Cara Bodoh Menabung Saham


pic by pixabay

Sudah lama saya tidak menulis untuk kategori “duwit” di blog ini. Tergerak untuk kembali menulis setelah minggu lalu saya “jalan-jalan” ke blog Mbak Nia K. Haryanto. Di sana, saya membaca tulisan tentang belajar-trading-bareng-emak-trader. Hhhhm, jadi pengin lagi deh menulis tentang saham. Namun, saya tidak akan menulis tentang trading, melainkan menabung saham. Tepatnya, menabung saham dengan cara bodoh.

Cara bodoh, cara yang tepat buat saya yang sudah dari kapan mulai belajar saham, tapi rasanya kok masih bodoh aja.  Ini beneran lho, bukan merendah atau apa. Analisa fundamental, analisa teknikal, lalu istilah-istilah umum seperti ROE, PBV, PER, candlestick, bollinger,  bla bla bla...wes embuuuh. Masuk kuping kanan tak lama keluar kuping kiri, wes-ewes-ewes bablassss.. Bahkan sekadar untuk mengingat definisinya saja, saya mesti membuka contekan hahaha. Parah..

Di blog ini, saya pernah menulis pengalaman-pertama-membeli-saham. Tulisan yang sudah cukup lama (tahun 2008). Teringat lagi saat itu, betapa saya melihat pasar saham sebagai “rimba belantara” yang terlalu luas dan mengerikan untuk saya jelajahi. Mengutip tulisan saya sendiri (dengan sedikit edit) :  “widih...sahaaam. Berasa sarana investasi yang “tinggi” banget, rumit banget, gambling banget, duit gede banget. Pastinya cara investasi yang nggak-akan-bisa- saya-lakukan.” Kalimat yang saya sambung dengan pertanyaan :  "teman DW pernah merasa begitu nggak? Kalau saya sih pernah.

Saya benar-benar dari NOL saat mulai belajar tentang saham. Ketertarikan untuk belajar tentang investasi saham mendorong saya membaca banyak artikel juga ikut acara-acara yang digelar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Medan (waktu itu masih tinggal di sana). 

Dulu memang seniat itu cari info agenda di BEI Medan. Namun, memang hanya beberapa saja yang bisa saya datangi. Dari beberapa acara yang saya ikuti, sepertinya selalu hanya saya yang bawa anak. Waktu itu Elo masih balita, jadi masih saya gendong-gendong gitu deh. Terbayang kan, bagaimana ikut acara serius dan jadi satu-satunya yang bawa anak? ^-^

Itu kalau acaranya pas Ale skolah, jadi saya tinggal ajak Elo. Kalau acara hari Sabtu, saya bisa datang sendiri karena Ale-Elo diajak main sama BJ. Pernah juga saya titip keduanya ke rumah teman ^-^.

“Bunda sekolah” itu istilah yang saya pakai untuk menjelaskan acara pada Ale dan Elo. Istilah yang masih anak-anak ingat sampai sekarang. Semisal sedang menjelaskan tempat atau hal tertentu yang mereka lihat saat main sama BJ, mereka bilang “itu lhooo, yang pas Bunda sekolah.” ^-^

Terus bagaimana hasil-sekolah-saya? Apakah sudah punya pengetahuan yang cukup keren tentang saham?

Huuft..., ternyata enggak semanis harapan. Dulu kan kepenginnya bisa sampai level daily-trading gitu. Jadi, bisa nih memiliki penghasilan harian dari trading saham (dengan risiko rugi harian off course hahaha). Namun, ternyata otak saya cepat panas kalau belajar analisa-analisa untuk trading saham. Bukan panas macam mesin yang siap melaju kencang. Sebaliknya, panas yang membuat mesin harus ditekan tombol off-nya hahaha. Ngenes.... 

Makanya, sejauh ini saya belum tertarik lagi dengan aneka info kelas-kelas saham online (apalagi kalau bayar LOL). Lha wong belajar yang offline saja nggak ngerti-ngerti :D.

