Serenity Prayer
Selamat Hari Sumpah Pemuda, Teman-Teman...
![]() |
pic : google doodle |
![]() |
pic : www.kochiefrog.com |
Abang Mas Ale
Dulu saya pernah menulis tentang pilihan panggilan sebelum nama. Lupa kapan tepatnya menulis itu. Mungkin saat menjelang Elo lahir atau bahkan sesudahnya. Saat itu saya "merencanakan" awalan panggilan dari adik Elo pada Ale. Perihal beginian kan biasanya ajaran dari orangtua juga yaa.... bagaimana anak memanggil si ini si itu... Biasanya sih disesuaikan dengan urutan umur dan atau silsilah dan satu lagi, kebiasaan/kebudayaan.
Lupa euy.... nulisnya di blog ini atau di blog satunya yang tulisan-tulisan lamanya sudah saya hapus semua, lalu saya ganti dengan tulisan-tulisan baru.
#selain lupa, saya juga tak tergerak untuk mencarinya dengan ngubek-ubek daftar tulisan atau pakai search engine hehehe#
Intinya sih, dulu memilih untuk membiasakan Elo memanggil dengan sebutan "mas" pada Ale, bukannya "abang" seperti kelaziman di Siantar, atau "kakak" sebagai kata yang umum dalam bahasa Indonesia. Kenapa? Alasannya adalah kebiasaan atas dasar kesukuan.... hehehe, meski seringkali merasa "tak lagi terlalu Jawa" (terutama ketika berhadapan dengan aneka adat istiadat), ternyata sisi primordial itu tetap ada ^_^
Sewaktu di Siantar, bahkan juga sekarang di Medan, memanggil dengan sebutan "mas" memang terasa seperti meneguhkan identitas kesukuan. Padahal maunya bukan begitu loh... dengan semangat bhineka tunggal ika, tak semestinya mengedepankan kesukuan ya kan...
Waktu itu saya hanya berpikir, kalau kelak kami balik tinggal di Jawa atau kalau pas kami pulang kampung ke Jawa, pasti jadi aneh kalau Elo memanggil Ale dengan sebutan "bang.." Sok yakin banget bahwa kelak kami akan kembali ke tanah asal (kalau kembali ke tanah -ga pakai asal- sih sudah pasti ya....). Sementara, kalau dipikir-pikir sekarang, kayaknya malah entah kelak kami pulang menetap di kampung asal, entah tidak. Saya dan suami tidak (atau belum?) berani membuat rancangan soal ini.
Kok pilih mas, bukan kang? Di Jawa Tengah kan biasa juga tuh panggilan kang.... iya sih, tapi di lingkungan keluarga kami..terutama yang segenerasi dengan kami, sudah nggak biasa lagi menggunakan sebutan kang.
Kalau kakak? Ini panggilan yang nasional lah ya... teman saya di Wonogiri juga menyebut anak sulungnya yang laki-laki dengan kakak. Tapi ternyata dalam hal sebutan "kakak" saya terpengaruh kebiasaan kesukuan juga. Tapi bukan suku Jawa melainkan suku Batak. Sejauh yang saya tahu dalam interaksi dengan tetangga-tetangga dan teman-teman Batak, kakak dipakai untuk saudara (maupun bukan saudara) perempuan yang lebih tua, laiknya "mbak" dalam bahasa Jawa.
Di sini memanggil dengan sebutan "mas" saja sudah tak biasa. Tetapi memanggil si saudara laki-laki dengan sebutan "kakak", jelas lebih tak biasa, bahkan bisa menimbulkan kebingungan atas jenis kelamin anak ^_^
Dulu, ketika masih tinggal di Tanah Karo, pernah juga ada moment "salah paham" gara-gara sebutan kakak ini. Lupa deh, waktu itu ngobrol apa dan sama siapa. Pokoknya dalam sebuah percakapan, saya menyebut "kakak" dengan maksud saudara tua laki-laki teman ngobrol saya. Dia agak bingung, sampai kemudian dia bilang, "maksudnya si abang?" Ow ow... hiya yaaah...di sini kakak itu lebih spesifik untuk perempuan.
Jadi deh kami membiasakan diri dan akhirnya terbiasa memanggil Ale dengan sebutan mas Ale. Ini terutama kalau lagi ada Elo, maksudnya biar membiasakan dia...
