Social Distancing dan Social Media Distancing

foto nggak nyambung, lagi pengen narsis aja :D
pakai efek ini biar kayak kolom
di surat kabar :P



Hampir sebulan saya hiatus ngeblog (huhuhu). Daaan...sebenernya bukan hanya hiatus ngeblog aja sih. Tapi juga agak hiatus di media sosial. Saya bilang agak karena memang nggak sepenuhnya, at least sesekali saya masih bikin status di Whatsapp. Jadi, sebulanan ini saya nggak hanya social distancing tapi juga social media distancing.

Hah? Apa nggak jadi asosial tuh?


Nggak juga sih. Pertama, karena tadi saya pakai diksi “agak” (sampai saya bold tuh di alinea pertama). Jadi, ya masih kok berhubungan dengan orang-orang, tapi memang banyakan chat via Whatsapp aja. Jadi nggak ada kontak balas-balasan status atau komentar. Kedua, dalam kehidupan sehari-hari pun, circle sosial saya nggak terlalu banyak. Cuma seputaran rumah, sekolah anak-anak, dan gereja. Saat social distancing ini yang jelas libur adalah sekolah dan gereja. Tapi masih bisa kok interaksi sama tetangga kompleks.  Jadi ya belum lah jadi asosial.

Sebenarnya, sebelum fase ini, saya sudah beberapa kali sosmed distancing. Tapi kali ini sepertinya yang paling lama. Dulu-dulu, saya sosmed distancing karena memang ada kejenuhan juga niat untuk menghindari adiksi. Sedangkan social media distancing yang sekarang ini adalah karena hal lain yang berkaitan dengan parenting. Mungkin lain waktu akan saya ceritakan.

Oh ya, selain sosmed distancing, saya juga news-distancing. Kalau yang ini memang karena jenuh dengan berita seputar COVID-19. Jadi, sesekali aja saya mengasup berita baik dari portal online maupun televisi. Kalau koran mah ya...memang sudah jarang baca koran cetak. (Padahal dulu bergelut di situ :D)

Tapi saya masih baca-baca artikel online yang saya butuhkan. Oh iya, saya juga mulai main Quora meski banyakan jadi silent reader daripada bertanya atau menjawab. Paling sesekali komentar. Juga belum nemu teman yang saya kenal langsung di platform itu. Jadi, ya memang nggak nggak sepenuhnya hiatus. Tapi jelas saja, eksistensi saya di dunia maya turun drastis dibandingkan sebelumnya.

Eh tunggu, ukuran eksis di dunia maya itu seperti apa ya? 

Mungkin relatif, tergantung dengan siapa dibandingkan. Untuk ukuran saya, saat (merasa) masih eksis itu pun bukan berarti saya merajai trending topik atau tersebar di berbagai portal berita/gosip (hahaha, lha wong bukan seleb). Eksis untuk ukuran saya hanyalah sekedar rajin update status di Facebook dan  Instagram, dengan frekuensinya, lebih sering main FB daripada IG. Konon, sudah banyak orang meninggalkan facebook karena konten dan suasananya yang sudah toksik. Tapi beranda saya jarang menampilkan postingan yang mengganggu. Juga, masih banyak teman-teman yang aktif di situ. Jadi, so far saya fain-fain saya dengan FB.

Akun medsos lain? Oh ya, saya punya akun youtube, tapi sampai lupa nama akunnya karena sama sekali nggak pernah saya pakai buat upload viddeo. Saya juga punya akun twitter, tapi nasibnya 11-12 sama akun yutub. Entah kenapa, dari awal punya akun twitter, saya merasa nggak nyaman di situ. Rasanya terlalu banyak twitwar yang bikin saya jengah. Alhasil, bisa dibilang saya cuma main FB dan sesekali IG.

Ini berkebalikan dengan BJ yang justru prefer IG daripada FB. Nggak heran karena BJ suka motret-motret. Meski nggak sampai kelas fotografer, even itu fotografer amatir, foto-foto BJ lebih artsy dibandingkan saya.  Jadi, kami ini nggak nyambung kalau di medsos. Nyambungnya di status pernikahan (eheee ^-^).

