“Sambutan Personal” di Batas Kota (FamTrip Toraja #3)








Saya akan mengawali tulisan ini dengan menyebut satu nama, yaitu Kamasean Matthew. Apakah kamu merasa familiar dengan nama ini? Jujur, saya sih tidak. Ok, ganti, bagaimana kalau Sean Idol? Saya bukan penonton setia Indonesia Idol (lebih suka melihat edisi audisi daripada babak spekta😀). Namun, saya tahu Sean adalah salah satu “lulusan” ajang pencarian bakat itu.

Saya membawa-bawa nama Sean ke tulisan ini karena dia berasal dari Toraja!



Haha, maksa banget memang.

Dari interview dengan Sean di channel youtube Daniel Mananta, saya baru tahu kalau nama Kamasean itu berasal dari bahasa Toraja. Bahasa yang sama sekali asing bagi saya. Dalam bahasa Toraja, Kamasean berasal dari kata dasar mamase (belas kasihan/suka memberi). Kata ini digunakan dalam arti lebih luas seperti mengaruniakan, memakai untuk mengasihani.|1

Saya menyukai nama Kamasean karena terdengar unik dan sepertinya masih jarang yang menggunakan. Saya semakin suka demi mendengar artinya. Seandainya masih ada rencana menambah anak, mungkin saya akan memasukkannya dalam daftar pilihan nama. Namun saya tidak punya rencana itu, jadi ya sudah, keep saja rasa sukanya.😀

Yang pasti, untuk kedua kalinya, saya merasa tersambung dengan Bahasa Toraja. Ketersambungan pertama terjadi beberapa waktu sebelumnya, yakni ketika saya memasuki ibu kota Tana Toraja dan membaca sambutan selamat datang di batas kota.








Tulisan metalik berukuran besar di tebing batu yang akan langsung terbaca begitu kita memasuki Makale, ibukota Tana Toraja. Tak ada yang aneh atau lucu dengan kalimat sambutan itu. Kecuali setelah dengan paksa saya sambungkan dengan status ibu-anak, sehingga kalimat itu terasa sebagai sambutan personal. Hihi, sukanya kok maksa ya...

Dalam banyak budaya, menikah dan melahirkan anak sering meminggirkan nama gadis seorang perempuan. Setelah menikah, perempuan bisa dipanggil dengan nama Ibu + nama suami. Setelah punya keturunan, panggilan perempuan bertambah dengan nama anak.

Saat tinggal di Sumut, saya benar-benar merasakan hal tersebut. Dalam keseharian di dunia nyata, rasanya ibu-ibu sangat jarang disebut dengan nama gadis.

Karena Ale adalah anak sulung, saya biasa dipanggil Bunda Ale/Mama Ale/Bu Ale/Mak Ale. Khusus teman-teman sesama orangtua di taman kanak-kanak, mereka mengenal saya sebagai Bunda Elo/ Mama Elo/Mak Elo.











#Mak-ale #Ma(k)elo

Sebutan saya tertulis segede gaban, begimane nggak bikin saya merasa disambut secara personal?

Hahahaha..Iyaaalah, saya sedang bercanda dengan memaksakan rumus cocoklogi. Makale adalah nama ibukota Tana Toraja. Sedangkan Toraya Maelo adalah semboyan Tana Toraja.

Dengan pengetahuan geografi yang minim, saya baru tahu kalau sebutan Toraja tidak mengacu pada satu wilayah administratif. Ada Kabupaten Tana Toraja dengan ibu kota Makale dan Kabupaten Toraja Utara yang beribu-kota di Rantepao. Makassar – Tana Toraja berjarak kurang lebih 300 kilometer dengan waktu perjalanan normal 6-7 jam.

Baca : Mampir Sebentar di PLTB Sidrap

Saya mencari arti kata Makale, tetapi saya gagal menemukannya. Sepanjang penelusuran, saya hanya menemukannya sebagai nama ibukota Tana Toraja. Barangkali ada pembaca tulisan ini dan mengetahuinya, boleh share di komentar ya...

Berbeda dengan Maelo, arti kata ini mudah ditemukan di dunia maya. Maelo gabungan dari ma dan elo. Ma adalah awalan kata, sedangkan elo artinya baik, bagus, indah, FYI, awalan “ma” banyak digunakan dalam bahasa Toraja.|2

Saya juga berusaha mencari tahu ihwal penulisan Toraya –dengan Y, bukan J-. Namun, saya tidak mendapatkan penjelasan lebih jauh selain dari asal-usul nama Toraja.