Atau mungkin karena saya belum dapat partner yang enak gitu yaaa... Jadi lambat belajarnya. Sampai sekarang saya masih tergabung di dua grup whatsapp yang berisi para trader. Tapi ya gitu, silent reader as always hihihi. Sempat sih tergoda untuk coba-coba trading, tapi karena nggak disiplin memantau pasar, jadi deh saham nyangkut (posisi minus) sampai sekarang.

Tidak Salah

Dengan situasi seperti itu, wajar dong kalau saya sempat meragu. Cocok nggak sih saya dengan saham? Bagaimanapun, investasi itu kan cocok-cocokan ya. Seperti jodoh juga, cocok buat saya belum tentu buat orang lain. Sebaliknya, pas buat orang lain belum tentu pas buat saya. Bahkan sama-sama menabung emas misalnya, ada orang yang lebih suka menabung emas fisik, sementara yang lain menabung emas secara online.

Namun, saya punya keyakinan terhadap saham sebagai sarana investasi sih. Oke, nggak usah paksakan untuk rutin trading kalau merasa tidak siap. Hanya investasi itu tidak salah kok. Menjadi trader atau investor adalah pilihan. Tuh, BEI malah rajin kampanye Yuk Nabung Saham. 

Nabung kelas receh, barang satu lot dua lot juga bukan hal memalukan. Mending slow dengan nabung, daripada trading tapi tanpa kemampuan/pengetahuan yang cukup. Itu sih ibarat perang tanpa strategi dan senjata. Alih-alih untung malah buntung.

Bagaimanapun, saham adalah instrumen investasi yang high return high risk. Banyak orang tergoda high return-nya saja tanpa mempertimbangkan high risk-nya. Mungkin karena itu juga saham masih sering disandingkan dengan kata “main” yang mana kata itu identik dengan aktifitas perjudian. Main judi, main saham....terdengar familiar bukan?

Padahal kan saham tidak seperti itu. Kalau memang saham itu kriminal (seperti judi), mana mungkin diperjual-belikan secara legal? Bahkan juga ada saham syariah? Bukankah tidak ada yang namanya judi syariah?

Mengutip dari Republika.com*, saham syariah adalah bukti kepemilikan atas perusahaan-perusahaan yang kegiatannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan memenuhi syarat sebagai saham syariah.

Sejauh saya tahu, dengan keberadaan saham syariah  bukan berarti saham non-syariah itu tidak legal. Pembedaan istilah yang lazim dipakai  juga bukan saham syariah kontra saham non-syariah, melainkan saham syariah dengan saham konvensional. Sebagai contoh, Bank BCA, Bank Mandiri, Bank BNI dan bank-bank konvensional lainnya adalah perusahaan legal tetapi sahamnya bukan termasuk saham syariah.

Sebagai non-muslim, jenis saham syariah atau konvensional memang tidak menjadi pertimbangan saya. Namun, saya cenderung untuk memilih saham dengan kegiatan/produk yang nilai-nilainya sesuai dengan saya. Misal, saya tidak akan mengoleksi saham perusahaan rokok.

Eh kok jadi kemana-mana yaaak ^_^

Cara Bodoh

Suatu hari saya membaca artikel dari www.creativ-trader.com** (link lengkap tidak saya tautkan tetapi saya tulis di bawah yaaa....). Intinya tentang seseorang yang menggunakan "cara bodoh" dalam menabung saham. Seseorang ini tidak ribet dengan analisa ini kek, analisa itu kek. Dia juga tidak ribet intip-intip saham ini, saham itu. Lempeng aja gitu.

Cara bodoh menurut seseorang ini adalah konsisten membeli saham X (hehehe, di sini saya tulis X tetapi di artikel aslinya dijelaskan kok emiten X itu).  Kenapa memilih saham X, karena seseorang itu percaya betul dengan kredibilitas perusahaan tersebut. Intinya, kalau perusahaan itu bagus, sahamnya akan terus naik. Kalaupun ada kejadian harga terjun jatuh (seperti saat awal pandemi Covid 19 lalu), waktu akan mengembalikan kejayaan saham tersebut.

