I Surrender (Tentang Menutup Polis Asuransi)

picsource : cover buku polis Allianz (edited)



Hari-hari ini saya lagi menunggu transfer uang dari P. Ini bukan inisial orang, melainkan perusahaan asuransi yang identik dengan warna merah dan logo kepala diikat pita. Tahu kan asuransi apa? Ini sudah dua minggu sejak polis dan berkas isian saya diterima pihak P. Seminggu lalu, saya sudah telpon ke hotline dan katanya nggak ada masalah dengan berkas-berkas saya. Jadi ya, tunggu aja deh. Kalau beberapa hari lagi tetap belum masuk, terpaksa mesti telepon lagi.

Yess, saya memang mengirim form surrender (beserta berkas-berkas pelengkapnya) untuk polis asuransi saya. Polis ini bikinnya waktu masih single sehingga "usianya" sudah hampir 12 tahun. Untuk ukuran polis, rasanya sudah termasuk usia dewasa yaaa. Apalagi ini adalah jenis asuransi unit link. Sudah lewat “masa wajib bayar” yang sepuluh tahun (eh dulu, kirain kalau udah sepuluh tahun terus nggak bayar premi, uangnya bakalan terus berkembang. Ternyata enggak seperti bayangan saya dulu hahaha).   

Nutup polis unit link berusia hampir 12 tahun, dapat duit gede dong?

Hahaha, sayang sekali jawabannya tidak. Soalnya, premi bulanan saya adalah jumlah paling minimal. Sudah begitu, tahun lalu saya menarik nilai tunai hingga hanya tersisa limitnya. Uangnya kami pakai untuk nambah uang muka rumah.  Jadi, dibandingkan dengan bayangan duit gede, uang yang saya tunggu ini cuma keraknya aja hahaha. Meski kerak, tetap saya urus dong. Kerak kan enak buat cemilan. Kalau dengar temen pilih membiarkan polisnya hangus gara-gara nggak sanggup bayar premi, saya agak menyayangkan. Nutup polis/tarik tunai itu nggak ribet-ribet amat kok. Haha, mereka yang kehilangan duit kok saya yang merasa sayang. Ketahuan kalau cinta uang #eh.

Bisa dibilang, menutup polis ini realisasi dari apa yang sudah saya pikirkan sejak awal tahun lalu, yakni saat polis saya baru saja sepuluh tahun. Hahaha, lama banget yaaa dari mikir-mikir hingga eksekusi. Kayak nggak niat gitu. Jujur, memang sempat galau mau tutup apa nggak. Ada beberapa pertimbangan yang bikin saya enggak segera bikin keputusan.

Trus, setelah 90 persen mantap, eh pasar modal malah tren menurun. Padahal, semua porsi tabungan dari polis saya dialokasikan ke saham. Saya memang nggak cek detail, melainkan langsung berasumsi (haha asumsi loooh) kalau nilai unit saya ikut menurun. Bukan saat yang tepat untuk menutup polis.

Tapi kapan saat yang tepat? Sementara saya enggak canggih memprediksi pasar saham. Sementara saya tetap harus bayar preminya setiap bulan. Jadilah bulan lalu, saya tetapkan hati untuk menutup polis. Siap risiko berapapun nilai tunainya. Oh ya, nggak hanya polis P tapi sekaligus juga polis A yang identik dengan warna biru.

 
cover buku polis buat foto di atas ^-^

Di sini akan saya ceritakan tahap-tahapan penutupan polisnya plus itungan duitnya. Tadinya sih saya segan memaparkan hitungan uangnya. Tapi saya lumayan sering dapat pertanyaan soal ini gara-gara postingan menutup polis suami. Padahal, sejatinya dulu saya enggak menutup polis sih. Saya hanya mengambil nilai tunai sampai limit bawah kemudian membiarkan polisnya lapse. Saat itu saya juga datang langsung ke kantor agen. Sedangkan kali ini saya hanya telepon customer care dan mengirimkan polis plus berkas-berkas lain lewat ekspedisi.