Sejenak menghitung waktu, khusus facebook, ternyata saya sudah lebih dari sepuluh tahun menggunakan aplikasi besutan Mark Zu ini. (Anda yang sedang membaca ini, mungkin sudah lebih lama dan lebih aktif dalam menggunakan Facebook). Satu dekade boo.Kalau zaman orde baru, sudah dua kali Repelita. Aahaha...millenial tahun awal kemungkinan masih tahu istilah itu. Yang belum tahu, sila browsing ^_^

Pada saya, dengan kondisi semula relatif aktif di medsos, hiatus memberikan suasana berbeda. Terlebih saya justru hiatus dalam kondisi social distancing. Di mana orang-orang lain yang semula sibuuuuk jadi punya waktu esktra untuk berada “dalam jaringan.”

So apa sih efek selama sosmed distancing :

Pertama, saya nggak sedikit-sedikit cek FB dan IG. Semula, kedua aplikasi itu selalu dalam posisi log in. Saat hiatus ini, saya log out, mengganti password, lalu mematikan semua notifikasi. Nah, passwordnya nggak saya hafal tapi saya catat. Alhasil, tiap mau buka akun mesti buka catatan. Ribet. Alhasil, dari semula nggak ada niat hiatus jadi malah keterusan.

Kedua, saya nggak ngerti kabar temen-temen. Sadar kan kalau melalui medsos, kita bisa tahu kabar teman-teman. Setidaknya kabar-kabar yang mereka bagikan. Hiatus membuat saya nggak ngerti sama sekali kabar teman-teman kecuali saya chat mereka dan menanyakannya.

Ketiga, saya nggak ngerti kabar-kabar yang sedang trending. Terlebih, selain hiatus dari medsos, saya juga hiatus dari kabar-berita yang lagi hits. Jadi, sering terjadi saya merasa bego saat baca chat di grup WA yang membahas trending topik.  Seperti ketika di beberapa grup WA pada ngomongin dr Tirta. Saya mengerutkan kening, eh siapa sih dr Tirta?? Hahaha.

Tapi, dari hiatus sejauh ini, saya menyimpulkan bahwa berjarak dari medsos bukan hal yang mustahil. Mungkin ada di antara sekian juta umat internet yang berpikir, wow impossible banget nggak main medsos (apalagi kalau memang pekerjaannya mewajibkan pakai medsos). Sehari tanpa update status rasanya hampa. Sehari tanpa lihat status teman, rasanya galau. Untuk tipe-tipe orang introvert sejati, ini mungkin bukan hal yang susah. Tapi bagi aktivis medsos, bisa jadi itu hal yang teramat sulit. Kalaupun nggak sulit, rasanya “aneh aja gitu nggak nengok medsos”.

Oh ya, hiatus medsos bukan akhir dunia. Haha, ya iyalah, siapa juga bilang tanpa medsos berarti kiamat. Realitasnya, hari-hari masih berjalan seperti biasa. Ya sih, hari-hari dalam pandemi virus corona ini memang jadi tidak biasa. Namun, tetap biasa dalam artian, semesta akan tetap berjalan dengan saya main medsos atau tidak (lha emang siapa saya :D).  
Social media distancing memang sudah mulai dilakukan oleh sebagian orang. Meski memang, sepertinya belum jadi tren yang meluas sih. Pun di saya, sepertinya ini sekedar hiatus. Mungkin saya memang akan tetap menjaga jarak, tapi bukan berarti saya akan libur permanen dalam ber-media sosial sih. Mana tau, besok, lusa, minggu depan, atau entah kapan, mungkin saya akan kembali eksis. Bahkan dengan intensitas lebih :P



   


46 komentar untuk "Social Distancing dan Social Media Distancing"

  1. pengen bisa hiatus dari medsos, terutama instagram. tapi belum bisa. paling hiatus ga posting aja. itu juga langsung bikin followers ngabur hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha..masa ngabur sih follower Mbak Inna? Kalau medsosnya buat kegiatan produktif sih sayang kalau hiatus :)

      Hapus
  2. Berjarak sama medsos bukan akhir dunia memang. Aku pun kadang gak buka medsos sama sekali, dulu pernah sampai lama banget. Kalau sekarang masih buka cuma dikurangi waktunya

