[Mengatasi Ketakutan Kecil #2] Cacing


 


Hasil gambar untuk cacing kartun
Gambar : www.pixabay.com, kalau cacingnya lucu gini mah, enggak bikin takut ya ^-^



Kalau di tulisan sebelumnya, saya cerita tentang mengatasiketakutan terhadap belut, sekarang saya berbagi tentang cacing.

Siapa takut pada cacing? Berbahagialah, kalau temen-temen tidak pernah mengalami ketakutan pada satu mahluk ini. Sebab, saya pernah begitu takut pada cacing sampai-sampai agak-agak parno masuk kamar mandi. Kok kamar mandi? Haha iya, soalnya,  sering ketemu cacing di kamar mandi rumah yang kami tempati saat itu.

Kalau dirunut ke belakang. Ketakutan saya pada cacing adalah hal yang aneh. Ini ketakutan yang tidak tiba-tiba. Saya lahir dan tumbuh di lingkungan agraris tradisional, suasana kehidupan yang tidak asing dengan mahluk bernama cacing. Tempat bermain masa kecil saya adalah halaman tanah, sawah, ladang, selokan,.... semuanya adalah ekosistem bagi cacing. Tidak jarang kok saya berjumpa cacing.  Tapi tak ada ingatan di mana saya ketakutan karenanya.


Mungkin, (ini mungkin ya – karena saya tidak punya ingatan khusus tentang ini) pada saat itu, saya dan teman-teman pernah bermain-main dengan cacing. Entah mencuthik cacing menggunakan ranting kecil, atau membiarkan cacing menggelinjang di debu panas. Hal-hal seperti itu mungkin saja dilakukan dalam kerangka keisengan anak-anak kampung. Keisengan yang tidak hewaniawi (kalau buat manusia kan manusiawi hehehe)

Bahkan, tak hanya “bersekolah alam” di lingkungan agraris, pendidikan formal saya juga berlabel pertanian.  Sekolah kejuruan jurusan pertanian lalu lanjut ke fakultas pertanian. Iyaa siih, program studi yang saya pilih sama-sama off-farm. Saat sekolah menengah, saya memilih program teknologi hasil pertanian yang belajarnya berkutat di laboratorium, bukan di lahan. Lanjut kuliah ke program studi penyuluhan pertanian yang lebih banyak belajar ilmu sosial pertanian di kelas. Kalaupun praktik, bukan di lahan, tapi berhubungan dengan orang-orang (petani dan stakeholder-nya). Ya sih, sempat dapat praktikum on-farm, tapi hanya di semester awal. Itu pun, kayaknya nggak ketemu cacing deh :D

Lalu, darimana ketakutan pada cacing ini bermula?

Menulis ini membuat saya membuat hipotesis. Mungkin kengerian pada cacing itu dikarenakan pertemuan yang tidak pada tempatnya. Ketemu cacing di lumpur sawah, jelas bukan hal aneh. Atau sekalian ketemu cacing di peternakan cacing, ya memang itu tempatnya. Setidaknya, sadar tidak sadar, mental kita sudah mempersiapkan diri.
Tapi bagaimana kalau ketemu cacing di kamar mandi?

Saat itu, saya dan suami baru saja tinggal bersama setelah sebelumnya kami menjalani long distance marriage. Kami mengontrak rumah di sebuah perumahan di Kota Kabanjahe, Tanah Karo. Tahun 2009, jumlah komplek perumahan di Kabanjahe masih terbilang sedikit. Suami dapat kontrakan di daerah kota, dekat kantor bupati Tanah Karo. Rumah-rumahnya sih lumayan-lah, tapi sepertinya sistem drainase di situ tidaklah bagus. 

Masih lumayan di blok kami, kalau hujan deras, air tidak masuk rumah. Di blok satunya, posisi lantai rumah lebih rendah daripada jalan, sehingga air akan mengalir ke rumah. Maka itu, di blok sebelah, pintu-pintu depan diberi tambahan tanggul semen, untuk penghalang air.

Kalau di kontrakan kami, air memang tak masuk melalui pintu. Tapi air hujan yang belum mengalir ke saluran lebih dulu keluar lewat lubang air kamar mandi. Ishh, pokoknya kalau  hujan lebat gitu HHC –harap-harap-cemas deh. Takut air dari kamar mandi meluber sampai luar. Ini terutama untuk kamar mandi yang ada di kamar, karena pintu kamar mandi kamar tidak ada tambahan tanggul.

Mungkin si cacing-cacing itu hidup di saluran pembuangan. Jadi tiap hujan deras, mereka terganggu. Belakangan saya baru hafal, kalau habis hujan, hati-hati deh, cacing pada keluar kandang dan berekspansi ke kamar mandi :D. Tapi hafal pertanda itu kan belakangan. Saat belum hafal itulah episode ketakutan-pada-cacing dimulai. 