Berikut kronologinya :

1 November 2018

Saya menelpon customer care P dan A. Beberapa orang yang kontak saya mengaku kurang yakin kalau hanya telepon customer care untuk urusan ini. Tapi saya sih yakin saja. Pengalaman saat menarik nilai tunai tahun lalu, saya melakukannya hanya dengan by phone. Mengapa pilih by phone? Karena saya sudah nggak pernah lagi kontak dengan agen. Saya juga males mesti macet-macet ke kantor cabang. Jelas makan lebih banyak waktu, tenaga, dan biaya.

Staf customer care A melayani dengan ramah. Tanpa persuasi apapun, si mbak staff melayani permintaan saya untuk mengirimkan berkas-berkas penutupan polis. Staf customer care P juga melayani pembicaraan telepon dengan ramah. Bedanya, si staff berusaha memengaruhi saya untuk tidak menutup polis dengan alasan, “sayang lho polis ibu sudah sangat tua, kalau buka polis baru lagi, preminya akan jauh lebih tinggi.” Huhuhu, iya sih. Tapi saya memantapkan hati. Hla, menutup polis ini sudah panjang sekali mikirnya ^-^

Hari itu juga, form penutupan polis beserta form pendukung dikirimkan ke email. Bisa juga sih kalau minta form fisik dan dikirim via ekspedisi ke alamat kita. Tapi saya pilih email saja biar cepet.

Dengan situasi saya, baik dari A maupun P, hanya perlu dua jenis form. Tentunya akan beda di situasi lain, misal menarik nilai tunai dari polis anggota keluarga yang sudah meninggal.  Pasti akan butuh form lainnya. Maka itu, di sini saya enggak list apa saja jenis formnya. Kalau telepon customer care pasti dikasih form sesuai kebutuhan kita.

5 November 2018

Saya mengirim polis asli bersama form yang sudah saya isi beserta berkas-berkas pendukung (kopi KTP dan buku tabungan) masing-masing dalam satu amplop ke alamat A dan P (di Jakarta) melalui JNE.  

7 November 2018

Berdasarkan tracking resi JNE, berkas saya sudah sampai di alamat.

12 November 2018

Ada telepon masuk dengan kode daerah 021 tapi tidak terangkat oleh saya. Saya menduga, ini dari A atau P

13 November 2018

Ada SMS dari A yang menyatakan saya tidak bisa dikonfirmasi sehingga proses pencairan uang belum bisa dilakukan. Hari itu juga saya menelpon customer care A dan selanjutnya saya ditelepon bagian penutupan polis. Konfirmasi berhasil dilaksanakan dan saya hanya tinggal menunggu uang masuk. Hari itu saya juga menelpon P dan mendapat jawaban bila tidak ada masalah dalam berkas-berkas saya. Tunggu saja uangnya masuk, katanya.

15 November 2018

Ada transfer uang dari A senilai Rp 7.054.804 (saat telepon pada 1 November, posisi nilai tunai saya Rp 6.917.001). FYI, polis A saya berlaku sejak April 2007 dengan premi bulanan Rp 300.000. Artinya, hingga Oktober 2018, polis saya sudah berusia 11 tahun 6 bulan (139 bulan). Sehingga, total premi yang sudah saya setorkan adalah 139 x Rp 300.000 = Rp 41.400.000. Tahun lalu, saya tarik nilai tunainya Rp 30.000.000. Artinya, total nilai tunai yang saya dapatkan adalah Rp 30.000.000 + Rp 7.054.804 = Rp 37.054.804. Ada selisih negatif dari total premi dengan total nilai cash sekitar Rp 4 juta.

21 November 2018

Menurut customer care P, pengurusan penutupan polis maksimal 14 hari kerja sejak berkas diterima. Kalau dihitung sejak 7 November, ini sudah 14 hari. Ya tapi memang bukan 14 hari kerja sih, karena ada hari Minggu plus Selasa libur nasional. Setidaknya saya sudah konfirmasi kalau nggak ada masalah apapun dalam berkas saya. Berbeda halnya dengan saat menarik tunai tahun lalu. Ada satu berkas yang kurang sehingga pengurusannya molor dari 14 hari kerja. Jadi, saya masih tunggu deh sampai beberapa hari ke depan. Kalau nggak masuk juga terpaksa kontak customer care lagi.

