Mudik Pakai Taksi Online



pic : www.tribunnews.com (edited)
Cemud #3

Transportasi era digital melahirkan istilah ojol dan taxol. Teman-teman pasti sudah tahu apa kepanjangannya. Yups, ojol adalah ojek online. Sedangkan taxol adalah taxi online. Keduanya sudah booming sejak beberapa tahun belakangan. Tapi jujur, untuk ojol maupun taxol saya bisa dibilang termasuk late-user. Pertama (dan belum pernah lagi) pakai ojol adalah beberapa bulan lalu akibat mis-komunikasi yang terbilang konyol. Sedangkan taxol, pengalaman pertama kali pakai adalah saat mudik kemarin. See...pantes kan dibilang pengguna akhir?


Judulnya, mudik pakai taxol. Medan - Klaten - Temanggung pakai taxol? Jelas enggak lah. Mesti berapa hari, berapa capek, dan berapa duit kalau jarak ribuan kilometer itu naik taxol? Jadi? Medan – Jogjanya sih terbang. Barulah mudik jalur darat-nya yang pakai taxol.

Eh sebentar, mendadak geli lagi kalau ingat cerita konyol soal ojol itu. Saya bagikah deh kekonyolannya. Singkat cerita, beberapa bulan lalu saya WA-chat bertiga dengan teman soal antar makanan buat Ale yang saat itu sedang bersama mereka. Di WA, beliau ini bilang “apa aku pesenin ojol (buat jemput makanannya)?”. Eh tak lama ada ojol di depan rumah. Heran, tadi perasaan enggak mengiyakan, dan si ojol kok cepet banget sampenya. Positif thinking, mungkin si ojol ngetem dekat kompleks. Terus, entah gimana komunikasi saya dengan si abang ojol, dia juga iya-iya aja. Jadilah  pakai deh si ojol buat nganterin makanan. Makanannya sih sampai, tapi ternyata itu bukan ojol pesanan teman saya. Entah si ojol sedang mau jemput siapa wkwkwkw. Bisa ya kejadian kayak gini...bener-bener kayak iklan kurang A*UA.

Sebenarnya sudah lama diprovokasi (eh..dimotivasi) teman tadi untuk install aplikasi transportasi online. Tapi saya males. Pertimbangannya, untuk jarak dekat, saya masih bisa pergi-pergi (sendiri dan atau dengan anak-anak) pakai sepeda motor. Sementara, untuk jarak jauh, biasanya pergi sama suami dan anak-anak. Ya sih, install aplikasi itu nggak melulu untuk bepergian. Tapi ada juga fasilitas lain, seperti pesan makanan, belanja online, beli pulsa, dan lain-lain. Tapi tetap saja rasanya nggak terlalu butuh. Jadi ngapain install kalau nantinya jarang digunakan? Bikin penuh ruang penyimpanan henpun sajah ^-^
Tapi, saat menjelang mudik kemarin, akhirnya tergerak juga untuk install.  Pikir saya, nanti bisa pesan taxol buat jalan ke bandara dan juga buat jalan-jalan selama di Klaten. Karena selama ini dengar cerita dari mbak ipar, kalau Uti (ibu mertua) selalu senang setiap diajak keluar. Tapi berhubung beliau stroke, mengajak keluar jelas butuh mobil. Seusai install aplikasi Go-jek, saya langsung isi deposit Rp 250.000. Buat ke bandara dan jalan-jalan, segitulah estimasi kebutuhannya.

Tapi, saat hendak ke Bandara Kualanamu, suami (BJ) malah sudah lebih dulu order taxi Bluebird via telepon (ealaah, padahal bisa juga order si burung biru lewat aplikasi, gini nih kalau suami istri kurang komunikasi hihihi). Dari bandara Jogja ke Klaten, cari aman dan praktis ajalah : naik taxi bandara. Soalnya, dulu sempat baca berita soal sopir taxol yang dipermalukan para sopir taksi bandara. Lagian, ribet banget kalau mesti keluar bandara demi taxol. Kopernya itu lhooo...segede gaban.

Selama di Klaten ternyata aplikasi tak ada terpakai. Untuk jalan kami berempat ada motor yang bisa dipakai, toh nggak ada acara jalan-jalan jauh. Terus untuk jalan-jalan Uti, ada mobil kakak ipar dari Semarang. Tapi, saat itu saya juga dapat kabar kalau keluarga Temanggung nggak bisa jemput seperti biasanya. (FYI, jarak Klaten – Temanggung itu kurang lebih empat jam perjalanan).

Maklum sih, bulan Desember, orang-orang rumah pasti syibuuuk acara Natalan. Kami berencana ke Temanggung tanggal 27 Desember, buat ikut acara Natal di gereja yang 28 Desember. Jelas mereka pada sibuk persiapan. Tetangga yang biasa bisa diminta tolong buat nyupir mobil jemputan, saat itu sudah ada kerjaan rutin. Berhubung beberapa hari sebelumnya saudara sepupu lancar naik taxol (Grab) dari Jogja – Temanggung, kami jadi tenang-tenang saja. Ntar bisa lah naik taxol juga.

Tapi ternyata cerita kami tak selancar cerita sepupu hihihi.

