tapi begitu menggendong dalam waktu cukup lama, bundelan kain itu menekan punggung dan jadi pegaaaal. Di saat pegal seperti itu, balsem dan koyo jadi bala bantuan (suami nggak telaten kalau diminta pijit sih hihihi).

Berhubung kurang inovatif, saat itu aku terima saja nasib punggung pegal kalau pakai jarit. Alih-alih cari cara mengikat anti pegal, solusi yang aku ambil adalah pakai gendongan jenis lain hehehe. Entah deh, meski sering berkunjung ke situs-situs parenting dan emak-emak, kok ya saat itu enggak ketemu artikel tips-trik soal gendongan.

Sampai suatu hari, aku ketemu postingan tentang gendong jarit di salah satu grup blogger. Baca artikelnya dan lihat gambarnya, masih belum terlalu ngeh bagaimana sih caranya. Lalu, lanjut deh cari-cari videonya. Omaaaak, ternyata cukup banyak video soal gendong jarit anti pegal ini.  Waktu itu, baru ngeh juga kalau soal gendongan sampai ada komunitasnya. Terasa betul kalau aku adalah emak-emak yang kurang info. LOL.

pic tutorial simpul jangkar by Nurhayati_khasanah

Kunci menggendong anti pegal pakai jarit ini adalah pemakaian simpul jangkar. Berbeda dengan cara menggendong yang aku tahu, yang simpulnya diundel-undel di punggung, simpul jangkar ini diterapkan di bagian depan (dekat dada penggendong).  Dengan cara ini, tak ada lagi undelan kain yang menekan punggung. Bahkan, di bagian punggung, kain jarit bisa dilebarkan seperti pada pemakaian baby wrap.

Beneran lhooo, dengan trik ini, gendong pakai jarit jadi enggak pegal di punggung. Ironisnya, trik ini baru aku tahu saat menjelang pensiun dari urusan gendong-menggendong. Hanya beberapa bulan saja aku bisa “mengamalkan” ilmu gendong jarit anti pegal ini. Sekarang, si bungsu Elo sudah besar, sudah nggak minta gendong lagi kecuali kondisi tertentu. 


Jadi, nggak ada salahnya dong kalau sekarang aku “amalkan” ilmunya via blog ini. Sebagai ucapan terima kasih buat emak-emak (entah siapa saja) yang sudah aku baca blognya maupun tonton videonya. Soalnya, kalau aku lihat, masih banyak emak-emak pengguna gendongan jarit yang belum pakai simpul jangkar ini. 

Semula aku mau bikin foto dan video tutorial sendiri (ecek-eceknya ikutan bikin video tutorial). Tapi ternyata si bocah nggak mau diajak kerja-sama. Yo wis, pinjam foto dan video yang ada di internet sajah. Sekalian, selain video tutorial penggunaan oleh Tutorial TV (video pertama), juga aku sertakan video "kesalahan umum penggunaan simpul jangkar dan cara mengatasinya" dari kanal Gendongan Geek (video kedua). Izin pakai videonya yaah 💓💓💓💓






3 komentar untuk "Gendongan Anti Pegal (2)"

  1. Setuju banget, arit emang gendongan sepanjang masa. Dari dulu suka pakai ini, hahaha.

    BalasHapus
  2. Ternyata selama ini aku salah makainya, hahaha. Pantes di punggug rasanya pegal kalau kelamaan gendong.

    BalasHapus
  3. Ternyata yang bikin pegel karena cara taroh simpuolnya salah, hmm baru tahu. Makasih infonya Mba.

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)