Polis P berlaku sejak Desember 2006, dengan demikian hingga Oktober 2018 ini polis saya sudah berusia 12 tahun kurang 2 bulan (142 bulan).  Artinya, total premi yang sudah saya setorkan adalah 142 x Rp 300.000 = Rp 42.600.000. Sedangkan posisi nilai tunai saat saya telepon pada 1 November adalah  Rp 4.186.745 (entah nanti berapa riil-nya yang akan saya terima, kemungkinan tidak akan jauh beda). Tahun lalu, saya mengambil nilau tunainya Rp 30.000.000. Jika menggunakan nilai itu, maka nilai tunai saya setelah berinvestasi selama 142 bulan adalah Rp Rp 30.000.000 + Rp 4.186.745 = Rp 34.186.745.  Ada selisih negatif kurang lebih Rp 8 juta.

Selisih negatif P lebih besar dibandingkan A ya.... Ya jelas saja karena di A hanya asuransi jiwa dan kecelakaan. Sedangkan di P mencakup asuransi jiwa, penyakit kritis, plus kesehatan (rawat inap). Dengan demikian, biaya untuk asuransi di P lebih besar daripada di A. Lagipula, di atas hanya hitungan yang sangat simple. Sementara di unit link, uang kita nggak full untuk investasi. Tapi juga mencakup asuransi, akuisisi, dan administrasi.

Rugi dooong. Masa sudah sepuluh tahun lewat pun masih nggak bisa menyamai total nilai premi. Apalagi, belum pernah sekalipun saya rawat inap/kecelakaan yang bisa dicover asuransi. (Nginap di rumah sakit karena operasi caesar nggak dicover oleh polis ini hehehe).

Ya sih, kalau dihitung begitu saja memang rugi. Tapi andaikan dalam masa pertanggungan saya opname atau amit-amit meninggal dunia, lalu klaimnya cair melebihi “nilai kerugian tadi”, secara material (rupiah) apa ya masih mau bilang rugi? Kalau selama polis berlaku saya tidak pernah sakit/kecelakaan yang masuk dalam klausul pertanggungan, mesti bersyukur atau malah merasa rugi? ^-^

Mungkin ini dampaknya kalau asuransi dicampur investasi tanpa disertai pemahaman memadai. Peserta asuransi jadi berpikir punya ekspektasi tinggi untuk untung. Ngitungnya sekedar sekian total uang yang saya setorkan, tentunya dengan harapan kembalian yang lebih. Padahal di unitlink, tidak semua uang kita diinvestasikan karena juga dialokasikan untuk asuransi (dan lain-lain).

Apalagi, kalau dapat agennya yang tidak customer oriented. Agen yang hanya menjelaskan panjang lebar soal potensi keuntungan tapi memberikan keterangan minimal tentang risiko kerugian (atau malah mengaburkannya). Padahal namanya investasi, ya bisa untung bisa rugi. Terlebih, dasar asuransi adalah membayar perlindungan. Di asuransi jiwa dan kesehatan murni, premi bahkan bisa hangus total sekalipun tidak ada klaim.

Buat saya sih, ini jadi pengalaman berharga. Soalnya, gara-gara jadi nasabah unit link-lah, saya  kemudian tergerak untuk banyak membaca tentang investasi.  Setidaknya, saya jadi siap dengan selisih minus yang saya alami. Kalau nggak paham, bisa jadi saya ngamuk-ngamuk dan kecewa berat gara-gara realisasi tak sejalan dengan ekspektasi. Saya nggak bisa sebut kuantitas, tapi kayaknya banyak orang yang kapok atau antipati pada asuransi gara-gara kasus seperti ini.

Kalau saya sih tetap berpandangan positif pada produk-produk asuransi. Saya tetap memandang penting untuk memiliki asuransi. Karena asuransi itu seumpama payung. Kalau nggak hujan/panas ya syukur, tapi kalau-kalau terjadi panas/hujan bisa payungan. No debate soal ini sih ya, kembali ke prinsip masing-masing #salamansambilsenyum.

