Makasar, Seperti Apa Sih?

satu-satunya foto dengan keyword Makasar yang saya temukan di Pixabay,
yakni di akun tiann-ann
jujur,, saya nggak ngerti ini lokasinya di mana :)



Beberapa hari lalu, saat hujan deras tinggal gerimis, Oom Usman -office boy kantor BJ di Medan-datang ke rumah. (Jika sudah berusia dewasa, apakah sebutan office boy bisa diganti menjadi office man? –serius nanya). Oom Usman datang mengangkut setumpuk  karton bekas bungkus rokok. Kartonnya tebal dan ukurannya besar. Cocok buat packing barang pindahan.

Sebelumnya, BJ memang sudah pesan pada Oom Usman untuk membelikan karton tersebut.  Di Medan, kotak karton rokok seperti ini relatif mudah didapatkan di toko-toko daerah Jalan Dr. Mansyur. Daerah kampus USU, banyak kos-kosan mahasiswa. Mungkin karton besar sudah jadi kebutuhan umum untuk pindahan kos atau balik kampung. Sampai hari ini, karton-karton  itu masih tertumpuk rapi. Setiap kali mata tertuju ke situ, langsung terpikir.... hmmmh, bakalan nggak lama lagi tinggal di sini.


Di satu sisi seneng karena bakalan mengakhiri masa LDF (Long Distance Family) yang sebenernya juga belum terlalu lama sih. Tapi hampir tiap hari, the bocils (seringnya sih si Ale) nanya kapan bisa bareng lagi.  Bocah itu memang “anak ayah” bangeeet.

Di sisi lain, ada rasa mellow...  Perasaan yang selalu hadir tiap kali hendak pindah. Terlebih dalam situasi saat ini. Sehubungan dengan pandemi Covid-19 yang belum juga mereda dan segala sesuatu berjalan di luar kewajaran. Sangat mungkin ada kebijakan-kebijakan yang bisa mengubah rencana. Sejujurnya saya belum membayangkan bagaimana proses kepindahan kami nanti. 

Well, lupakan dulu berbagai kemungkinan. Pikirkan yang bisa dipikirkan 😀. 

FYI, saya belum pernah ke Makasar. Kepergian saya ke bagian timur Indonesia baru sebatas Samarinda dan Balikpapan (ini juga bagian tengah yaa...belum timur). Jadi, bisa dibilang saya blank tentang Makasar. Saya juga nggak punya teman (real)/kerabat di Makasar. Teman real maksudnya teman yang pernah saya kenal langsung di dunia nyata yaaa... 
Bersyukur ada beberapa blogger Makasar yang saya “kenal”. Meski baru sebatas kenal di dunia maya, at least merasa sudah punya kawan hehehe. 

So, pengetahuan saya tentang Makasar (dan Sulawesi Tenggara) sangatlah dangkal. Rasanya baru sebatas informasi dasar plus asumsi  umum(hehehe).  Jadi pengen secara random menuliskan “asumsi dan informasi yang saya tahu tentang Makasar/Sulsel”. 

Note : write without browsing....Pokoknya ini menulis yang ingat saja, jadi please cmiiw (correct me if i am wrong).  Kelak, setelah sekian waktu tinggal di sana, tulisan ini bisa saya baca lagi.  Buat saya tambah list-nya atau  koreksi bagian yang salah hihihi.

Dan ini dia :

  • Makasar adalah ibu kota Sulsel (hahaha, pentiing ditulis, supaya nggak ketuker sama provinsi sebelah-sebelahnya :P)
  • Kota pantai... Hawanya pasti panas. 
  • Sulsel adalah daerah asal mantan Wapres Jusuf Kalla (huhuhu, saya ga hafal, beliau lahir di Makasar-nya atau di daerah kabupaten/kota...sudah janji nggak akan browsing  untuk menulis ini hihihi)
  • Pahlawan nasional yang terkenal adalah Sultan Hasanuddin, Si Ayam Jantan dari Timur (pernah baca pandangan berbeda, yakni Sultan Hasanudin sebenarnya nggak seheroik yang digambarkan buku pelajaran sejarah. Tapi Indonesia ini butuh “pahlawan daerah” sebagai perekat kebangsaan. Well, setelah tinggal di sana mungkin saya bisa mendapatkan lebih banyak perspektif).
  • Ada kerajaan-kerajaan dalam sejarah Sulsel, salah satunya Bone.  Apakah masih ada kerajaan yang aktif seperti Keraton Jogja/Solo? Sepertinya masih ada, tapi mesti browsing untuk memastikan (kembali ke peraturan awal : write without browsing hahaha)
  • Kampus negeri yang terkenal : Universitas Hasanuddin. Nama ini juga tersemat untuk bandar udara-nya.
  • Aktifitas mahasiswa yang sering muncul di media mainstream : tawuran (bad news is a good news masih berlaku). Jadi wajar kalau berita tentang tawuran lebih dapat tempat daripada mahasiswa menang lomba karya ilmiah, misalnya.
  • Sama halnya dengan orang Medan, stereotipe orang Makasar adalah keras. Pengalaman membuktikan, stereotipe tak selalu benar.
  • Layaknya kota-kota besar lainnya, penduduk Makasar terbilang heterogen.
  • Suku yang terkenal : Bugis, Toraja.
  • Pakaian adat : baju bodo.
  • Tempat wisata mainstream : Pantai Losari dan Tana Toraja (di benak saya sempat lama tertanam bahwa Tana Toraja itu di Sulawesi Utara hahaha...ampuuuun). Mengingat peta : pasti banyak pantai-pantai lain di Makasar.
  • Kuliner mainstream : Coto Makasar dan Sea Food.
  • Dalam dialek Makasar ada imbuhan tekanan “mi” yang tidak ada arti spesifiknya.
  • Sebutan untuk laki-laki khas Makasar (atau Sulsel?) : Daeng. Untuk perempuan?? Belum tahu
  • Beberapa nama kabupaten/kota di Sulsel : Somba Opu, Gowa, Sidrap, Pinrang, Tana Toraja (haha..menulisnya dengan perasaan tidak yakin benar :D) – Semoga nanti bisa semua terjelajahi.

Apa lagi ya??

Haha, sudah bilang tadi kalau pengetahuan saya dangkal. Jadi, sementara ini dulu. Nanti kalau tiba-tiba ingat, saya edit (tapi tetap dengan peraturan : write without browsing). (*)




   


Posting Komentar untuk "Makasar, Seperti Apa Sih?"