Pada dasarnya terdapat beberapa pendapat tentang asal kata Toraja, di antaranya istilah orang Bugis yang menyebut to riaja, yang berarti ‘orang yang berdiam di negeri atas’. Namun, orang Luwu menyebutnya to riajang yang artinya adalah ‘orang yang berdiam di sebelah barat’. Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa kata toraya berasal dari dua kata, yakni to yang berarti tau ‘orang’, dan raya yang berasal dari kata maraya yang berarti ‘besar’ atau ‘bangsawan’.|3

***

Saat hendak pindah dari Sumut ke Sulsel, BJ sudah menyebut nama Toraja sebagai salah satu destinasi utama untuk dikunjungi. Saat itu, meski tidak yakin, saya menukas bahwa Toraja ada di Sulawesi Utara. Rupanya memori saya tentang Toraja tertukar dengan Minahasa. Hadeeeeeh, ternyata tidak hanya “Putri yang Tertukar” yaaa..., ingatan juga bisa tertukar. Sejak saat itu, BJ sering mem-bully saya tentang letak Toraja (huh!!).

Baca : Pindah (Lagi)

Toraja adalah destinasi unggulan, bukan hanya level daerah tapi bahkan nasional. Terbukti, iklan wisata Indonesia di luar negeri sering menyertakan keindahan dan keunikan Toraja. Memiliki kesempatan untuk mengunjungi Toraja dengan biaya hemat, sungguh tidak bisa dilewatkan.

Setelah kami kembali tinggal bersama di Sulsel, Toraja segera menjadi tujuan prioritas. BJ memang sudah pernah ke sana, tapi untuk urusan pekerjaan. Sementara, pergi dengan saya dan anak-anak jelas untuk liburan.

Kesibukan kerja BJ membuat rencana kepergian ke Toraja beberapa kali batal. Rencana terakhir yang batal adalah saat libur Natal dan Tahun Baru. Kami yang batal pulang kampung, sudah menjadikan Toraja sebagai alternatif agenda liburan. Namun, BJ justru positif Covid. Tak hanya batal ke Toraja, kami bahkan total #dirumahsaja (isolasi mandiri) selama dua pekan.

Baca : MengalamiCovid-19

Kalau kami tetap pergi di saat badai Covid belum usai, sungguh bukan karena kami meremehkan situasi (deuuu, selalu merasa harus menyatakan ini di setiap tulisan jalan-jalan :D). Memilih destinasi alam terbuka dan berusaha sebisa mungkin menerapkan protokol kesehatan, itu yang kami lakukan untuk berdamai dengan keadaan.

***

Sebagai tujuan wisata utama, Toraja memiliki beberapa alternatif sarana transportasi. Di luar kendaraan pribadi, rute Makassar – Toraja bisa dijangkau dengan bus dan pesawat terbang. Beberapa waktu lalu, saya dan Elo sempat menonton review bus-bus Makassar – Toraja. Waah, bus-nya sudah keren-keren lho. Namun, untuk family trip dengan banyak tempat yang akan dikunjungi, naik bus jelas tidak efektif. Beda cerita kalau backpacker ya....

Baca :
MencicipNasu Cemba di Gunung Nona.

Dengan rentang waktu Jumat sore - Minggu pagi, tidak akan cukup untuk menjelajah dan menyelami Toraja. Kami berempat hanya bisa mengunjungi beberapa tempat (akan saya ceritakan dalam tulisan selanjutnya).

Saya tahu, kunjungan sekali ini tidak akan memuaskan keingintahuan dan pengalaman. Datang sekejap-sekejap di setiap tempat, laiknya aktifitas turistik yang tidak dalam menelisik.

Ini lebih seperti mendapati kopi enak dalam sebuah cangkir raksasa. Namun, kita hanya bisa mencicip satu seruputan saja. Tak mengapa. Setidaknya pernah ke Toraja dan (merasa) disambut “secara personal”.😀

--------------------------------------------------------------

Credit :

1. http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1593061688&696&&

2. http://www.bahasa-toraja.com/2018/04/arti-kata-maelo-pada-semboyan-toraya.html

3. dikutip secara persis dari https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/mengenal-lebih-dekat-tana-toraja/




Cerita sebelumnya ;

Part 1 : Mampir Sebentar di PLTB Sidrap

Part 2 : Mencicip Nasu Cemba di Gunung Nona




Cerita selanjutnya :

Part 4 : Di Ketingian Toraja

36 komentar untuk "“Sambutan Personal” di Batas Kota (FamTrip Toraja #3)"

  1. Baca tulisannya bisa sambil mengenal Tana Toraja ini karena saya belum pernah ke luar Jawa terutama daerah Sulawesi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau bukan karena misua mutasi, mungkin saya juga nggak sampai sini mbak hehehee

