Brambang Goreng dan Douglas Malloch

sawi bening bakso dengan brambang goreng, masakan siang hari ini ^-^

Saya adalah bagian dari kelompok ibuk-ibuk yang tak hobi memasak. Memang sih nyaris tiap hari saya memasak. Tapi ini atas nama kewajiban, bukan kegemaran. Meski demikian, bukan berarti saya memasak dengan terpaksa yaaa..Saya berusaha selalu memasak dengan kesadaran untuk menyediakan makanan bagi orang-orang tercinta (tsaaah). Tentu saja, hasilnya jangan dibandingkan dengan mereka-mereka yang memasak sebagai panggilan jiwa (jelas saya kalah sebelum berlaga).


Eh tapi, pagi ini saya lagi nggak fit. Malesss banget buat masak. Padahal, sedari kemarin saya sudah berencana, memasak tumis genjer (secara bercanda, saya menyebutnya sayur PKI) dan tempe goreng tepung. Duuh kalau lagi males yaa... masakan sesimpel itu pun males ngerjain. Sempat terpikir untuk beli sayur masak aja...ah tapi di kedai jarang ada sayur yang tak pedas. Seringnya serba santan dan pedas...jelas bukan masakan yang bisa lewat lidah anak-anak. 


Kesimpulan : tetap harus memasak.

Hmmmh....apa yaa? Saya butuh masakan yang lebih simpel lagi! Pikir-pikir, jadi ingat bola bakso sisa kemarin yang tadi batal saya opreg buat sarapan. Kebetulan tadi pagi juga beli sawi. Yeaaa...ini nih, sayur super simpel. 

Cuci bersih sawi, potong-potong sesuai selera.
Kupas bawang putih lalu geprek.
Masukkan keduanya di air yang sudah mendidih. 
Beri gula-garam-lada dan penyedap rasa (optional) sampai rasanya pas. 
Masak sampai matang.
Terakhir, taburkan brambang goreng.

Yipiee.... jadi deeeh
Berhubung ini bukan artikel masakan, begitu aja ceritanya, gak pakai takaran segala. Sebab sesungguhnya saya ingin menulis tentang "brambang goreng", bumbu yang saya bubuhkan terakhir pada masakan di atas.

Brambang....mungkin ada yang tak tahu dan menebak. Kalau temen-temen menebaknya sebagai bawang merah.....dapat nilai 100 yaaa ^_^

Semasa kecil, begitulah saya dikenalkan pada bawang. Brambang untuk bawang merah dan bawang (saja) untuk bawang putih. Jangan tanya bagaimana menyebut bawang bombay yang saya kenal jauh hari kemudian. Bawang yang terakhir ini tak ada di kamus masakan emak ^_^

Sebagai orang yang tak hobi masak, saya sering abai pada detail kecil, tapi ternyata sangat berpengaruh pada rasa. Tentu ini di luar garam yaaa.... Kalau yang ini, meski pemberiannya sedikit tapi tak bisa saya bilang detail kecil. Mau dikasih bumbu macam-macam, kalau tanpa garam, hasilnya tetap hambar. Kecuali bagi mereka-mereka yang memilih untuk diet garam lalu bereksperimen menciptakan aneka resep minus/minim garam tapi tetap lezat.

Detail kecil yang saya maksud antara lain pemberian brambang goreng atau irisan daun seledri pada masakan tertentu. Kalau yang detail yang berpengaruh ke rasa saja bisa saya skip, apalagi garnish yaa....bisa skip kuadrat hahaha

Iiiihh....ngapain ribet kasih brambang goreng atau irisan seledri segala. Tanpa itu, masakan juga masih bisa dimakan kok :D

Tapi belakangan saya insyaf dari pengabaian semacam itu. Mungkin itu sejak saya suka menonton acara masak, terutama American Master Chef dengan salah satu juri Gordon Ramsay yang galak tapi sering kocak. Hmmmm....jelas2 saya masih jauuh di belakang kemampuan memasak para peserta kompetisi. Tapi setidaknya jadi tak terlalu cuek pada detail kecil.

