![]() |
keterangan gambar di bawah* |
Saat menunggu pesanan mie ayam pangsit disajikan, mataku mengitari dinding rumah makan. Dinding yang cukup “ramai” dengan bermacam tempelan, berbanding terbalik dengan lengangnya rumah makan. Siang itu, dari sekian meja hanya dua yang terisi pembeli. Satu meja tempat kami berempat : aku, suami, dan anak-anak. Di satu meja lagi, ada seorang bapak dan ibu berkerudung.
Salah satu yang mencolok dari tempelan dinding adalah daftar
“nomor-nomor cantik” yang dicantumkan bersama harganya. Selain menjual makanan,
rumah makan ini juga menyediakan nomor perdana dan (mungkin juga) pulsa. Tapi
aku penasaran dengan “nomor cantik.” Hari gini, ketika orang gonta-ganti nomor
telepon seluler demi program promosi, apakah nomor cantik masih dicari? Bisa
jadi masih, aku saja yang tidak tahu tentang ini.