      Hapus
  2. Perjalanan sekalian wisata menikmati alam ya, Mbak. dan Indonesia memiliki budaya untuk menempatkan penamaan untuk wanita yang baru melahirkan juga y. Di sini juga, kebanyakan kalau sudah punya anak, dipanggilnya Ibu Ina, nama ananya, hehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. rata-rata begitu sih ya soal nama perempuan ini. Cuma pas di Sumut, saya merasa penyematan nama anak ke emaknya ini kental banget. Banyak teman sesama ibuk2 yang saya baru tahu nama gadisnya dr sosmed hehehehe

      Hapus
  3. aku sukaaa Kamasean! Dia tuh kliatan udah "paket lengkap" modal vokal dan PD yg warbiysak, dan public speakingnya paripurna!

    Btw, daku selalu demen ikutin cerita trip ala mamak Lisdha. Bonus cocokloginya itu lhoo, nyenengnooo :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku cuma tau Sean Idol gitu aja Mak hahaha.
      Di musim Sean ini aku sudah nggak ngikutin. Setia nonton Idol di babak spekta sampai final itu kayaknya cuma pas musim awal2 saja

      Hapus
  4. Emang keren abis Kamasean itu all in 1 hehehe. Ternyata nama Toraja yach, kirain nama dari luar negeri xixixi :) Ga kebayang kapan yach aku bakalan menginjakkan kaki di Tana Toraja? Seni budayanya sangat memukau, mesti terus diperhatikan dan dilestarikan jangan sampai punah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya sampai kupaksa memasukkan namanya di tulisan jalan-jalan Toraja ini Mak hihihi...

      Hapus
  5. jalan2 treus di daerah baru memang asyik ya, ngetrip terus. aku juga masih kok jalan2 berdua ke alam, habis ya kalau di rumah saja kok ya suntruk

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang dilema ya bund. Nggak jalan-jalan suntuk, jalan2 melulu kayak nggak peduli pandemi. Tapi ya akhirnya lebih condong ke "berdamai dengan keadaan." Tetap lakukan protokol kesehatan selama jalan2

      Hapus
  6. Dari dulu pingin banget ke Toraja, seringnya lihat di tv aja keindahan tanah Toraja. Wah, baru tau arti nama Kamasean. Bagus ya namanya kebetulan aku dulu ngikutin Sean idol ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau nggak karena suami mutasi, mungkin saya juga nggak sampai sini mbak hehe\
      kalo liat2 harga tiket dan promo jalan, biaya wisata domestik banyak yg jatuhnya lebih mahal drpd keluar negeri ya..

      Hapus
  7. Apalagi aku yang ilmu petanya sedeng-sedeng aja. Toraja ya lihatnya cuma di tv nasional. Banyak yang bagus dari Toraja ya Kak. Semoga ada rejeki bisa berkunjung ke Toraja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin mbak. Namanya rezeki, kadang tidak terduga Mbak

      Hapus
  8. Cie cie ada papan sambutan segede gaban buat Mama Elo.
    Toraja ini masih masuk wishlist saya, semoga suatu saat bisa kesampaian ke sana.
    Beberapa kali ke Makassar, untuk urusan kerjaan, nggak bisa extend. Jalan-jalannya paling ke pantai losari aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga kapan2 bisa extend mbak. Memang jauh sih ya ke Toraja, tapi yg skitar Makasar juga bukan losari aja sih.

      Hapus
  9. Salah satu tempat yang ingin aku kunjungi tapi belum tercapai nih mba. Hahhaa. Keren ya ada sambutan personal jadi berasa tersentuh deh :)

    Makasih sudah berbagi mbaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi...ini Ge-eR ceritanya Mbak..tapi malah keinget terus :)

      Hapus
  10. Awalnya saya bingung pas Mba Lidha menuliskan sambutan dengan maksa katanya.. pas dijelasin baru deh ngeh.. hahahaha.. bisa bisa bisa.. tau dia Mak ale dan Ma Elo mau datang kesana, jadi harus disiapkan kata penyambutan. ^_^

    BalasHapus
  11. Pengen banget ke Toraja soalnya papaku sudah pernah kesana terus bawain oleh-oleh biji Kopi Toraja yang enak walau agak asem-asem dikit macem kopi illy tapi ini versi lokal. Bagus banget ya mba alamnya masih terjaga, semoga kesampaian deh kapan-kapan kesana.