    Berhenti baca2 berita sekarang ini juga jadi lebih waras. Tapi jangan di lupa tetap waspada

    BalasHapus
    Balasan
    1. Malah ada nasihat ekstrim untuk nggak usah baca berita karena banyakan isinya itu bad news ya mbak Jiah hahahaha

      Hapus
  3. Akupun socmed distancing, Mba. Menghindari berita2 seputar corona yg bikin aku over-anxiety. Jadinya, yaaa socmed-an kalo lagi pengin dan perlu aja :)
    Lagian, HP sering dipake gantian ama anak buat belajar online haghaghaaaggg

    BalasHapus
    Balasan
    1. sayangnya saya juga hiatus ngeblog nih mbak nurul. padahal blog nggak segitunya kayak sosmed yang ituu

      Hapus
  4. Saya dalam setahun ini tidak begitu aktif di social media. Tapi dengan corona dan sya at home, malah balik ke sosmed.Khsusnya instagram. Kalau facebook mah sudah tetap belum sempat. Kecuali untuk ikut group BW :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. FB memang sudah banyak toksiknya ya mbak. Tapi so far beranda saya masih normal sih

      Hapus
  5. aku klo nggak sosmedan malah kliyengan. kayaknya perlu juga socmed distancing biar nggak ketagihan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, itu mungkin sudah salah satu tanda adiksi mbak Molza :)

      Hapus
  6. Kumasih membuka sosmed sampe saat ini, pinter2 memilah berita aja, TL sosmedku ku seru2 kocak semua sih jadinya ku merassa happy aja. Jadi kangen banyolan mereka yang berbagi resep massakan, cerita2 lucu challenge di ig, yang bikin ngakak terus sepanjang wfh ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya..dalam takaran pas, sosmed itu kayak vitamin kan Mbak Nchie...dan kayaknya kita punya alarm, vitaminnya uda overdosis apa enggak :)

      Hapus
  7. Awal-awal social distancing, di sosmed aku malah gak melakukan socmed distancing, segala socmed diakses, nonton netflix dll pun dilakukan, sampai kuota bengkak 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buat yang semula waktunya ketat, masa-masa social distancing memang malah jd malah punya waktu ekstra untuk sosmed-an atau sosmed-an jadi salah satu cara utk ngilangin ke-gabut-an hehehe

      Hapus
  8. Sebisa mungkins aya skip kalau ada berita-berita yang terkait corona, demi menjaga psikis saya sendiri. Jadi bukan sosmed, milih-milih yang ada kaitannya dgn ngeblog atau hal-hal lain yang menghibur saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener Mbak Rie...harus memilih mana yang bagus untuk kesehatan psikis.

      Hapus
  9. Social media distancing membuat orang jadi sibuk dengan dunianya sendiri ya, jadi sibuk di dunia maya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayaknya salah ketik ya mbak Olin hehehe. Sosmed distancing kan membuat orang nggak terlalu sibuk dengan dunia maya

      Hapus
  10. FB dan twitter juga sudah jarang saya kunjungi. IG juga sesekali (seringnya karena post foto kerjaan hehehe....)
    Sampai semalam anak perempuan saya bilang pengen bikin dalgona coffe, saya bengong agak lama. Terus baru deh, cari-cari apaan itu.

    Kalau WA masih aktif, tapi banyak WAG yang lama nggak saya tengok juga, sampai pesannya ratusan, langsung clear chat. Yang selalu di baca WAG kantor aja, siapa tahu mendadak ada instruksi untuk meeting online atau malah harus hadir ke kantor

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, iya Mbak Nanik. Sekarang-sekarang ini yang bikin saya buka FB/IG biasanya karena buka link yg dari WA

      Hapus
  11. hitaus medsos buka apps movie dan drama kalo aku hahaha,,, aku cukup dapet info dari TV aja,, kadang-kadang juga FB kalo gak sengaja muncul di TL,,, selain itu aku berena fokus ke healthy life selama menjalani sosial destancing ini,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. movie dan drama kontennya jelas beda kan mbak mirna hahaha

