Sidihoni, Danau di Dalam Danau





Seperti janji di postingan sebelumnya, aku mau berbagi cerita tentang Danau Sidihoni. Namanya memang tidak seterkenal "induknya", yakni Danau Toba. Soal ukuran luas, Sidihoni juga kalau jauh dengan Danau Toba. Namun, danau kecil ini istimewa mengingat letaknya adalah "di dalam" Danau Toba. Atau, istilah yang lebih lazim dipakai adalah "danau di atas danau."


Aku menggunakan istilah "di dalam" karena memang mesti menyeberangi Danau Toba untuk bisa mencapai Sidihoni. Padanannya seperti kamar tidur yang lazimnya terletak di dalam kamar. Jadi jangan salah asumsi bahwa "di dalam" ini berarti mesti menyelam Danau Toba untuk sampai Sidihoni. Adapun penggunaan istilah "danau di atas danau", adalah mengacu pada ketinggian Sidihoni yang berada di pungggung perbukitan Pulau Samosir. Jadi danau ini memang berada di ketinggian (tapi jangan tanya berapa m dpd -- meter di atas permukaan danau yaa :D). Dari jalan menuju Danau Sidihoni kita bisa melihat hamparan Danau Toba di bawah sana. 

Perjalanan ke Sidihoni berawal dari Hotel JTS Pangururan tempat kami menginap. Agenda hari kedua memang cuma ke Sidihoni lalu lanjut antre kapal feri. Tak seperti masuknya yang lewat jalur darat Tele, kami keluar Pulau Samosir menyeberang danau seperti yang lalu-lalu. 

Usai sarapan pagi, kami langsung check out. BJ melajukan mobil ke arah kota Pangururan. Di ibu kota Kabupaten Samosir ini kami mampir warung buat beli minum sama tongsis (karena tongsis yang kami bawa patah :D). Untuk barang kualitas setara, harga tongsis di sini nggak jauh beda sama di Medan. Kalau ada selisih, ya wajarlah. Mungkin si pedagang belinya di Medan. Terpenting, pedagangnya nggak nggetok harga meski tahu kami adalah pelancong. 

Bagaimanapun, di Danau Toba juga ada cerita-cerita soal getok harga lho. Yang aku sering dengar sih tentang penjual buah-buahan (terutama mangga udang). Sudah harga dimahalin, timbangan juga dikurangi. Kalau yang pernah aku alami sendiri adalah harga makanan. Sudah lama sih, yakni saat aku baru merid sama BJ dan sebenernya masih tinggal di Bandung. Aku ambil cuti buat mengunjungi suami (ahaaa..betapa sudah lama berlalu) lalu jelong-jelong ke Danau Toba.

Kami makan di sebuah rumah makan masakan Padang di Parapat. Tiba saat bayar, agak-agak tercengang-lah dengan harganya. Aku sudah lupa sih nominalnya berapa. Pokoknya terasa nggak sepadan dengan kondisi rumah makan dan masakannya. Kalau masakan enak dan tempatnya bagus, harga mahal sih sepadan. Lha ini tempatnya biasa dan masakannya seperti diangetin beberapa kali. Sekarang sih sebelnya sudah hilang. Kami bahkan sudah lupa, rumah makannya yang mana. Jadi pengalaman saja. Mudah-mudahan getok-getok harga tinggal cerita. 

Kembali ke cerita Sidihoni. Dari toko tongsis, kami melalui jalan dekat Terminal Pangururan lalu terus naik ke atas. Jalannya memang naik-naik-dan naik, serta cukup berbelok-belok. Di beberapa tikungan tajam sebenarnya sudah dipasangi cermin cembung (convex mirror) yang adalah piranti pendukung keselamatan berkendara. Tapi sayang sekali, banyak cermin cembung yang pecah dan tinggal tiang penyangganya. 

