SHMILY (Undangan Part 2)



November kemarin, aku bener-bener merasa nggak produktif. Entah kenapa fisik maupun psikis berat banget untuk dipakai melakukan hal-hal selain rutinitas domestik (yang ini sih mau nggak mau harus dikerjain). 

Mata susah diajak begadang atau sebaliknya bangun pagi. Sementara, bisanya nulis itu kalau nggak malem-malem ya pagi-pagi. Bahkan, minggu-minggu kemarin ini aku bawaannya melow melulu. Bukannya sama sekali nggak ngapa-ngapain sih. Tapi, hari-hari seolah habis hanya untuk kerjaan domestik. Blog hanya satu postingan dan juga vakum produksi nugget. Syedih...

Baca : Nugget, Sesuatu yang Tidak Terduga Itu

Postingan ini sudah aku awali sejak bulan lalu. Karena sebelumnya kan sudah nulis part 1-nya. Tapi ya itu, malah jadi draft mangkrak dan baru aku lanjutin sekarang. Ini pun harus dengan memaksa diri pake bangeeet. Karena, tanpa memaksa-diri-pake-banget, aku sebenernya lebih pengin tidur :D. (Sudah dari tadi anak-anak dan misua tidur nyenyak). 

Baca : Part 1, Bertualang Sejauh Ini

Jadi, ini adalah part 2 yang tertunda lamaaaa. Sumber tulisannya masih sama, yakni undangan pernikahanku 11 tahun yang lalu. Kalau kemarin adalah tulisan di sisi kiri (kertas), sekarang adalah tulisan yang di sisi kanan. Judulnya SHMILY. Singkatan huruf-huruf yang sangat populer ya gangs..Kalau ternyata ada yang belum tahu apa kepanjangannya, silakan googling lanjut baca ^_^ 




Lagi-lagi aku ngetik ulang dari undangan tersebut. Metode manual di zaman aplikasi serba ada seperti sekarang. Tapi melakukan hal-hal manual itu kadang ada sensasi tersendiri lhoo.. Oke, langsung cekidot yaa.

-----------------------------------------------
Kita adalah pasangan baru yang masih dipenuhi mimpi-mimpi. Di antaranya bermimpi memiliki semangat pasangan Anthony dan Alice bermain SHMILY.
Kita “bertemu” SHMILY dalam buku Chicken Soup for The Couple Soul, buku ringan yang berisi kisah-kisah inspiratif tentang cinta dua manusia. SHMILY diceritakan oleh Laura Jeane Allen, seseorang yang tidak kita kenal tapi kita syukuri karena mau berbagi cerita tentang SHMILY. Semoga Laura tidak keberatan jika kita menganggap SHMILY sebagai permainan yang sarat dengan cinta.

Anthony dan Alice adaah kakek dan nenek Laura. Kita takjub dengan cara bermain SHMILY. Ada-ada saja bentuk kreatifitasnya, seperti menoreh kata SHMILY dalam wadah gula ada atau wadah tepung. Kali lain, mereka menuliskan SHMILYpada embun yang menempel di jendela. Bahkan, mereka punya ide untuk meninggalkan kata SHMILY dengan memanfaatkan uap yang menempel pada kaca kamar mandi.

Pasangan itu juga mau sedikit repot dengan menuliskan kata SHMILY pada potongan-potongan kertas. Mereka akan menaruh potongan-potongan kertas ini di banyak tempat, seperti sepatu, bawah bantal, dashbor, dan kemudi mobil. Siapapun di antara mereka yang menemukan SHMILY akan membalasnya dengan menempatkan shm di tempat lain untuk ditemukan. Sekian lama Laura tidak mengerti arti kata SHMILY. Ia hanya yakin jika SHMILY memiliki arti khusus. Kata Laura, di rumah kakek nenekku kata misterius itu merupakan sesuatu yang sangat penting, sama pentingnya dengan perabotan.

Hingga suatu hari, Alice yang sudah menua didiagnosa terserang kanker. Upaya pengobatan tak mampu menahan hidupnya lebih lama. Dengan penuh rasa cinta dan kehilangan, Anthony menuliskan kata SHMILY pada rangkaian bunga pemakaman Alice. Baru setelah itu, Laura tahu arti kata SHMILY. Ternyata itu adalah singkatan dari See-How-Much-I-Love-You (Lihat betapa aku mencintaimu).