Seperti brambang goreng!

Sama-sama sawi bening bakso, dengan dan tanpa dibubuhi brambang goreng ternyata beda rasa cukup mencolok. Bahkan, saya prefer brambang goreng sendiri daripada brambang goreng kemasan. Buat saya, brambang goreng kemasan kurang wangi. (Tapi kalau lagi terpaksa...ya pakai itu juga sih :D)

Mungkin Saya Adalah Brambang Goreng

Brambang goreng membuat saya kembali mengamini fakta bahwa detail kecil ternyata bisa berpengaruh besar. Tak hanya dalam masakan, tetapi demikian dalam kehidupan. Ketika saya merasa bukan bahan utama yang tampil dominan dan menjadi nama masakan, mungkin saya adalah brambang goreng.

Merasa kecil dan tak tampak, bisa jadi membuat seseorang menilai diri tak punya arti. Terlebih kalau dia (kita?) sebenarnya punya cita-cita besar. Ada sebagian orang yang memilih untuk memelihara rasa tak berarti dan berujung pada rasa tidak mencintai hidup. Aduuh...ngenes.

Hiiii, ini sebenarnya curcol yang agak tersamar ^_^. Dalam situasi saya sekarang ini, jujur kadang ada perasaan kecil dan tak eksis. Tapi brambang goreng kembali menjadi pengingat. Kalau memang tak bisa jadi sawi dan bakso yang jadi bahan utama, mengapa tidak untuk menjadi brambang goreng yang memberi rasa berbeda?

Ah ya...ini bukan pemikiran orisinal. Jauuh bertahun lampau, saat saya suka mengoleksi pembatas buku dengan tulisan indah, saya pernah menemukan puisi di bawah ini. Puisi fenomenal karya Douglas Malloch, penyair yang berkebangsaan Amerika Serikat yang hidup di rentang tahun 1877 – 1938. Berhubung pembatas bukunya sudah tak ada dan saya tak hafal puisinya, saya gugling deh. Puisi berjudul “Be The Best Whatever You Are”  ini bertebaran di mana-mana. Salah satunya di SINI. Berikut hasil kopi pastenya ^-^

If you can’t be a pine on the top of the hill,
Be a scrub in the valley — but be
The best little scrub by the side of the rill;
Be a bush if you can’t be a tree.
If you can’t be a bush be a bit of the grass,
And some highway happier make;
If you can’t be a muskie then just be a bass —
But the liveliest bass in the lake!
We can’t all be captains, we’ve got to be crew,
There’s something for all of us here,
There’s big work to do, and there’s lesser to do,
And the task you must do is the near.
If you can’t be a highway then just be a trail,
If you can’t be the sun be a star;
It isn’t by size that you win or you fail —
Be the best of whatever you are!
Terjemahannya mungkin lebih kurangnya seperti ini:
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
tentu harus ada awak kapalnya….Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri

4 komentar untuk "Brambang Goreng dan Douglas Malloch"

  1. Coba masak super simpel itu atai coba apanya mbak amanda? Hehehe

    Trimakasih sudah singgah yaa ^_^

    BalasHapus
  2. bawang goreng itu termasuk yg aku suka bgt.. kyknya semua makanan yg dimasak si mbak di rumah, selalu aku tambahin bawang goreng mbak :).. dan samaaa, aku jg ga suka bawang goreng kemasan.. bentuknya aja kbnyakan g kayak bawang goreng -__-.. apalagi rasanya., mnding goreng sendiri dah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. toss mbak friska. saya juga suka makan bawang gorengnya aja...hahaha

      Hapus

Terima kasih atas kunjungannya. Mohon tidak meninggalkan link hidup dalam komentar ya :)