Duuuh suka sebeeeeel kalau lihat fasilitas umum rusak-rusak begini. Namanya kaca tinggi begitu, kalau sampai pecah total kemungkinan besar karena memang dilempar batu. Padahal, berkendara di sini sangat perlu kehati-hatian. Apalagi di beberapa ruas jalan, aspalnya bopeng cukup parah. (Mudah-mudahan cepat dihaluskan kembali).

Jarak Pangururan - Danau Sidihoni kurang lebih delapan kilometer dan bisa ditempuh sekitar 30 menit. Jika masuk dari Tuktuk, jaraknya sekitar 40 kilometer menyusuri punggung Pulau Samosir. Posisi persis danau seluas lima hektare ini adalah di Desa Sabugan Nihuta, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir. 

Sesampai di sana, kami agak bingung-bingung sedikit. Soalnya, meski sudah nampak hamparan air tapi belum ketemu pos retribusi layaknya kalau masuk daerah wisata. Bahkan, papan nama danau juga baru kami temukan setelah kami makin mendekat. 

Ah ya, dari yang aku baca, danau ini memang beluk dikelola sebagai tempat wisata. Jadi memang belum ada retribusi masuk. Danau yang julukannya keren ini bener-bener tampak masih "mentah". Sama sekali belum tampak sentuhan pembangunan wisata. 


dua bocah

Aku jadi ingat Umbul Ponggok di Klaten yang ulasan tentangnya mudah sekali ditemukan di internet. Kolam yang tak seberapa luas, tapi hits sebagai tempat "snorkeling di air tawar". Umbul yang tadinya kolam mata air "biasa" tapi kini bisa menjadi sumber pendapatan desa hingga nominal miliaran. Belum lagi multiplier effect-nya. 

Inikah yang namanya kesenjangan kemajuan wisata? 

Saat kami datang, sama sekali tak terlihat ada pelancong lain.  Yang tampak adalah aktifitas para penduduk sekitar. Di kejauhan, beberapa perempuan mencuci baju dengan setengah badan nyemplung ke danau. Di dekatnya ada beberapa anak yang asyik berenang (mandi). Lalu seorang bapak yang menebar jala. Juga beberapa ekor kerbau sedang makan rumput. Terdekat dengan kami, sebuah mobil bak pengangkut tandon air pelan menuju bibir danau. Rupanya mobil tersebut dilengkapi pompa penyedot air danau.



Meski di pinggir jalan aspal dan di sekitar kami tampak beberapa bangunan rumah, tapi suasana terasa lengang. Mau nanya-nanya cerita seputar danau, tapi bingung ke siapa. Sekalinya ada orang, dia tampak lagi buru-buru sehingga tak bisa lama ngobrol. Jadinya kami hanya jalan-jalan dan duduk-duduk di sekitar parkir mobil. 

Buatku, tempat ini indah. "Sisi baik" dari belum menjadi obyek wisata yang ramai adalah, kita bisa menikmati keindahan aslinya. Hamparan air dikelilingi perbukitan hijau, landai, dan tak terlalu banyak pohon. Kontur dan warna yang mengingatkanku pada film Teletubbies. Saat aku datang, cuaca cukup panas tapi tidak menyengat. Langit biru dengan berawan terpantul di permukaan danau.


perlu "mengusir" si kecil agar bisa foto berdua :D

Konon danau ini pernah mengalami kekeringan hebat. Mengutip laman medanbisnisdaily.com, kekeringan pernah terjadi tahun 1943, 1958, dan 2004. Biasanya danau menjadi kering karena ada lubang-lubang baru di dasar danau sehingga air "bocor" ke bawah. 