Terus, bagaimana melihat kredibilitas perusahaan? Ini juga dilakukan dengan "cara bodoh." Analisa fundamental dengan segala istilah-istilahnya? No way. Ya memang sih, sebenarnya tanpa itung-itungan yang ndakik-ndakik,  sepertinya tidak sulit meyakini kekuatan perusahaan-perusahaan tertentu.

Di bursa efek,  tersedia aneka saham dari perusahaan-perusahaan yang pasti kita tidak asing, lha wong produknya sehari-hari kita pakai. 

Sebagai contoh saham Unilever (kode UNVR), tinggal tengok seisi rumah, ada produk Unilever apa saja nih? Umumnya rumah tangga di Indonesia, pasti pakai produk UNVR, entah sedikit atau banyak jenis. 

Atau saham dengan kode ICBP punya Indofood, hhhhm....salah satu produknya adalah Indomie yang pasarnya luasss dan masih terus berkembang. 

Atau saham berkode BBCA, kalaupun tidak punya rekening BCA, pasti tahu dong kalau BCA adalah bank yang sangat kuat. Tidak hanya moncer di Indonesia, BCA bahkan termasuk dalam Top 100 Most Valuable Global Brand 2020.

Sebagai gambaran indah, saat penjualan perdana (IPO) tahun 2000 harga saham BBCA hanya Rp 1.400/lembar. Lalu, saat menulis ini di 25 Januari 2021, harga saham BCA sudah menembus angka Rp 35.000 per lembar. Sudah naik berapa ribu persen itu??? (Saat BCA IPO, saya baru mulai kuliah, boro-boro mikirin saham, duit saja pas-pasan. Makanya sekarang saya takjub deh sama adek-adek mahasiswa/i yang sudah pinter di dunia saham).

Saya sengaja menebalkan tulisan gambaran indah, sebab pasar saham juga punya sisi gelap. Kebalikan dari hitungan indah di atas, ada juga yang membeli saham tertentu saat harga sedang tinggi, lalu harga saham tersebut nyungsep dan tak pernah kembali lagi. Seperti saya sebut di atas tadi : high return, high risk.

Dari sekian tips menabung saham, konsisten dan jangka panjang adalah koentji. Semisal, setiap habis gajian beli sekian lot saham, lakukan saja dengan konsisten. Bahkan, dalam tips menabung saham yang pernah saya baca, konsisten juga diartikan “beli di saat posisi harga mahal sekalipun.”  Sebab, menabung saham ditujukan untuk jangka panjang. Bukan seperti trading yang memang untuk jangka pendek. Mahal saat ini kemungkinan besar lebih mahal lagi masa depan.

Cara bodoh ini mungkin seperti tips basic dalam menabung saham tetapi lebih basic lagi. Kalau tertarik dengan investasi saham, tapi enggan pusing dengan kompleksitas pasar saham, cara bodoh ini tampaknya tidak bodoh-bodoh amat.^-^

 ----------------------------------------------------------

Credit :

* https://republika.co.id/berita/q1b64l423/apakah-saham-syariah-benar-sesuai-syariah

**https://www.creative-trader.com/pengalaman-orang-bodoh-yang-kaya-dari-saham/


 

 

  

 

 

 


20 komentar untuk "Cara Bodoh Menabung Saham"

  1. Setuju banget dengan semua yang dilakukan, Konsisten adalah kuncinya yaa. terlebih belilah saham waktu harga tertinggi, huhuuy, langsung menguras tabungan, tapi jelass utk jangka panjang initu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. dan konsisten itu juga tantangan yg biasanya paling sulit :)

      Hapus
  2. suamiku pernah kerja di persahaman ini, di bursa efek indonesia, beberapa tahun doang sih mak, tapi sepertinya sekarang udah makin canggih ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah..saya suka mikir, gimana ya kerja di BEI itu hihihi

      Hapus
  3. Sekarang "main saham" emang lagi ngetrend ya. Termasuk adek saya yang di Bali juga mulai nabung saham.
    Saya sih gak paham soal investasi, apalagi nabung saham ini. Tapi kayaknya menarik ya buat dicoba, hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya prinsipnya hampir sama saja dengan nabung emas sih. Beli bertahap sesuai kemampuan, lalu jual saat butuh atau harga lagi bagus