Hhhmmh...singkatan yang sangat unik. Ketika djadikan permainan, SHMILY tidak membutuhkan banyak biaya dan yang jelas ramah lingkungan. Cara memainkannya pun tidak menggunakan aturan baku tetapi tergantung kreatifitas masing-masing pasangan. Sekilas tampak sederhana.

Tetapi rasanya kok tidak mudah untuk meniru Anthony dan Alice. Sebab kita tumbuh dalam keluarga tradisional yang jarang (bahkan mungkin tidak pernah) mengungkapkan cinta secara verbal. Ungkapan cinta menggunakan kata-kata mungkin hanya banyak dilakukan pasangan yang belum menikah. Tetapi kemudian jarang dilakukan ketika pasangan itu sudah berubah status menjadi suami istri. Pada anak-anak pun, tidak semua orangtua bisa mengatakan cinta. Kita mencoba memahami bahwa itu bukan karena tidak sayang, tapi masalah kebiasaan dan pilihan. Di luar alasan itu, emosi seseorang tidak selalu dalam keadaan baik.

Emosi seperti grafik yang dinamis, ada garis naik, turun, juga datar. Kita bisa mengerti betapa sulitnya memainkan SHMILY ketika emosi sedang negatif. Tapi bukankah kita tidak boleh takut bermimpi. Sebab telah terbukti, banyak hal bisa terlaksana karena diawali dari mimpi. Kita menyebutnya sebagai mimpi yang diberkati.
-------------------------------------------------------


Sejujurnya, aku agak bingung sih sekarang. Kenapa dulu epilog-nya soal mimpi yah? Mimpi bahwa kami akan sering bermain SHMILY gitu? Hihihi, penutup tulisan yang sekarang terasa aneh bagiku. Tapi, entahlah, pokoknya itu yang tersurat dalam tulisan tersebut.

Aku coba mengingat-ingat, kira-kira apa yang membuat aku menuliskan itu.

Satu hal, BJ mengaku sebagai tipe orang yang nggak biasa mengungkapkan cinta secara verbal. Jadi moment "jadian" pun (kalau bisa dibilang moment), berlangsung tanpa kata iluvyu dan semacamnya. 

(Ihii, kayaknya next aku mau deh posting "not untold story jadiannya aku sama BJ." Memang "not-untold" karena sudah berkali-kali kami ceritain sama orang (yang nanya tentunya hehehe). Jadi cerita di blog sih buat sekedar cerita aja... Mana tau ada yang kelebihan waktu buat baca hahaha).

BJ itu prinsipnya, cinta nggak harus diungkapkan dengan kata-kata, tapi wajib hukumnya untuk dibuktikan dengan tindakan.

Aha.... siapa yang sepakat dengan prinsip ini? Pasti banyak. Tapi aku bukan termasuk bagian yang banyak itu. Buatku yang adalah pecinta kata-kata, mengungkapkan cinta secara verbal sama pentingnya dengan menuangkan cinta dalam tindakan. Eaaaaa....

Lagipula, apa beratnya ngomong "i love you" dibandingkan dengan kerja keras banting tulang buat memenuhi kebutuhan keluarga?? Belum lagi dilema membagi diri antara bekerja mencari nafkah dengan memberikan waktu bersama yang berkualitas.

Tapi yaaah.... banyak di antara kita (bahkan aku pun), dibesarkan dengan budaya cinta tanpa bahasa verbal. Jadi ya memang kagok  kalau mesti bilang aku-cinta-padamu pada orang-orang yang kita sayangi. Contoh terdekat, aku merasa awkward untuk menyatakan kalimat itu pada ibuku juga kakakku. Dan mereka juga nggak pernah mengungkapkan itu meski aku yakin kasih sayang mereka padaku nggak perlu dipertanyakan.

Mungkin karena latar belakang itu, sehingga ketika mengawali sebuah keluarga sendiri, aku mau hal yang berbeda. Jadi tak heran kalau aku terinspirasi dengan kisah Anthony dan Laura. Aku kepengin, di keluargaku, mengungkapkan cinta secara verbal bukanlah menjadi hal yang sulit. Bukan hanya kami selaku suami-istri, tapi juga antara kami selaku orangtua dengan anak-anak. 