Fakta sejarah dan ilmiah seputar Danau Toba dan sekitarnya memang menarik (tapi aku baru tahu sebagian kecil sih). Termasuk Danau Sidihoni ini. Masih menurut laman yang sama, berdasarkan penelitian seorang akademisi Universitas Sumatera Utara, Erwin Landy, di perut Pulau Samosir ada sungai berupa rekahan yang terbentuk karena ledakan Gunung Toba. Karenanya, tipografi dasar tanah di Pulau Samosir adalah terdapat banyak "sumur". Akibatnya, ada kalanya di Samosir terjadi kekeringan meski curah hujan cukup tinggi.


gereja di bukit yang tak seberapa jauh dari Danau Sidihoni








30 komentar untuk "Sidihoni, Danau di Dalam Danau"

  1. Wah bagus banget nih ya Mbak danaunya. Pemandangannya juga bikin tenang

    BalasHapus
  2. Ini tempatnya cocok banget ya buat menengangkan pikiran

    BalasHapus
  3. Ini tempatnya cocok banget ya buat menenangkan pikiran

    BalasHapus
  4. Wah coock banget nih kalau mengajak si kecil ke sini. Tempatnya bagus banget

    BalasHapus
  5. So sweet banget nih Mbak foto berdua. Tapi harus mengusi si kecil dulu biar bisa foto gitu :D

    BalasHapus
  6. Ini nih yang saya suka. Pemandangan alamnya bagus banget Mbak. Cocok banget dah memang buat foto hehe

    BalasHapus
  7. Sayang banget ya belum dijadikan obyek wisata, atau memang belum ada yang tertarik untuk berkunjung sehingga masyarakat sekitar menganggap enggak ada yg akan datang ya mbak?

    BalasHapus
  8. Setuju, Mbak. Sisi baik dari lokasi yang belum dikenal sebagai tempat wisata, keindahan alamnya masih asli. Kadang-kadang saya juga suka ke tempat wisata yang sepi. Suka merasa bising kalau terlalu ramai

    BalasHapus
  9. Pemandangannya indah, asyik untuk piknik bareng keluarga, unik pisan ya danau di dalam danau, hehe karena berada di tengah pulau ya mba

    BalasHapus
  10. Dua kali ke Medan tak sempat ke Danau Toba. Padahal kalau ke Danau Toba harusnya skalian bisa mampir ke danau indah ini ya mbaa :)

    BalasHapus
  11. Semoga kelak Danau Ini seperti tempat wisata Umbul Ponggok yaaa, ngehits.
    Tapi pengen juga ku ke sini, danau di atas danau

    BalasHapus
  12. Cantik ya pemandangannya. Aku baru tau ada danau anakan dari danau toba. Enak sih kalau masih perawan begini, terasa orisinil suasananya hehehe...

    BalasHapus
  13. Aku jadi penasaran, selama ini ngertinya PUlau Samosir itu tak ada penghuninya. Ternyata berpenghuni ya dan kehidupan penduduknya juga beragam. Ada yang menjala ikan, nyuci, bahkan nyedot air danau untuk tandon air. Menarik juga pemandangan sekitar danau yang masih alami

    BalasHapus
  14. Tadinya saya juga mengira di dalam tu musti menyelam dulu..hihi. . Memang baru dengar nama Danau Sidihoni berikut ceritanya keindahannya. Kadang karena ada yang lebih besar, yang kecil jadi terlupakan. Sebagaimana candi-candi di Jogja juga. Ada candi plaosan yang indah, tapi kalah pamor dengan prambanan padahal letaknya berdekatan. Tapi saya justru suka yang masih sepi, keindahan bisa dinikmati sendiri.. Hihi... Tfs mb... Kapan ya bisa ke medan?

    BalasHapus
  15. Mudah-mudahan dengan tulisan ini bisa membuat banyak orang tertarik untuk mengunjungi danau Sidihoni ya mbak. Jujur aja saya juga baru tahu kalau ada danau lain selain danau Toba di sana.

    Sebagai orang kelahiran Klaten, saya malah belum pernah ke umbul ponggok lho hehehe... mudik lebaran kemarin juga nggak sempat ke sana

    BalasHapus
  16. Wah pemandangannya danau Sidihoni masih asli ya mbak. Apalagi kita masih bisa melihat penduduk asli yang masih beaktifitas seperti biasanya, itu bonus saat berwisata. Duh liat foto gereja yang di bukit yang nggak jauh dari danau Sidihoni jadi pengen kesana.

