Balada Me Time

pic : pinterest (edited)

Banyak emak-emak, terutama yang punya balita, sering curhat soal susahnya punya me time. Ya nggak? Ya nggak? Kalau saya sih iya hahaha. Me time di dalam rumah sih saya masih bisa saya upayakan. Si balita Elo sudah tak sepenuhnya tergantung lagi pada saya. Bisa membuat tulisan ini tersaji di blog kan karena ada me time. Tapi untuk me time di luar rumah......statusnya masih seperti harimau Sumatera deh. Langka..


Buat saya, me time di luar itu misalnya apa yah... Banyak sih..tapi sebut saja hal-hal yang semasa lajang bisa saya lakukan dengan mudah, seperti nonton di bioskop, jalan-jalan ke toko buku, blusukan ke gang-gang yang saya belum tahu, atau kalau sedikit centil : creambath di salon (buat saya ini bukan urusan keindahan rambut, tapi dipijatnya itu yang enak hahaha). Jangan bilang anak-anak bisa dititip atau dipegang ayahnya yaaa...kemarin-kemarin situasi dan kondisi di saya tidak (atau belum) memungkinkan untuk itu.

Ale dan juga Elo minumnya ASI. Dan karena saya bukan ibu bekerja, saya nggak berpikir untuk bikin stok ASI. Jadi mau nggak mau, saya harus selalu ada bersama anak-anak. Bukannya BJ nggak mau pegang bocah. Tapi BJ akan mati gaya kalau anak minta ASI sementara saya nggak ada. Susah nenanginnya hahaha. Anak-anak juga jadi terbiasa lengket sama emaknya. Kemanapun emaknya pergi,  walau cuma ke warung depan aja, pasti mau ikut. Bagaimana emaknya mau me time keluar kan? (Ya lah, tentu saja saya bersyukur anak-anak lengket sama saya. Kalau lengket sama orang lain kan berabe).

Sekarang Ale sudah kelas dua SD. Sudah mulai asik dengan teman-teman. Elo juga sudah cukup lama sapih. Mereka sudah bisa asik bermain berdua (walau kadang berantem juga...wajar lah). Saya sudah bisa keluar belanja ke warung tanpa mereka harus ikut. Bahkan, kalau saya mau jemput Ale ke sekolah, si Elo kadang menolak ikut dengan alasan “Elo dah yar (sudah besar)’. Lalu dia main sama teman-teman sebelah rumah.

Etapi, meski demikian, saya juaraaang (nyaris nggak pernah) yang keluar lama-lama atau keluar untuk kesenangan.  Makanya, waktu kemarin-kemarin ada iklan film Chrisye (saat itu belum mulai tayang di bioskop), saya iseng nyeletuk, “aku pengin deh nonton film itu.” Eh tak disangka, BJ bilang, “nonton saja, ntar anak-anak sama aku.”

What??? Really?? Are you kidding? Kira-kira ekspresi wajah saya seperti dapat undian satu miliar (eaaaa). Bukan masalah film-nya tapi permit-nya itu lhoo...Rupanya BJ seurius. Wowww....saya excited banget hahaha. Kesempatan langka nih. Meski sempat mikir juga sih, yaaah..nonton sendiri, kurang asik. Apa mending nonton Coco aja bareng-bareng? Tapi belum tentu juga anak-anak suka. Waktu nonton Finding Dori dan Transformer saja, Elo nangis di tengah pertunjukan dan saya mesti permisi-permisi ke penonton lain yang tempat duduknya saya lewati keluar.

pic : www.rockingmama.com

Jadi sudah deh....nggak apa-apa nonton sendiri. Dulu toh juga suka nonton sendiri dan nggak masalah. Sekali-sekali menikmati kemewahan (iyaaa...nonton film di bioskop itu sekarang masuk daftar kemewahan hahaha). Tak perlu merasa berdosa, toh anak-anak sama ayahnya. Istri sekaligus ibu kan juga perlu  dientertain biar bahagia. Jangan klien atau rekan bisnis saja yang dientertain yak hehehehe.

Eh, beberapa hari kemudian saya dapat informasi tentang training di Mandiri Sekuritas (Mansek). Pengin juga nih ikutan. Dari lama saya pengin “Nabung Saham”. Tapi dengan bekal ilmu dari baca-baca saja, rasanya kurang afdol deh. Melihat pengalaman selama ini, ternyata saya bukan tipe autodidak sejati. Juga belum bisa total belajar dari media online. Kalau ada acara offline begini kan rasanya lebih mantap.

Jadilah mulai galau. Masa dua kali Sabtu saya berturut-turut pergi tanpa anak-anak? Buat emak-emak yang bekerja atau sudah terbiasa pergi tanpa anak-anak, mungkin nggak akan lagi merasakan galau semacam ini. Apalagi kalau support sistemnya mendukung. Tapi saya kan belum terbiasaaah...Mungkin ini semacam perasaan ibu-ibu yang hendak pertama kali bekerja meninggalkan anak. Galau, nggak nyaman, bersemangat tapi juga resah.