Yang perlu dilakukan sebelum mengambil polis asuransi adalah pelajari dan cermati. Huhui, gampang ya ngomongnya. Padahal, saya sendiri belum benar-benar melakukannya. Contohnya, saya nggak khatam tuh baca buku polis yang tebel dan kata-katanya sulit dipahami :D.

(Disclaimer : perhitungan polis saya tidak bisa diperbandingkan dengan polis-polis lainnya. Sebab, setiap polis punya kondisi masing-masing).

49 komentar untuk "I Surrender (Tentang Menutup Polis Asuransi)"

  1. Yup, kalo sudah ikut asuransi yang ada investasinya, ya memang harus siap ruginya. Urusan asuransi dan investasi aku juga masih nggak terlalu paham, biasanya nanya suami :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau saya nggak pakai istilah rugi sih mbak liany. Lha "rugi" di sini berarti nggak pernah klaim (karena nggak pernah sakit yg sampe opnam ^_^)

      Hapus
  2. Panjang juga ya ngurus-ngurus soal penutupan asuransi gitu. Polis-polis lainnya ada yang berbeda karena beda perusahaan asuransi. Intinya asuransi X, tentu beda asuransi Y.


    Terima kasih informasinya, Mbak.. saya jadi sedikit paham tentang asuransi dan penutupannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya mbak. Makanya jd ada yg malas ngurus dan merelakan saja uangnya :)

      Hapus
  3. Saya masih ragu MBA memilih asuransi..selamat Ini nabung Dan pake asuransi kantor aja tp harus memikirkan juga nih kalau suami dah ga ngantor pake asuransi/ga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya nutup polis krn salah satunya jd kedobel2 asuransi (dr kantor suami)

      Hapus
  4. Saya sangat awam banget mba tentang asuransi ini apalagi penutupannya. Terimakasih sdh berbagi mba 👍

    BalasHapus
  5. Kalau aku belum tertarik ikutan asuransi/polis mba, karena gak ngerti walau sering dijelaskan. Memang gak niat saja si.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha..emang rada rumit sih ya. Saya dulu pas dijelasin juga iya2 aja..padahal ga mudeng :D

      Hapus
  6. aku belum berani punya unit link mba, selama ini masih terpisah antara investasi dan asuransi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha saya nutup UL karena menuju ke pembagian gitu mbak yo :)

      Hapus
  7. Saya masih blank masalah asuransi ini belum paham bener, makasih ya informasinya ini

    BalasHapus
  8. Dapat sedikit gambaran sich Mbak, sayapun menggunakan polis asuransi yang covernya sama kek punya Mbak. Beberapa nasabah suami saya (dulu) juga saat menutup polisnya mengeluhkan hal yang sama dengan Mbak. Tapi beruntung suamiku sudah lama sekali resign dari agen Asuransi 10 tahun yang lalu, karena masukan dariku dan pelan-pelan kamipun menutup polis tersebut. Seharusnya memang nasabah asuransi diberikan penjelasan d awal secara detail y

    BalasHapus
    Balasan
    1. Agen saya sebenernya baik sih. Lumayan ga nutup2in, tp saya dulu ga mudeng jd iya iya aja hahah

      Hapus
  9. Punyaku malah hangus karena nggak ditutup padahal udah jalan berapa tahun ya..ah insya Allah diganti Allah rezeki lebih banyak aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin mbak. Nggak masalh sih kalai ikhlas. Masalahnya ada yg smp ngamuk2 itu lho mbak :D

      Hapus
  10. Baru tahu aku Mba, jadi belajar. Agak panjang juga. Memang sebagai nasabah kadang harus paham juga ya agar bisa sama-sama nyaman. Terima kasih mba sharingnya yang sangat bermanfaat sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Dulu saya juga ga paham samsek hehehe

      Hapus
  11. Saya gak pernah ngerti dengan asuransi. Sampe sekarang gak pernah beli asuransi. Tapi lagi tergoda dengan asuransi. Masih menimbang2 nih. Walopun suami, rada gak sreg sama asuransi. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang masih banyak yg anti asuransi. Dan ketidakpahaman bikin makin anti :D

      Hapus
  12. Saya milih tarik juga sih dari pada melanjutkan, rugi gak apa2 yg penting sehat

    BalasHapus
  13. Saya juga punya asuransi unit link spt itu mbak. Pas bikin dulu saat belum nikah, gak mikir sejauh itu, pokoknya bikin asuransi saja. Ternyata, sebaiknya asuransi dan investasi di buat terpisah ya.