    BalasHapus
  17. Danau Sidihoni? Wah, baru dengar saya. Padahal lokasinya memang kayak 'menyambung' dengan Danau Toba.

    Danau Sidihoni ini belum terkenal sehingga masih jarang wisatawan yang datang. Kalau untuk dijadikan tempat wisata memang perlu promosi, ya.

    BalasHapus
  18. Melihat foto2nya jadi inget kapan hari lihat video salah satu taman berdanau di area castle milik keluarga kerajaan Inggris yang dihuni Prince Harry dan Meghan. Ini persis gambarannya misal dikelola dengan baik. Taman indah dengan danau yang bakalan menarik banyak turis untuk datang sekadar untuk keluar dari rutinitas sehari-hari.

    BalasHapus
  19. Nah dari postingan2 kaya gini aku jadi tahu kalau di dalam Danau Toba itu ada danau lain ya namanya Sidihoni.
    Btw mbak kalau mangga udang itu seperti apa ya?

    BalasHapus
  20. Dulu aku cuma tahu Danau Toba dan ditengahnya ada pulau Samosir. Ternyata ada danau lagi di dalam Danau Toba ya. Semoga suatu saat aku bisa kesana :)

    BalasHapus
  21. Lwah baru tahu d danau toba ada danaunya. Tahunya danau toba ada pulau samosir aja

    BalasHapus
  22. Mungkin harga makanannya digetok krn tau kalau turis/ pendatang kali ya mbak :(
    Btw aku baru tau kalau ternyata ada gunung Toba, skrng msh ada/ aktif?
    Ooo jd danau kecilnya itu dulu krn bekas sungai, tapi skrng udah kyk tebendung otomatis gtu kah mbak?

    BalasHapus
  23. Suka banget dengan pemandangan gereja dan padang rumput di foto paling bawah. Kayak Little House on the Prairie.

    BalasHapus
  24. Aku juga lebih suka ke tempat wisata yang masih jarang dikunjungi, tp suka greget juga yah kalau nemu ada fasilitas umum yang dirusakin

    BalasHapus
  25. Wah mbak ini artikelnya bakalan dicari banyak org nih. Artikel ttg Sidihoni ini masih dikit soalnya. Suamiku dulu pernah ke danau Toba dan cerita kalo di pulau Samosir itu ada danaunya lagi gitu.

    BalasHapus
  26. Nah, kalau aku, justru suka banget sama destinasi wisata yang belum "go public" hihihi.
    Masih alami, belum banyak pengunjung, belum banyak plastik dan kawan-kawannya.

    Kalaupun kelak mau dikelola secara profesional, untuk menaikkan pendapatan warga sekitar, semoga masih terlihat alami, rapi dan bersih.

    Baidewei,
    Aku belum pernah ke danau Sidihoni, baru ke "emaknya" saja, Danau Toba, itupun via Parapat.

    BalasHapus
  27. Bisa 'bocor' gini ya danaunya? menarik dan semakin menarik sedikit sekali yang tau. Untungnya dirimu nyeritain soal ini. Kalau rame kayaknay bagus buat potensi ekonomi di sana. Mudah-mudahan ga diikuti dengan getok harga yang makin mahal, tapi makin friendly ya

    BalasHapus
  28. Asik banget ini pemandangannya, aku ke danau toba saja belum pernah lihat ini jadi ingin liburan kesana sekalian menjelajah.

    BalasHapus
  29. Kalau sudah dikelola jadi tempat wisata, bakalan lumayan tiket masuknya karena danaunya indah begini.

    BalasHapus
  30. Bukitnya mengingatkanku sama Bukitnya Teletubbies.
    Btw,
    kak...apakah banyak wisata di sekitar Danau Toba di samping Danau Sidihoni?

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)