Dan memang keinginan itu terwujud. Bilang iluvyu, imissu, dan sebangsanya, sudah menjadi kebiasaan bagi kami berempat. 

TAPI..... (hehehe, ada tapi-nya nih gaisss..)

Oke, BJ memang sudah nggak antipati lagi sama kata-cinta. Tapi apakah kami sering bermain SHMILY ala Anthony dan Laura??

Jawabnya :

ENG ING ENG..... ternyata TIDAK sodara-sodara (dan aku bingung, mesti pasang emoji sedih atau ketawa sekalian koprol ^_^)

Rupanya menjadi seromantis Anthony dan Laura adalah terlalu idealis bagi kami (jujur :D). Kayaknya kami nggak kreatif nyelip-nyelipin pesan SHMILY ala Anthony dan Laura. Yang kami lakukan paling-paling sesekali ketik SHMILY lewat WA 😀


Bahkan, realitasnya, sampai hari menulis ini pun, kami masih sering tersandung masalah komunikasi. Rrrrrrrr.... kadang ada waktu-waktu di mana aku dan BJ merasa nggak nyambung dalam hal komunikasi. 

Kadang sepele saja sih. Semisal BJ suka pakai headset saat pakai handphone. Sehingga ketika aku panggil sekali dua kali dia nggak denger lalu aku jadi bete. Atau aku sering salah menangkap perkataan dia, (iya, beneran salah dengar!), lalu dia yang gantian bete. Penyebab lain, kadang dia atau aku sudah serius cerita, eh responnya kurang apik. Jadi males lanjut cerita.. mood juga jadi ambyar. 

Pada kami, stereotipe bahwa laki-laki itu cenderung rasional sementara perempuan itu cenderung baperan itu iya banget. Di satu sisi, aku yang suka baperan merasa BJ nggak bisa memahami lalu jadi males cerita. Sementara BJ kan bukan cenayang yang bisa menebak isi hati dan perasaan hanya dari perubahan raut muka istrinya.

Memang sih, puji Tuhan rasanya belum pernah ada Baratayuda di antara kami berdua (oh jangan-jangan-jangan!). Mungkin karena kami berdua tipe yang lebih memilih diam saat marah. Jadi, memang sangat jarang berantem mulut yang tinggi-tinggian nada suara. Berantemnya kami itu ya diam-diaman yang biasanya juga nggak akan tahan lama. Karena memang nggak enak ya lama-lama gencatan senjata.

Meski masih saja ada moment saling diam, bersyukurnya, selalu ada sesi "kesehatian" di antara kami berdua. Istilah kesehatian ini aku dapat dari PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) yang dulu kami sama-sama pernah bergiat di situ. Kesehatian adalah sesi curhat satu (dalam forum pengurus) tentang kegiatan organisasi maupun hubungan personal satu sama lain. Tujuannya supaya nggak ada ganjalan dalam hati dan endingnya adalah saling memaafkan dan memperbaiki kesalahan.

Kalau sudah bener-bener empet, biasanya aku dan BJ mengambil waktu untuk kesehatian. Aturan yang wajib disepakati adalah : jangan menyela pembicaraan. Biarkan pesan tersampaikan secara utuh menurut versinya dan tanggapi dengan dingin. Ingat! Tujuan bicara bukanlah untuk saling menjatuhkan tapi justru supaya tercapai kelegaan.

Puji Tuhan, langkah ini rasanya nggak pernah gagal sih. Meski bukan berarti terus nggak ada berantem (dalam diam) lagi. Tapi tiap berantem, pasti ada ujungnya. 

Dan biasanya, kalau lagi open-heart and mind gitu baru terasa wajib untuk saling berkata SHMILY dengan segenap hati lalu erat berpelukan seperti teletubbies. Yang terjadi selanjutnya sih nggak perlu diceritain ya... :P

  

2 komentar untuk "SHMILY (Undangan Part 2)"

  1. Tulisan"nya sangat menginspirasi sekali! Terimakasih ya mbak sudah berbagi pengalaman :)

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)