Waspadalah..Waspadalah..


Walau tidak ikut merayakan lebaran secara keagamaan, tapi lebaran selalu mengingatkan akan banyak hal. Terlebih setelah tinggal jauh dari kampung halaman seperti sekarang ini. Bagaimanapun, lebaran selalu menyedot diri pada ingatan akan rumah asal. Kalau di kampung, kami kan ikut lebaran. Ikut silaturahmi sana-sini, ikut sedia kue-kue, ikut masak-masak spesial, sampai ikut acara halal-bilhahal. Bahkan waktu masih anak-anak, selalu ikut beli baju baru buat lebaran. Cuma satu yang nggak ikut : shalat ied... Jadi, walaupun kami keluarga Kristiani, tapi kami selalu ikut merasakan bahkan berpartisipasi dalam kemeriahan lebaran.


Terlebih setelah di Siantar, kami tinggal di lingkungan mayoritas beragama Kristen. Lebaran sepi-sepi saja. Bagaimana nggak teringat dengan lebaran di kampung halaman, ya kan? Tapi kejadian dua tahun lalu menambah satu ingatan pada lebaran, yakni kecurian :D.
Ceritanya, berhubung libur cukup panjang, kami sekeluarga bersama teman-teman gereja libur bareng nyebrang ke Samosir. Rencananya sih satu malam doang. Tapi berhubung waktu sudah banyak tersita untuk antre nyebrang di pelabuhan kapal feri, akhirnya molor jadi dua malam.

(NOTE : pengalaman beberapa kali ke Samosir, kalau ada waktu lain, mending hindari menyebrang ke Samosir saat libur panjang. Antre-nyaaaa dong. Saat lebaran itu, kami sampai di pelabuhan Ajibata sekitar pukul 11.00 dan baru terangkut kapal pukul 19.00. Nah looh...bisa tua di antrean hehehe. Dan kejadiannya selalu begitu tiap libur panjang. Soalnya, meski frekuensi penyebrangan sudah ditambah, tapi jumlah mobil penyebrang kan melonjak tajam. Jadi tetap saja antre panjang).

Kembali ke cerita kecurian :

Kami sih pergi tanpa firasat apa-apa. Hehehe, tahunya firasat kalau sudah kejadian kan? Toh biasanya pergi jauh dan lama (kalau pulang ke Jawa), rumah aman-aman saja. Berhubung libur panjang, lingkungan memang sepi. Tapi saat itu, tetangga kiri-kanan standby di rumah. Jadi benar-benar nggak ada kepikiran negatif pergi dari rumah. Saat di Samosir pun, tak ada kepikiran macam-macam soal rumah.

Saat pulang, tiba di rumah pun juga belum terpikir macam-macam. Soalnya, pintu depan dalam kondisi terkunci seperti saat kami berangkat. Masuk ke dalam rumah, kondisi juga sekilas tampak sama. Tak ada yang berubah. Pintu dapur tertutup sama seperti saat kami berangkat. Barang-barang juga tetap pada tempatnya.

Baru mulai sadar ada yang berbeda saat saya ke kamar mandi dan melihat cairan sabun pencuci piring berada di bawah jendela nako dapur. Eh..seingat saya, nggak ada deh naruh sabun di situ. Terus, mata lihat ke pintu samping, tertutup sih, tapi nggak terkunci. Tanpa cek kancing pintu langsung tanya sama pak suami : “Ayah, tadi sudah buka pintu samping ya?”

“Nggak, tadi ke kamar mandi saja,” jawab suami.

Langsung deeeh... dada mulai dag-dig-dug. “Kok pintu samping sudah nggak terkancing, Yah?”

Suami yang di ruang tengah langsung tanggap dan terpekik. “Laptopkuuuu????!!!”

Tak perlu menunggu lama, kami langsung cek segala macam. Daaaaan....lemas!!!

Kancing pintu dapur dan samping yang tidak terlalu kuat sudah dijugil sama pencuri. Memang kedua pintu itu hanya memiliki kancing (bukan kunci), pun bukan kancing yang kuat. Jadi si pencuri mudah saja membongkarnya. Ya sudah deeh...beberapa barang lenyap, yakni barang-barang yang mudah diangkut, seperti  laptop, tablet, kamera, HP, dan beberapa printhilan...

Printer, TV, DVD, tape recorder, sepeda motor, dan benda elektronik lainnya aman. Lemari juga sama sekali nggak diacak-acak.. Ya kalau ngacak-acak lemari juga cuma buang energi karena nggak ada barang berharga di situ. Mungkin pencurinya sudah tahu kali yaaa...hehehe. Atau mungkin tipe pencuri nggak (terlalu) serakah, nggak main “sapu bersih”, tapi ambil secukupnya :D. Atau mungkin menimbang keamanan juga,,,kalau cuma bawa satu tas punggung kan nggak terlalu keliatan kalau barusan nyolong. Hahaha, entahlah... #TertawaGetir

Kemalingan, seberapapun besar nilai materialnya, pasti sudah bikin galau. Terlebih kerugian psikologis karena (sementara waktu) jadi kehilangan rasa aman. Tapi  yang saat itu bikin nyesek banget  adalah karena ada dua laptop yang hilang. Dua-duanya properti kantor suami. Satunya pegangan suami, satunya lagi pegangan teman kerja yang saat itu menginap di tempat kami dan ikut ke Samosir. Data-data pekerjaannya itu loooh... eh ya, sebenarnya pak suami tuh sudah antisipasi simpan data di external harddisk. Tapi namanya juga lagi “ketimpa” ya..si external HD itu juga tersimpan di tas laptop dan ikut dicuri. Ya wis deh..wassalam.

Sekarang, bahkan tak lama sejak kejadian, sudah ikhlas sih. Kalau nggak ikhlas kan malah nggak enak di hati. Yah, pelajaran saja supaya lebih cermat kalau meninggalkan rumah. Sebisa mungkin bikin pengamanan pintu/jendela/celah lain yang memungkinkan. Selebihnya, ya berserah. Namanya juga harta di dunia, mau diamankan seperti apa, ada saja caranya untuk hilang. Mungkin saja malingnya memang bener-bener butuh. Atau kami alpa menyisihkan bagian pihak lain dari rezeki yang kami terima. Entahlah. Percaya saja, setiap kejadian pasti ada hikmahnya.

Naaah...bagi kita semua yang lebaran ini hendak pergi lama meninggalkan rumah, semoga selamat dalam perjalanan pergi hingga pulang kembali. Rumah yang ditinggalkan juga kita temui kembali dalam keadaan aman dan baik. Waspada...itu harus. Tapi jangan sampai kewaspadaan kita bikin paranoid. Badan sudah bergeser ke manaa, tapi pikiran masih ngendon di rumah. Kalau usaha pengamanan sudah kita upayakan maksimal, selebihnya ya hanya bisa berserah toh....

Selamat bepergian...selamat menyambut lebaran...selamat liburan ^-^


 





Posting Komentar untuk "Waspadalah..Waspadalah.."