    BalasHapus
  12. Saya baru tau kalau Kamasean adalah orang Toraja. Pengen ke Toraja untuk menikmati langsung kopinya yang juara. Jga pengen borong cabenya yang pedesnya mantap banget :D

    BalasHapus
  13. wish list banget bisa ke Toraja, karena sempet pending terus
    suka sama budayanya dan alamnya cakep bangettt

    BalasHapus
  14. Tana Toraja, salah satu impian destinasi wisata nih. Pengen banget main ke sana. Huhuhu.. semoga pandemi segera berakhir, biar aku bisa jalan-jalan.

    Haa.. itu gimana rasanya dibully sama Pak BJ? Lucu sih kayaknya, ya. 😂😂😂

    BalasHapus
  15. Aku gak tahu Sean yang mana hihihi soalnya gk pernah nonton er ce te i yg musuhan ma in di hom xixixi
    Toraja ini aku pertama kenal kyknya dari majalah Bobo zaman cilik, yg terkenal ya ttg pemakamannya yang unik itu :D
    Semoga pas pandemi usai bisa berkunjung ke sana jg, alhamdulillah kalau transportasi menuju ke sana udah oke ya mbak,

    BalasHapus
  16. Toraja ini salah satu list liburanku juga nih, pengen sesekali explore TOraja nanti setelah pandemi berakhir ah.

    BalasHapus
  17. Kampung mamaku di Enrekang mbak, nggak jauh dari Toraja, jadi keluargaku banyak di Makale..kangen banget bisa ke sana lagi dan kebudayaannya kaya banget...rindu..

    BalasHapus
  18. Aku tahu Sean idol mbak
    Toraja itu keren ya mbak
    aku itu paling penasaran sama proses pemakaman khas toraja
    itu kuburannya diatas pohon ya?

    BalasHapus
  19. Sy juga jalan-jalan tipis-tipis kok pas pandemi heheh pahamlah rasanya jenuh di rumah asal taat prokes dan ga berkerumun. Asik nih kalau udah jalan2 nyebrang pulau, lihat perbedaan budaya dari deket. Tana toraja masuk wish list destinasi wisata yg ingin sy kunjungi

    BalasHapus
  20. Hai Mbak saya udah lama nggak baca kisah perjalanan di Sulawesinya. Waah sekarang udah ke Tana Toraja juga ya. Hikss saya belum juga nih semoga tahun-tahun medatang bisa segera traveling ke sana.

    BalasHapus
  21. Baru tahu namanya Sean itu Kamasean Matthew hehehe hafalnya Sean Idol doang...btw rekan kerjaku dulu org Toraja selalu excited dengerin dia ceritain ttg Toraja sayangnya daku blm prnh ke sana hehhe dia keburu resign

    BalasHapus
  22. Wow ToRaja, seru banget bisa traveling ke sana. Unik dan eksotik. Kepengen banget deh bisa ke sana. Aamiin, semoga bisa ke sana bareng keluarga. Pasti seruuu..

    BalasHapus
  23. Pengelaman yang menyenamgkan dan berkesan banger ya.. Tator emang punya pesona yang khas..dan bikin kita pengen kesana lagi..

    BalasHapus
  24. Bapak pernah bertugas di wilayah Timur, kak.
    Dan ketika Ibu ke Sulawesi, gak bisa berhenti ceritanya. Katanya kagum sama kebaikan penduduk asli Toraja yang jujur kalau melihat orang Muslim, pasti diingatkan bahwa makanan tersebut halal atau tidak.

    BalasHapus
  25. pas baca Kamasean org Toraja aku sempet bingung, krn Sean itu keponakan temen kantorku yg mana dia org batak.. Tapi aku lgs sadar, temenku berhubungan sodara ama sean dari pihak mamanya sean yg batak.. ga heran yaa suara sean luar biasa, darah perpaduan antara timur dan batak yang keduanya udh banyak melahirkan suara2 emas :)

    ttg tulisan makale dan maelo, sekarang aku jd ngerti setelah sebelumnya ga nyambung hahahaha ternyata itu maksudnyaa :D. iyaa yaa mba, berasa lgs disambut begitu liat tulisan itu :D

    ttg traveling selama masa covid, buatku santai aja mba. selagi kita jalan2 dengan memenuhi protokol, ya ga masalah. beda cerita kalo ga menerapkan 3M, trus ga percaya si covid dan malah gembor2 soal itu, baru aku sebel ama tipe yg begitu..

    BalasHapus
  26. Gak sabar nunggu post berikutnya mbak!😊😊 karna daku belum pernah ke pulau Sulawesi sama sekali, semoga ini menjadi pertanda bakal ke sana dalam waktu dekat 🤠🤠

    BalasHapus
  27. waaahh menarik sekali jalan2nya, pengen bisa sampai sana. Dulu ke Toraja di TMII, mudah2an kesampaian betulan.

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)