      Hapus
  12. Kalau saya terus terang udah ngikutin corona sejak kasus di Wuhan jd emang selalu berusaha cari tahu soal kasus ini minimal buat diri sendiri dan keluarga.
    Tapi kalau dirasa malah baca2 yg ada di medsos gk baik buat kesehatan mental sarannya sebaiknya emang jauhi dulu, tapi tetep waspada, krn sedunia emang lg ada problem.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin saya-nya yang makin menua (hahaha), jadi berasa pening dengan gerojogan status orang-orang di media sosial

      Hapus
  13. Saya sekarang sedang agak mengurangi sosmed, kecuali kalau ada kerjaan hehe. BIasanya seneng bacain status orang sekarang saya batasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. dampaknya ke saya, berasa bener-bener nggak tahu kabar orang2. Biasanya kan bisa tahu kabar seseorang dari status medsosnya hehehe

      Hapus
  14. aku jarang ke twitter tapi IG hampir setiap hari karena aku emang suka posting kegiatan anak-anak. Di blog malah sudah sangat jarang sekali, huhu.... emang pelru banyak semangat biar mood balik lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tadinya saya juga hiatus blog mbak hahaha...tp kemudian dijapri seorang teman dan membuat saya balik ngeblog :)

      Hapus
  15. Kalau saya belum bisa putus dari medsos sih.. Tapi membatasi hal-hal yang saya lihat dan dengar iya. Demi kewarasan dan kesehatan jiwa..hihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan putus. karena putus itu menyakitkan mbak sapti..putus cinta tapinya hahaha

      Hapus
  16. FB pun aku paling share artikel blog, tapi sesekali intip juga meski nggak tiap hari. Kalo twitter aku suka baca-baca, sesekali bikin twitt juga buat curhat, wkwkkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya palingan baca-baca cuitan kalau uda viral dan muncul di portal berita atau quora hahahaha

      Hapus
  17. aku juga sebisa mungkin seimbang mba..apalagi banyak hal penting di dunia nyata yang bisa kita lakukan dan pastinya tugas maupun kerjaan kantor masih numpuk. Yan gpenting bersyukur bisa tetap sehat ya mbaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiin mbak Indah. Sehat ...itu harapan kita semua

      Hapus
  18. Memang sih puasa medsos enggak kiamat mba, tapi kalau aku kok selalu rindu dengan teman-temanku. Meskipun banyak sharing ini itu dari mereka di grup yang ternyata tidak kusuka, tapi bisa tuh diskip aja. Soalnya udah ga pergi-pergi, kalau tidak diimbangi dengan mingling di medsos, waahh sepi duniaku mba. :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya lagi menumpuk rindu nih mbak...biar nanti rinduuuuuu banget :)

      Hapus
  19. saya sedang menerapkan medsos distancing mba, jadi lebih banyak me time dan family time. jadi kadang medsos melambat, hahaha, sayang banget enakan ngabisin waktu sama anak dan suami

    BalasHapus
    Balasan
    1. soalnya ini suami lg nggak ada mbak hahaha...jd sama anak2 doaang sayanya

      Hapus
  20. kadang bermedia sosial selalu bikin jenuh luar biasa, aku belum bisa hiatus karena tuntutan pekerjaan

    BalasHapus
    Balasan
    1. beda cerita kalau itu kan mbak...karena harusss

      Hapus
  21. Lebih membatasi diri dengan berita yang makin santer, tidak mengapa mbak
    saya juga demikian jaga0jaga biar nggak makin parnoan hehehe
    sehat selalu ya Mba dan sekeluarga

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiin. sehat-sehat juga ya mbak nyi...

      Hapus
  22. Terkadang aku juga butuh break sebentar dari dunia per-sosmed-an. Apalagi kalau mulai banyak berita nggak bener bersliweran. Tidak membuka sosmed untuk beberapa hari bisa jadi lebih baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak hana. sebelum ini saya juga sudah beberapa kali break dr medsos. Tapi kali ini paling lamaa (sudah mau dua bulan)

      Hapus
  23. Dunia sosmed kadang emang lebih gaduh dari dunia nyata.., ibarat kita sedeng dengerin omongan orang disatu waktu.., pusing kan?


    Mending ..kurangi dulu, tarik diri..agar gak muntah karena kebanyakan informasi hehhehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha..benerrr mbak Nova. Ibarat dengungan lebah..saking semuanya bersuara

      Hapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)