Jadi saya bilang ke BJ, “aku mau ikut training, jadi batal nonton deh.”

“Nonton dan juga ikut training nggak apa-apa kok,” jawab BJ. Ishhh..so sweet.

Tapi nggak deh. Beneran belum merasa nyaman.  Jadi sudah mantap jiwa, batal nonton.  Info dari staff Mansek minggu sebelumnya, training hanya satu materi dan berlangsung dari pukul 09.00 – makan siang. Telat-telatnya paling pukul 13.00-an kan? Sabtu menjelang pukul 08.00 saya pergi diantar BJ dan anak-anak. Saya masuk ruangan sedangkan mereka main nggak terlalu jauh dari kantor Mansek di Jalan Perintis Kemerdekaan. Rencananya, selesai makan siang, saya akan dijemput.

Selama saya ikut acara, nggak ada laporan negatif dari BJ. Di foto yang dikirim via whatsapp, anak-anak terlihat tertawa ceria. Aman. Tapi di sisi lain saya agak heran. Tempo hari dibilang trainingnya cuma satu materi. Tapi kok selesai sesi satu malah lanjut sesi dua? Apalagi mendekati pukul 12.00, BJ sudah WA, dijemput kapan?

Jadi tanya deh ke staf Mansek. Eh lho...rupanya ada empat sesi dan berlangsung sampai pukul 17.00. Duuh, nggak enak banget sama BJ. Tapi dia bilang it’s okay..nggak masalah kalau aku mau ikut sampai sore. Yang jadi masalah, Elo nggak ikutan it’s okay. Dia  sudah mau sama Bunda. Saya sebentar keluar ruangan buat videocall sama Elo, dan dia nangis-nangis mau jemput Bunda. Ealaaaah....

Singkat cerita, hari itu saya nggak lanjut ikut acara. Elo nggak bisa dibujuk, saya mesti ikut pulang. Ya wislah...jujur agak sedih sih. Jarang-jarang saya bisa ikut acara begini. Tapi prinsip pertama, keluarga harus yang utama, ya kan? Lain kali pasti ada kesempatan serupa.

Yah, ini memang hanya soal waktu. Semakin besar usia anak, mereka akan semakin mandiri, tak terlalu tergantung pada ibu dan ayahnya. Bahkan, kalau baca-baca status atau dengar curhat ibu-ibu ABG : mereka suka kangen masa-masa si anak nginthil kemanapun mereka pergi. Sekarang? Boro-boro. Si ABG diajak pergi pun belum tentu mau. Mereka lebih suka pergi dengan teman atau melakukan kegiatan sendiri.

Pergi sama ayah-ibu nggak asyik... mungkin begitu dalam pikiran mereka (atau bahkan sempat terlontar lewat kata-kata?). Haha, nggak inget yaa kalau pas kecil ngekor kemana-mana, bahkan ke kamar mandi pun mau ikut. Sejarah berulang. Mungkin dulu saya juga begitu pada emak dan bapak. Maunya ikut kemana-mana, lalu ogah terlihat bersama, selanjutnya pergi jauh tapi merindukan mereka.

Saya juga tak hendak membandingkan diri dengan emak-emak yang bisa leluasa pergi keluar. Mungkin ada nenek atau siapapun di rumah yang bisa mengasuh si anak. Atau si anak mau ditinggal di day-care yang bisa dipercaya. Atau ada cara lain di mana kondisi anak tetap aman dan terawasi. Kecuali kalau si ibu pergi senang-senang (senang-senang yaa..bukan kondisi penting atau darurat), lalu si anak dikunci dalam rumah tanpa pengawasan.... yang ini sih tega!!

Masih mending,  di rumah saya  masih bisa menyempil untuk me time. Banyak kok emak-emak yang nyaris susah sekali untuk me time. Mereka mungkin single parent yang juga mesti bekerja membanting tulang demi kelangsungan hidup keluarga. Atau keluarga-keluarga dengan anak  spesial yang kebutuhannya berbeda dengan anak kebanyakan.

Selalu ingat prinsip, di atas langit masih ada langit. Saat kita susah, masih ada yang lebih susah. Soal me time, memang ini “hanya” soal waktu. Ibarat sebuah pentas, lakonnya memang lagi susah me time. Masa-masa ini akan berlalu, berganti babak selanjutnya.  Atau, untuk me time di rumah, jangan-jangan bukan soal waktu jauh di depan sana,  melainkan masalah manajemen waktu saat ini.

Hiks, soal yang itu sih  saya juga masih belum rapih.








  

Posting Komentar untuk "Balada Me Time "