Hari H balik ke Temanggung. Selepas tengah kami, barulah kami berencana pergi. Jadi, mulailah klik-klik aplikasi Gocar, isi rute jalan Klaten – Temanggung. Eh, langsung ditolak karena Gocar hanya melayani perjalanan maksimal 70 kilometer (baru tauuuu :D). Jadilah install Grab (bersyukur ya install aplikasi-aplikasi macam begini itu mudah nggak pakai ribet, tinggal install, isi sedikit data...lalu sudah, gitu aja).

Saya coba tulis rute Klaten – Temanggung dan klik point tujuannya. Keluar deh tarifnya. Ternyata di Grab nggak ada batasan jarak seperti Gocar (dan kata driver Grab, mau isi rute ke manapun, secara sistem memang memungkinkan meski belum tentu bisa dilakukan....ntar ah iseng coba isi rute Medan – Timbuktu wkwkw).

Saat itu, ada driver yang mau ambil orderan. Tapi, saat telepon, dia bilang nggak bisa kalau keluar kota (lah, apa tadi saat ambil order nggak dilihat tujuannya ke mana??). Kalau tetap mau pakai mobilnya, musti sistem carter yang mana dia buka harga Rp 600.000. Ishhh....mahalnyooo.

Mending coba cari driver lain. Tapi sampai sekitar 30 menit ke depan, tak ada juga driver yang mau ambil order. Mungkin karena hari sudah menjelang sore dan mendung. Males duluan lihat jarak yang mau kami pesan. Naik bus umum tetap tidak jadi pilihan karena pasti bakal ribet banget. Bawaannya lhoo...dua koper, dua backpack, dan..... yang terutama itu dua bocah. Kakak ipar mulai kasih opsi, apa minta tolong teman dia saja. Tapi saya masih keukeuh pakai taxol. Mulai deh mikir untuk memotong-motong jarak perjalanan.

Maksudnya, order taxol untuk jarak-jarak pendek saja supaya ada driver yang mau angkut. Akhirnya, coba rute Klaten – Terminal Jombor (biar sekalian jalur ke arah Magelang). Pertama pilih Gocar yang sudah ada depositnya. Tapi ternyata jarak itu sudah over 70 kilometer. Beralih ke Grab, bersyukur ada driver yang mau ambil order kami.

Musim libur, Jogja maceeeet banget. Mesti lewat-lewat jalur tikus demi bisa mencapai terminal Jombor (perjalanan jadi terasa lama). Ohya, di banyak kota masih terasa panasnya kompetisi taksi biasa dengan taxol. Jadi, demi keamanan bersama,  kami turun di pinggir jalan sebelum terminal Jombor. Di aplikasi, tertera tarif cash Rp 111.000.

Sempat mikir untuk order jarak Terminal Jombor – Magelang. Tapi nanggung, sekalian saja coba order Terminal Jombor – Temanggung (kota), Puji Tuhan ada driver yang mau ambil. Legaaa....nggak perlu lagi ganti kendaraan. Setidaknya langsung jalan sebelum nanti di Temanggung dijemput sama keponakan.

Sengaja nggak order Grab sampai di  tujuan sebenarnya (rumah). Soalnya hari sudah sore. Jelas bakalan malam sampai Temanggung (kota). Apalagi, kalau sampai desa tempat asal saya masih sekitar 25 kilometer lagi dari Temanggung.  Kasihan drivernya, dia kan lagi nggak kampanye, nggak perlu blusukan wkwkwk. Kalau siang sih masih mending. Malam hari, potensi kesasar jelas lebih besar. Yayaya, memang ada GPS. Tapi tahu kan, GPS memang mampu menunjukkan arah yang benar. Tapi GPS belum tentu mengarahkan lewat jalan yang tepat.

Berhubung order taxolnya masih pemula, jadi saya nggak benar-benar tepat menentukan lokasi turun.  Lumayan kejauhan dari lokasi yang dimaksud. Alhasil, kena cash Rp 251.000. Dari Klaten – Temanggung, total jenderal kena Rp 111.000 + Rp 251.000 = Rp 362.000. Plus tips jadi sekitar Rp 400.000. Masih jauh lah sama buka harga carter mobil yang Rp 600.000.

Btw on the way busway, deposit Gocar jadinya masih utuh hingga kembali ke Medan lagi. Padahal sebelumnya sempat kepikiran, ntar sampai Medan bakalan uninstall ini aplikasi. Tapi kan nggak mungkin uninstall sementara masih ada deposit di dalamnya. Dan ternyata ada juga manfaatnya. Seperti kemarin jadi order taxol saat hujan dan mesti jemput Ale sekolah. Padahal, kalau hujan biasanya pakai betor di depan kompleks saja.

Kalau sudah begini, kayaknya jadi nggak akan uninstall aplikasinya deh 😁😁
(Lsd)

1 komentar untuk "Mudik Pakai Taksi Online"

  1. Pakai grab bisa jarak jauh ternyata ya. Saya tinggal di kampung, ga ada ojol di sini. Tapi tetap install sih kepake kalau lagi pulang kota. Hehehe.. biasanya buat pesan-pesan makanan :D

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)