    TFS mbak, bisa jadi bahan pertimbangan selanjutnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gitu sih kalau nasihat para perencana keuangan. Tapi kadang blm siap dg asuransi murni yg jelas nampak full hangus hihihi.

      Hapus
  14. Kirain asuransi tu hanya bisa ditarik kalo yang bersangkutan kenapa-napa. Hehe... belum pernah pelajari soal asuransi sayah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau yg ada tabungannya, bisa ditarik tunai mbak :)

      Hapus
  15. Aku punya posi asransi tapi belum tahu nih next ada rencana seprti apa. Walaupun sisa sedikit, tapip alhamdulillah jika bisa di maksimalkan ya :)

    BalasHapus
  16. Mbaa, aku nyimak banget secara aku belum pernah sama sekali bikin asuransi. Dan untuk menutupnya sungguh proses yang luar biasa. Makasih banyak ya Mba, mau berbagi. Aku jadi belajar dari pengalam yang kamu alami.

    BalasHapus
  17. waah mbak kok pas banget yaa, aku juga lgg urus utk penutupan 2 polis aku di P ini. kmrn sih so far agentnya helpful banget...
    sebelumnya aku pernah ambil nilai investasinya ja krn BU, prosesnya cepet. klo yg ini aku tinggal lengkapi syarat adminya trus tinggal ku tunggu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Agen saya jauuh (krn saya pindah) dan krn dia baik, malah sy ga enak mau bilang tutup ma dia hihihi

      Hapus
  18. Wah, aku juga berniat ini menutup asuransiku. Dulu juga pernah punya asuransi P dan sudah ku tutup waktu mau menikah, dan shock banget sih waktu mencairkannya. Hahahahahaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, makanya saya nulis ini. Supaya orang yg kebetulan nasabah UL dan mampir ke sini ga syok gara2 ekspektasi terlalu tinggi

      Hapus
  19. Terus terang masih belum paham soal asuransi. Jd sebenarnya polis2 yang kita bayarkan itu bisa balik ya mbak?
    Alasan saya belum punya asuransi (saya sbnrnya punya asuran si tapi dibayarin sih, selama setahun ke depan, tapi moga gak pernah makai) yg bayar sendiri krn saya bingung ini tuh bisa balik lg apa gak atau kita kyk sedekah aja tanpa harap uang kembali walau gk terjadi apa2 hehe, msh awam banget...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asuransi macem2 mbak. Ada yg bisa balik, ada yg enggak, ada yg balik full premi (asal ga klaim) dll. Hihi saya juga nggak tau semuanya

      Hapus
  20. Aku termasuk orang yang tidak begitu paham soal asuransi yang dicampur investasi. Jadi agak paham setelah membaca postingan ini dan makin berhati-hati saat memutuskan untuk memilih asuransi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu saya beli polis pas masih blank. Tp dr sini jadi tertarik belajar :)

      Hapus
  21. Wah server itu ya urusannya. Aku awam banget sama Asuransi dan polis nya ini. Makasih mbak sudah berbagi.

    BalasHapus
  22. Aku juga awam banget hal beginian, kalo urusan ribet2 gini urusan suami aja deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebalikan di kami ya mba rie. Di kami, yg gini2 urusan saya hahaha

      Hapus
  23. Saya baru2 ini juga nutup polis BNI Life mbak, sedih sih las tahu uang saya enggak sebesar yang sebenarnya, tapi yasudahlah. Nanti mau nulis juga lah

    BalasHapus
    Balasan
    1. ditunggu share-nya mbak. buat edukasi :)

      Hapus
  24. Saya belum pernah nyobain asuransi Mbak, trims untuk informasi ini. :)

    BalasHapus
  25. Saya belum pernah coba asuransi. Dulu pernah pengen nyoba, utk jaga2 kalau misal sakit dan butuh biaya besar dsb

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)