Hasil gambar untuk cacing di kamar mandi
Gambar : m2.bantushare.xyz, dulu pernah juga kejadian cacing masuk bak air seperti ini :(

Masuk kamar mandi, harapannya adalah mandi-mandi cantik. Mandi dengan senang sehingga habis mandi badan bersih dan hati riang. Tapi ketenangan ritual privat itu mendadak ambyar gara-gara melihat cacing di lantai kamar mandi. Duuuuh, kaget dan jijik. Itu reaksi spontan saya. Ya sih, saya bukan tipe Obsessive Compulsive Disorder (OCD) soal kebersihan. Tapi tidak OCD bukan berarti jorok. Setidaknya ada standar tidak tertulis bahwa kamar mandi itu semestinya bersih cari mahluk bernama cacing!

Itu kejadian di kamar mandi belakang, yang dekat dapur. Kali lain, kejadian di kamar mandi kamar tidur. Pas malam-malam (maaf) buang air kecil, lihat cacing menempel di dinding kamar mandi. Hadeuuuuuh. Kalau semula (maaf) pipis sambil agak ngantuk-ngantuk, langsung deh ngantuknya berubah jadi takut. Bagaimana kalau cacing itu merambat sampai ke kamar, sampai kasur? Hiiikkks... mana saat itu saya lagi hamil. Walau cacing itu tidak menggigit, tidak bikin gatal, tidak nodong minta uang, tapi tetaaap doong saya takut. 

Beberapa kali ketemu cacing dalam suasana kaget membuat saya trauma dan marah. Tapi marah pada cacing, nggak fungsi banget kan.. Saya marah-marah sampai meracau pun, mereka adem-ayem saja tinggal di saluran pembuangan dan keluar tiap habis hujan. Marah sama kondisi perumahan juga percuma. 

Pernah ada masa-masa setiap mau ke kamar mandi, saya mesti periksa dulu seantero dinding dan lantai. Tak cukup melihat dengan penerangan lampu kamar mandi, tapi sampai pakai senter!  Selama mandi atau (maaf) buang air pun rasanya tak tenang. Takut tiba-tiba si hewan melata itu merambat keluar. Saat itu, kalau lihat cacing, langsung deh cepat-cepat selesaikan mandi atau (maaf) buang hajat. Dan pasti keluar mandi dengan adrenalin tinggi.

Puji Tuhan, dalam kepanikan itu saya nggak pernah kepleset dan jatuh. Kalau ada apa-apa, bisa berabe karena suami sering kerja keluar kota atau pulang malam. Situasi sepele (tapi serius) itu sering harus saya hadapi sendiri. Lagian, kalau pas ada suami, kadang juga ditanggapinya “sepele” :  segitunya takut sama cacing. Huhuhu... bumil merana deh :D

Sampai akhirnya kamar mandi di kamar tidur akhirnya tidak saya fungsikan. Saluran pembuangan air saya tutup supaya cacing dan air tak bisa keluar. Daripada tidur nggak nyenyak gara-gara membayangkan kemungkinan cacing merambat ke kamar?

Lama-lama, tersiksa juga dengan ketakutan yang tidak rasional ini. Kalau takut sama ular, itu kan masih rasional. Karena ular bisa menggigit, mengeluarkan bisa, dan mengakibatkan kematian. Atau takut pada macan, itu juga rasional. Karena macan yang sudah jinak pun, secara tak terduga bisa saja menjadi agresif dan menyerang.

Tapi cacing? Ini hewan bisa apa dalam hal melukai manusia? Iya siih, cacing bisa bikin manusia menderita melalui beberapa jenis penyakit yang diakibatkannya.  Tapi perlu proses bagaimana si telur cacing masuk tubuh lalu berkembang biak di situ. Tidak serta merta bikin sakit seperti kalau dipatuk ular.

Sekian waktu saya bergumul dengan rasio versus takut-tanpa-rasio ini. Sampai saya mengambil keputusan, saya nggak boleh kalah sama cacing! Hahaha, keputusan apa-lah ini. Tapi buat saya monumental banget loh. Memang, bukan berarti sejak saat itu saya langsung berani sama cacing. Tapi setidaknya, saya berjanji untuk tidak panik kalau lihat cacing di kamar mandi.  Karena panik itu tidak menolong apapun. Tiap mau panik, tarik nafaaaas dalam-dalam dan yakinkan diri, cacing bukan hewan berbahaya!