Dan apakah si adek terbiasa memanggil Ale dengan mas Ale?
Kami belum tahu. Soalnya sampai usia dua tahun ini si adek masih belum bicara dengan kalimat. Si adek masih bicara dengan bahasa bayi. Sementara si Ale justru sering menyebut dirinya abang ke si adek. Rupanya dalam hal panggilan ini si Ale lebih terpengaruh lingkungan daripada pembiasaan orangtuanya. Sampai-sampai, terjadi double sebutan ketika beberapa tahun lalu, saat pulang kampung, Ale bermain-main sepupunya (anak kakak saya). Kami mengajari Ale memanggil sepupu ini dengan nama Mas Iel. Tapi rupanya Ale memanggil Iel dengan nama Abang Mas Iel.....^_^
Penasaran juga gimana nanti kalau Elo sudah bisa bicara, dia akan memanggil Ale dengan sebutan mas Ale atau abang Ale atau abang mas Ale ^_^
Kalau ternyata dia memanggil mas, berarti pembiasaan kami berhasil. Tapi kalau ternyata memanggil abang, ya nggak apa-apa sih. Mungkin malah jadi warna Indonesia di keluarga kami.
Eh tapi jadi penasaran loh... apa aja ya variasi panggilan untuk saudara kandung laki-laki dan perempuan di seantero nusantara ini. Terdiri dari buanyak suku dan bahasa, Indonesia pasti kaya soal ini.
Periksa Meteran/Instalasi Listrik Anda (Part 2)
Pic : www.ardikaya.wordpress.com |
Salah satu artikel sharing yang menurut saya cukup mencerahkan ada di sini nih. Si empunya blog, Mas Aswin, menceritakan mamanya yang kena denda Rp 11 juta. Tapi tak berhenti pada bete, Mas Aswin rela bersusah-payah menelusuri dasar hukum P2TL. Bahkan beliau juga sudah bersiap melakukan judicial review atas aturan tersebut. (Namun judicial review batal diajukan karena mama Mas Aswin tak jadi dikenai denda)
m |
pic : indonesia.coconuts.com |
Periksa Meteran/Instalasi Listriknya (Part 1)
m |
pic : indonesia.coconuts.com |
Kangen Upi dan Uti
![]() |
Kiri : Uti (ibu mertua). Kanan : Upi (ibu kandung) |
Uti membuat saya mengerti, bahwa menjadi mertua juga perlu belajar. Persiapan bagi saya yang juga cuma punya anak cowok ^_^. Ada suatu peristiwa yang ternyata sama-sama lekat di ingatan kami berdua. Yakni ketika dulu kami pulang kampung dan ketika balik ke Sumatera Utara, Uti turut serta. Untuk pertama kalinya, saya dan Uti akan bersama dalam waktu lebih lama daripada sekedar pulang kampung yang paling-paling seminggu.
Saat itu, dalam perjalanan saya beranikan menyampaikan sesuatu pada Uti. Kurang lebih begini dalam bahasa Indonesia, "Bu, sekarang ini kita akan tinggal bersama agak lama. Sebelumnya saya minta maaf kalau nanti akan ada hal-hal yang membuat Ibu kurang cocok. Bagaimanapun, Ibu dan saya masing-masing punya kebiasaan yang mungkin berbeda. Semoga kita sama-sama bisa saling menerima."
Haha,.... kalau dipikir-pikir, sebagai menantu kok rada-rada kurang ajar duluan ngomong gitu. Saat itu Uti cuma senyum dan bilang ya. Tapi beberapa tahun kemudian, Uti bilang, perkataan itu sangat mengena di hatinya.
Sesuatu yang terjadi sebagai berkat Tuhan.
Pengalaman Membeli Reksadana Online
pic : www.finansialku.com |
Pengalaman Membeli Reksadana di Bank Mandiri
pic source : www.howmoneyindonesia.com |
Sebenarnya sudah cukup lama menabung reksadana (RD) di Bank Mandiri, tapi baru sekarang menuliskannya. Jadi mungkin sudah informasinya sudah nggak update. Tapi nggak apa-apalah ya... menuliskan berdasarkan pengalaman saat itu saja.