Renungan Sebelum Natal



Menemukan tulisan ini ketika mencari puisi untuk pentas Natal. Jadi, ini bukan hasil karyaku ya gangs. Duluuuuuu banget sih aku cukup rajin bikin puisi. Bahkan, beberapa puisiku sempat dimuat di koran. Tapi sekarang, entah-lah, daya puitisku seolah sudah menyublim hingga hanya tersisa remah-remah. Tak cukup menopang percaya diriku untuk membuat puisi sendiri. 



Aku mendapatkan puisi ini dari link berikut :  
http://sarlenjm.blogspot.com/2008/11/surat-dari-yesus-menjelang-natal.html. Di sini aku mengedit di beberapa bagian. Pertama, judul aslinya adalah Surat dari Yesus (tapi di artikel ini aku buat "Renungan Sebelum Natal"). Kedua, aku memotong beberapa bagian supaya durasi pembacaan tak terlalu lama.  Ketiga, aku merombak beberapa kata agar terasa lebih pas dengan kami-kami yang akan membacakannya di atas pentas. FYI, membacanya enggak solo, tapi rame-rame, ganti-gantian per bait gitu. 

(Duh, mohon maaf pada penulis asli karena karyanya aku permak sedemikian rupa)

Aku pribadi merasa langsung nge-link dengan puisi ini karena terasa pas dengan situasi Natal, di mana hari raya ini telah terkomodifikasi sedemikian rupa. Sehingga banyak orang (tak mustahil aku terikut serta), larut dalam kesibukan dan kemeriahan Natal tapi justru kehilangan esensi-nya. Berlatih bareng membaca puisi ini memang ada ketawa-ketiwi (maklum, kami ibuk-ibuk yang sehari-hari jauh dari puisi). Tapi latihan membaca ini sekaligus jadi kegiatan reflektif : jangan-jangan kami juga seperti orang-orang yang diceritakan di puisi ini? Duuuh, jangan!!

Jadi, menemukan ini di bulan Desember memang terasa sebagai REMINDER!! 

Tulisan ini juga mengingatkanku pada kisah lukisan Holmunt Hunt tentang Yesus yang berdiri di luar pintu dan mengetuk. Namun, pada pintu bagian luar tak ada pegangan pintunya. Hunt sengaja melukisnya demikian sebab pintu adalah metafor dari hati kita. Membuka pintu hati untuk Tuhan memang harus dilakukan dari dalam. Maka itu, aku menggunakan gambar beliau sebagai ilustrasi di artikel ini.

Nggak perlu panjang-panjang cerita pembukaannya yah... Langsung ke puisinya dan selamat menyambut Natal :


SURAT DARI YESUS

Sahabat-KU terkasih,
Ini adalah hari-hari ketika banyak orang merayakan kelahiran-Ku
Sungguh menyenangkan untuk berpikir bahwa orang-orang mengingat AKU
Bahkan mungkin, orang-orang yang dalam keseharian abai pada-Ku sekalipun
Hari ini turut datang untuk merayakan AKU

Tapi sungguhkah semua hati tertuju pada-KU

AKU ingat pada suatu perayaan besar untuk-KU
Meja perjamuan penuh dengan sajian makanan yang lezat
kue-kue, buah-buahan,  dan beraneka hidangan
Dekorasinya sungguh indah menawan
Juga ada banyak sekali hadiah untuk dibagikan

Tetapi, adakah kalian tahu?
AKU tidak diundang
Sungguh suatu keanehan
Sebab  AKU disebut sebagai tamu kehormatan
Tapi AKU justru tak mendapatkan pemberitahuan

Pesta itu disebut-sebut  untuk AKU
Tetapi AKU justru dibiarkan di luar
padahal AKU begitu ingin bersama mereka
ikut duduk, makan, bernyanyi, dan menari gembira

Tapi memang, sesungguhnya, hal itu tidaklah mengejutkan-Ku
Sebab AKU sudah sering mendapati
Pesta-pesta yang diadakan atas nama-KU
Tapi AKU justru tak bisa masuk ke situ

Lalu AKU datang diam-diam, tanpa menarik perhatian
AKU duduk di pojokan dan sendirian melihat semua kemeriahan
Ah ya, mereka minum-minum
Bahkan, sebagian mulai mabuk-mabukan,
lalu melontarkan gurauan-gurauan yang....
ah tak semuanya pantas didengarkan
Sungguh, mereka larut dalam pesta-pora.

Menjelang tengah malam semua saling berpelukan 
Dengan canggung AKU turut merentangkan tangan
berharap seorang akan memeluk-KU.
Tapi tahukah engkau,
tak seorang pun datang untuk memberi-KU pelukan.

Lalu, tiba acara pembagian  hadiah
Ketika semuanya telah mendapatkan bagian
AKU masih menunggu hadiah untuk-Ku
Tapi ternyata tak ada

Bagaimanakah gerangan perasaanmu
ketika pada hari ulang tahunmu semua orang saling berbagi hadiah
Tetapi  engkau sendiri justru  tidak mendapatkan apapun?
Akhirnya AKU tahu
Bahwa AKU tidak dikehendaki dalam pesta itu

Tahun-tahun berlalu
Dan keadaan justru semakin parah
Orang hanya ingat pesta, baju baru, dan segala macam pentas
Tapi justru tak ingat akan AKU

Sahabat-KU
AKU rindu Natal ini engkau membiarkan-Ku masuk dalam hidupmu.
AKU rindu engkau mengingat  bahwa lebih dari dua ribu tahun yang lalu
AKU datang ke dalam dunia demi memberikan nyawa-Ku
AKU rindu kalian meyakini hal itu dengan segenap hati.
Sungguh AKU rindu
Turut serta dalam pestamu (*)





Posting Komentar untuk "Renungan Sebelum Natal"