      Hapus
  4. Tertarik soal per-saham-an gegara ngefans sama karakter Han Ji Pyeong di drakor Start Up :D
    Trus aku mulai banyak baca blog para financial planner, plus akun IG yg ngebahas tips saham gitu.
    Tapiii ampe detik ini, aku blm berani terjun jadi investor saham di dunia nyata sih Mba :D
    Banyakan takutnyaaaa

    Tapi baca artikel dikau ini, bikin aku kontemplasi *halaahh
    semogaaa bisa nemu metode investasi yg PAS dan COCOK buat diriku yak

    BalasHapus
    Balasan
    1. kadang kebanyakan belajar malah overwhelmed gitu jadinya mbak hehehe, mungkin karena manajemen belajarnya yg kacau sih ya hahaha

      Hapus
  5. Saya percaya saha-saham blue chip walau tak murah, dan naiknya sedikit, dalam jangka waktu lama pasti lebih menguntungkan ketimbang menaruh uang dalam deposito. Cara bodoh yang dipaparkan di atas, saya setuju semua :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. tos mbak evy. Cara bodoh yang semoga bukan pembodohan :)

      Hapus
  6. Saya tuh main saham masih maju mundur, Mba. Soalnya almarhumah mama sydha wanti2 banget kalau mau investasi jangan main saham. Alasannya seperti judi... xixixi.. entahlah. Saya kan belum paham banget. Yg diotak saya yaa nurut ortu aja, insya Allah aman. Xixixi

    BalasHapus
  7. Belakangan ini lagi ngetrend banget main saham. Sempat tergiur dan mau terjun ke saham juga. Tapi kok ya belajar gak paham2 gimana mainnya yang aman. Alhasil, mundur pelan2. 😂

    BalasHapus
  8. aku belum nyoba main saham mbak
    masih maju mundur, sebenarnya sih pengen belajar tapi ya gitu masih bimbang, hehe
    padahal investasi klo benar dan ditekuni pasti hasilnya maksimal ya

    BalasHapus
  9. Aku jadi ingat salah satu rekan kerja suami. Sebelum dapat pekerjaan, setelah lulus kuliah, ia sibuk main saham.
    Hasilnya?
    Meski gak kerja kantoran, ia mampu terusmenambah aset. Memang jatuh bangun banget... Aku kalau di ceritain sempet serem juga, kalo pas sahamnya anjlok.

    Tapi sekali lagi, ini bukan ilmu nujum.
    Ada ilmu yang bisa ditelaah dan diteliti kalau niat menekuninya.

    Sukses selalu, kak Lis...

    BalasHapus
  10. well, when it comes to investment, aku merasa masih perlu banyak mambaca dan mengerti lebih jauh mengan berbagai skema yang ada

    BalasHapus
  11. Saya mulai tertarik investasi saham nih mbak walaupun belum tahu mulai belajarnya darimana, impiannya bisa beli saham unilever 1 - 2 lot deh hihi

    BalasHapus
  12. Sekarang nih invest saham memang menggiurkan banget ya maaaak.. tapi emang bener bener ga boleh sembarang invest atau sembarang pilih saham juga yaaa.. harus ngerti dan ati ati banget kayanya ya maaaak

    BalasHapus
  13. Aku sering lihat orang yang aku follow di IG suka bikin apdetan soal saham mereka. Aku ga ngerti tapi, hehe.
    Rupanya untuk jadi trader dan investor itu memang harus paham ya ilmunya sampe ada kelas nya juga. Hmm "cara bodoh" yg mbak jelasin di artikel kayaknya bisa nih dicoba untuk pemula.

    BalasHapus
  14. Cara bodoh yang bikin aku merasa makin bodoh hihi...

    Tapi serius deh, aku merasa saham more like being a gambler to me. Yaaaah balik lagi saham emang up and down dan biasanya yang sukses para poker face alias yang cooool gitu karakternya. Suami temanku main saham soalnya jadi aku tau, bahwa karakter dia bener bener down to earth

    BalasHapus
  15. Sekarang saya lebih fokus ke Crypto.. Untuk saham, mungkin suatu saat nanti, kalau dari Crypto sudah sukses

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)