Untuk berjaga-jaga, saya sediakan garam dalam wadah khusus di kamar mandi. Kalau ada cacing, nggak perlu lari ke dapur untuk ambil garam. Kalau cacing bandel tak hanyut saat disiram, bisa deh langsung ambil garam di TKP (tempat kejadian peristiwa). Rasanya nggak tega juga sih, lihat cacing mogel-mogel kesakitan kena garam. Tapi barangkali dalam hal ini sedang berlaku hukum survival of the fittest hahaha

Memang sih sebagai bumil, bagaimanapun ada juga rasa khawatir karena melakukan kekejaman pada mahluk hidup lain. Tapii, saya yakinkan diri bahwa niat hati bukan kejam karena main-main atau untuk kepuasan. Saya lakukan itu karena ketakutan. Yayaya,...ini debatable yaaa hehehe. Tapi, waktu itu, langkah itulah yang bisa saya kerjakan.

Langkah lain, ketika saya periksa kamar mandi  dan mendapati cacing, saya tak langsung menyiramnya. Saya lihat cacing itu lama-lama. Juga saya cuthik-cuthik pakai lidi, semata-mata untuk meyakinkan diri, bahwa cacing bukan hewan berbahaya. Hihihi, lucu-lah kalau diingat-ingat.

Sekarang, juga bukan berarti saya sudah menjadi sosok-anti-takut sama cacing sih. Masih kaget juga kalau ketemu-cacing-tidak-pada-tempatnya. Seperti beberapa minggu lalu, tumbeeen ada cacing nyelonong sampai kamar mandi. Walau sebelah tempat tinggal kami sekarang adalah kebun, tapi jarang sekali cacing dari kebun melanggar teritori :D. Tapi setidaknya, belajar dari pengalaman lampau, kekagetan tak berlanjut kepanikan.

Tapi, walau punya hubungan yang tak bagus, sepertinya saya saya tak boleh membenci cacing. Bagi saya, dia telah menjadi sparring partner yang baik dalam pelajaran-melawan-ketakutan. 

Salam
LSD

 

5 komentar untuk "[Mengatasi Ketakutan Kecil #2] Cacing"

  1. Mungkin lebih tepatnya bukan tkut tapi geli ya mbak Lisda. Saya juga begitu. Apalagi pas musim hujan gini, banyak cacing keluar tanah dan masuk rumah. Tahu-tahu waktu bangun tidur si cacing udah di teras atau ruang tamu hehe, saya langsung teriak panggil suami deh :)

    BalasHapus
  2. Mungkin iya mbak anjar. Tapi itu lho pernah ada masa-masanya saya jadi parno tiap mau ke kamar mandi. Pakai senter2 segala buat memastikan tak ada cacing di situ :D

    BalasHapus
  3. Saya sependapat dengan mbak Anjar Sundari, bukan takut tp lebih tepatnya GELI :)

    Memang kebanyakan perempuan pada takut (geli) dengan hewan tanah yg satu ini, ya mungkin karena bentuknya kali ya..?!

    Kalah saya sich, Alhamdulilah tidak takut ataupun geli, bagi saya cacing sudah jadi mainan barangkali..hehe

    Karena cacing sering dijadikan umpan saat mancing, dan kebetulan saya juga hobi memancing..jadi no problem lah :)

    BalasHapus
  4. waaah mbak, kalo aku ampe skr masih takuuuuut ama yg namanya cacing.. tapi sbnrnya aku takut ama semua hewan yg jalan pake perut begini -__-.. Kalo cacing mungkin aku takutnya krn dari dulu dikasih tau kalo beberpa cacing itu bisa masuk lwt kulit.. sejak itu aku ga berani deket2 ama cacing krn mikirnya gimana kalo sampe tuh hewan masuk k badan lewat kulit dan aku jd cacingaannnn :O Agghh seraaamm...

    Di kamar mandi rumah di jakarta sih jrg ya nemuin cacing, pernah sekali doang... tapi di rumah nenekku di sibolga, pernah dong ada cacing gede di lantai nyaaa, dan aku lgs jejeritan ga karuan dan minta pindah nginep ;p Akhirnya dibujukin papi kalo memang takut mandi di kamar mandinya, ya udah, mandi di tempat terbuka di halaman belakang tapi pake nimba sumur :D.. dan aku jelas2 milih itu, daripada ketemu si cacing . Oh iya 1 lg, gara2 cacing juga aku kalo masuk kamar mandi, wajib hukumnya pake sendal jepit ;p.. saking takutnya ga sengaja keinjek cacing ;p

    BalasHapus
  5. Saya geli jijik banget liat cacing udah liat dari jauh aja saya udah ketakutan banget. Dan ini lagi saya takut plus bingung. Kucing saya pup keluar cacing banyak kecil" warna putih dan cacingnya masih hidup. Saya bingung nuangin pasir bekas pupnya diplastik buat dibuang gimana.. karna saya bener" takuttttt sama cacing

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)